Semua Bab BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG: Bab 61 - Bab 70

150 Bab

Bab 61. Teruslah Mengelak

"Kalau kita nggak usut siapa pelaku kebakaran itu, bisa-bisa besok kita yang dibakar seperti kata aku tadi, Ma. Sabar itu boleh, tapi jangan sampai bodoh. Sabar juga ada batasnya, Ma dan melindungi diri itu harus. Kalau kita mati dibakar gimana? Kita bakal dianggap manusia paling o'on di muka bumi!" Alana tidak bisa menyembunyikan kekesalannya.Kenapa Ranti harus merahasiakan pelaku dari pihak berwajib? Kalau melindungi Albian karena takut aib Alana terbongkar itu bukan alasan yang tepat. Bukankah seharusnya mereka semua tidak percaya kalau gadis itu hamil di luar nikah? Sekarang ada Rasya yang melindungi.Gadis itu semakin resah dan meminta Rasya untuk datang lebih cepat. Dia tidak peduli apakah nanti akan mendebat orangtuanya atau tidak, yang pasti Rasya harus segera datang."Mama bilang jangan ya jangan. Kalau Pak Bahzar sama Bu Devita tahu gimana? Mereka emang baik, tapi kita malu lah kalau minta pertolongan mulu. Mereka emang mertuamu, tetap saja–""Rasya, Ma. Aku cukup minta tol
Baca selengkapnya

Bab 62. Kontra dengan Ibu

"Manasinnya pake rice cooker atau panci nih?" celetuk Alana berusaha menahan tawa."Jangan bercanda, Yang!"Deg!Alana menelan saliva. Dia tahu hatinya berdesir untuk pertama kalinya ketika dipanggil seperti itu oleh Rasya. Akan tetapi, Alana belum tahu pasti apakah itu tanda cinta atau sebatas desiran halus saja.Ketika Albian sudah pergi, semua orang langsung menyerbu dengan banyak pertanyaan, kenapa Rasya menuduh tanpa bukti bahkan sampai memukulinya. Namun, lelaki itu acuh tak acuh pada mereka semua karena menjawab satu pertanyaan saja bisa membuatnya viral di kalangan tukang gosip.Mereka disuruh bubar karena ada hal rahasia yang harus disampaikan. Alana menghela napas berat, mengikuti Rasya dan ibunya untuk menjauh dari kerumunan. Di ujung dekat mantan dapur mereka, Ranti meminta untuk berhenti."Nak Rasya terlalu baik mau bayarin 200 juta itu, mama janji bakal ganti suatu hari nanti.""Ma? Aku ini menantu Mama. Kalian berdua itu tanggungjawab aku. Lupakan tentang uang itu, yang
Baca selengkapnya

Bab 63. Tamu yang Sama

Sudah dua hari Bella tidak mau mengangkat telepon dari Alana. Gadis itu selalu kesal dibuatnya, belum lagi masalah di rumah sewaan itu karena Ranti merasa tidak nyaman.Rasya sendiri terlalu sibuk di kantor seolah dia memanglah OB. Terlepas dari apa pekerjaan Rasya, Alana lebih fokus pada pelaku kebakaran itu yang sialnya tidak dilapor ke pihak berwajib."Na, di depan ada yang mau ketemu sama kamu!"Ranti membuka pintu kamar membuyarkan lamunan gadis itu. Dengan santai Alana bertanya, "siapa, Ma?""Liat aja ke depan, kamu nggak bakal rugi kok."Dalam keadaan pusing memikirkan pelaku kebakaran, Alana harus bertemu dengan seseorang yang entah penting atau tidak. Dia menghentakkan kaki tiga kali sebelum benar-benar meninggalkan kamar.Tiba di ruang tamu, bola matanya berputar malas. Tamu yang sama beberapa bulan lalu dan entah dengan tujuan apa. Alana melipat tangan di depan dada, kenapa harus datang padahal saat ibunya dipecat saja, dia sama sekali tidak memunculkan batang hidungnya."P
Baca selengkapnya

Bab 64. Berseteru

Pukul enam petang, Rasya akhirnya tiba di rumah. Alana langsung menyambar pintu, menatap tajam pada lelaki yang baru saja tersenyum padanya."Suami baru pulang langsung judes gitu, sapa kek kasih senyum sama sediain air buat mandi."Alana tertawa licik. Setelah merenung hampir tiga jam, kini dia menyadari semuanya. Rasya yang tidak pernah salat dan tidak takut pada apa pun karena memiliki banyak uang, kemudian langsung mengajaknya kerjasama sekalipun mereka memiliki tujuan yang sama. Bukan kah itu suatu keganjilan?"Kamu kerasukan ya?" Rasya menyentuh dahi Alana dengan punggung tangannya.Gadis itu sudah meminta pada ibunya untuk tidak ikut campur, maka sekarang dia menarik tangan Rasya masuk kamar dan mengunci dari dalam. Dia memberi sorot mata tajam, ada luka yang bergemuruh dalam dada.Kedua tangan terkepal kuat, napasnya memburu dan sekarang Alana berteriak tidak bisa mengendalikan amarah. Rasya sigap memeluknya berusaha untuk menenangkan, tetapi hati Alana terlalu sakit. Dia mema
Baca selengkapnya

Bab 65. Silakan Cari Wanita Lain!

Mata Alana sedikit bengkak, tetapi tetap memaksa diri untuk menjemur pakaian yang ibunya cuci pagi tadi. Matahari semakin meninggi, susah bagi Alana untuk menunda pekerjaan."Alana, kamu lagi apa?"Gadis itu mengintip dari balik jemuran. "Pak Danis? Ngapain ke sini?""Mama kamu ada?""Di dalam, silakan masuk!" Alana menyilakan seraya mengambil baju dalam ember untuk melanjutkan aktivitas menjemurnya.Menurut Alana, Danis itu sedikit aneh atau mungkin dia juga. Sejak awal dia bertanya, Alana balik bertanya, lelaki itu pun kembali bertanya. Akan tetapi, justru yang paling aneh adalah dia karena sudah tahu lagi menjemur pakaian, masih saja bertanya.Huh, Alana tidak mau pusing. Sekarang saja kepalanya sudah sedikit pening memikirkan Rasya yang belum juga kembali sejak perginya kemarin. Lelaki itu juga enggan mengangkat telepon atau membalas pesan WhatsApp yang Alana kirim."Mereka bahas apa, ya?" tanya Alana pada diri sendiri.Dia lalu melangkahkan kaki dengan sangat pelan, kemudian dudu
Baca selengkapnya

Bab 66. Saksi Palsu

Alana terpaksa berbohong demi memanfaatkan keadaan. Sekalipun tanpa persetujuan, Alana yakin kalau lelaki itu pasti mendukungnya. Bukankah dia terlihat mencintai Alana? Lagi pula Danis adalah mantan rekan kerja Ranti. Dengan sedikit rasa takut, Alana melirik pada Danis yang hanya diam menatapnya. Entah apa yang dipikirkan lelaki itu, semoga bukan tentang tahi lalat di pangkah paha kanan. "Pak Danis? Siapa Pak Danis? Bukannya waktu itu mama kamu lagi ngajar di sekolah, nggak mungkin lah ada orang yang nyariin dia. Pokoknya hari itu kamu buka baju sendiri, malah mau mengelak. Dasar, lon**!" Hinaan Albian begitu menusuk hati Alana semakin dalam apalagi mendengar ledekan. "Huuuuu!" "Memang benar kok kalau Pak Danis waktu itu nolongin aku. Untung masih pakai dalaman, kalau nggak bisa malu aku. Makanya kamu tuh harus siap-siap ya, bakal aku laporin ke polisi!" "Laporin aja biar kita sama-sama viral. Mungkin karena kamu bodoh, jadi mikir aku bakal tinggal diam waktu dipermalukan kemarin.
Baca selengkapnya

Bab 67. Teror

Alana menghela napas panjang untuk ke sekian kalinya. Sejak kepulangan Danis, sang ibu selalu membahas kebaikan lelaki itu membuat Alana menduga kalau ada rencana di balik semuanya.Meskipun sudah ditinggal, Alana masih berharap Rasya kembali. Apakah karena dia bodoh atau mulai jatuh cinta? Alana pikir tidak begitu. Dia hanya ingin menyelesaikan misi dengan sukses, lalu berpisah secara baik-baik."Na, tukang itu bener nggak dikasi makan? Kok ya aneh, Rasya masa nggak ngebolehin kita berkunjung ke sana?"Alana melirik pada ibunya. Akhir-akhir ini dia sedikit kesal pada Ranti karena mendatangkan Danis untuknya. Ya, ibu tetaplah ibu dan sebuah dosa jika terus melawan. Alana tahu itu hasil didikannya semasa kecil. Akan tetapi, jika terus dibiarkan, bukannya bisa menjadi penyebab dia berpisah dengan Rasya?"Kata Rasya kan biar surprize gitu, Ma. Ya walaupun kalau kita keluar rumah masih bisa ngeliat kan nggak dari dekat. Ini syukur Rasya pergi, tapi masih mempekerjakan tukang sama menanggu
Baca selengkapnya

Bab 68. Gelang Emas Putih

Bab 68Butuh waktu setengah jam untuk polisi tiba. Namun, sayang sekali karena di luar sudah sepi. Alana tidak berani keluar rumah atau membuka pintu, jangan sampai orang itu masih berada di sekitar rumah.Samar-samar terdengar suara tetangga berbicara dengan polisi di luar rumah. Mungkin sejak tadi mereka ikut terganggu dan sekarang berani keluar karena mendengar suara sirine polisi."Gimana ini, Na? Mama mau ngecek ke depan, kamu ikut atau di kamar aja?"Belum sempat Alana menjawab, pintu kamar sudah digedor-gedor. Siapa dia? Bukankah polisi masih berada di luar bersama yang lain? Tidak mungkin itu mereka karena pintu tertutup rapat.Alana melipat bibir, menatap ibunya yang berusaha menenangkan diri. Terlampau takut, keduanya tidak menyadari kalau ponsel itu bisa menelepon orang di luar.Mereka berdua mundur ke belakang karena pintu seperti mencoba di dobrak. Alana berteriak, "tolong! Orangnya masuk rumah, tolong. Kami dalam bahaya. Tolong, Pak, tolong!""Diam!" gertak orang itu dar
Baca selengkapnya

Bab 69. Perpisahan?

Bab 69. Perpisahan?Setelah menunggu lama di depan rumah mertuanya, akhirnya Rasya keluar dengan raut wajah tidak bersahabat. Nyali gadis itu seketika menciut, tetapi tetap berusaha untuk bertahan. Ibarat kata, lari pun percuma ketika sudah berada dalam kandang singa.Alana menarik napas panjang dan mengembuskan perlahan untuk menenangkan diri. Rasya menghentikan langkahnya ketika jarak di antara mereka tersisa dua meter. Jahat sekali, seharusnya dia mendekat sedikit lagi, begitu Alana menggerutu dalam hati.Tunggu!Alana merasa datang sebagai pengemis. Penampilan mereka terlihat jauh berbeda. Kalau saja ada yang melihat, mungkin mengira Alana akan melamar pekerjaan di rumah itu. Ah, lupakan saja, yang penting sekarang Rasya mau kembali."Maaf," ucap mereka berdua bersamaan seolah ada aba-aba."Duluan aja." Kali ke dua. Alana menahan senyumnya agar tidak terlihat aneh."Oke, aku dulu." Kali ke tiga. Kini mereka sama-sama mengulum senyum meskipun saling melempar pandangan.Cinta. Itu l
Baca selengkapnya

Bab 70. Pembalasan Terakhir

"Bella ternyata emang sejahat itu. Entah gimana cara dia sembunyi tadi malam sampai nggak ketahuan polisi. Dia meresahkan semua orang, mama sampai nggak bisa tenang. Apalagi tentang Pak Danis, ternyata dia menipu kami," keluh Ranti begitu Rasya selesai menjelaskan semuanya sekaligus menunjukkan bukti kalau dia hanya difitnah.Dia menyimpan bukti-bukti chat-nya bersama Danis yang mengatakan kalau lelaki itu akan memfitnahnya di hadapan Ranti dan Alana. Pesan itu sudah lama ada bahkan sebelum mereka menikah, itu lah sebabnya Danis tidak menghadiri acara resepsi kemarin.Tentang Bella, Alana masih menyimpan gelang itu. Makanya Ranti semakin yakin kalau pelakunya memang Bella. Wanita itu juga meminta maaf pada sang menantu karena sudah berprasangka buruk duluan.Rasya mengerti. Dia tahu semua gara-gara Danis yang jika saja tidak membuat kekacauan, maka pasti tidak akan menambah masalah. Namun, bagi Rasya, bukan itu yang penting sekarang melainkan urusannya bersama Bella."Jadi kapan renca
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
15
DMCA.com Protection Status