All Chapters of BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG: Chapter 81 - Chapter 90

150 Chapters

Bab 81. Aku Tahu Albian di Sini

PoV Author_____Pagi-pagi sekali Alana dikejutkan oleh suara ribut di depan rumah. Semenjak dia ditinggalkan oleh Albian, sudah beberapa kali Alana harus terganggu oleh keributan. Jika dulu karena ingin diusir oleh tetangga tentang kasus kehamilannya, sekarang apakah karena Rasya?Gadis itu menggeleng, tidak mungkin. Dengan gerak cepat Alana turun dari tempat tidur, menoleh sekilas pada jam dinding yang menunjuk angka tujuh pagi. Setelah itu melangkah cepat menuju ke depan di mana Ranti sudah berdiri di sana."Nia, kamu tuh ngapain? Kalau mau cari Albian ya jangan ke sini. Rumah ini bukan tempat penitipan anak apalagi orang dewasa kayak dia," protes Alana langsung begitu samar mendengar nama Albian disebut.Gadis berambut sebahu itu mendengus kesal. Alana meminta Ranti untuk masuk ke dalam rumah saja daripada ikut meladeni orang yang Alana anggap tidak waras itu. Bagaimana tidak, dia datang mengomel dan mencari Albian sepagi ini?"Sebenarnya aku tuh nggak sudi datang ke sini kalau bu
Read more

Bab 82. Mari Kita Pergi!

Setelah melihat suasana hati Alana sedikit membaik, Ranti menghampirinya hendak menyampaikan sesuatu. Sebuah saran yang sudah lama dia pikirkan bahkan Alana sendiri pun sering mendengarnya. Bukan karena menghindari masalah, tetapi Ranti berpikir bahwa saran itu bisa membuatnya sedikit lupa pada luka yang terus merebak cepat dalam hati. Setiap malam Ranti selalu mengingat racauan tetangga tentangnya yang gagal mendidik anak sendiri sampai habis di luar nikah sementara tidak pernah alpa mendidik siswa di sekolah. Mereka kini duduk saling berhadapan. "Alana, ada yang perlu kita luruskan di sini." "Luruskan?" Alana mengangkat wajahnya, menatap bingung pada sang ibu yang kini merekahkan senyum. Sebuah senyum palsu, Ranti harus melakukannya agar emosi tidak menghampiri. "Maksud mama, masalah kamu tentang Albian ternyata sangat panjang. Mama pikir semuanya sudah berakhir karena lelaki itu tidak pernah datang berbuat onar, ternyata mama salah. Albian menghilang supaya Nia datang ke sini da
Read more

Bab 83. Syukuran Berujung Ghibahan

Pukul sepuluh pagi, Alana dan ibunya sudah berada di rumah tetangga yang mengadakan syukuran karena putrinya baru saja naik jabatan. Alana tidak terlalu ingin tahu pekerjaan apa yang dijalani oleh putri tetangganya itu setelah menyelesaikan pasca sarjana di kampus ternama karena pikirannya fokus pada Rasya.Sejak tadi, dia tidak membantu tetangganya melainkan memilih duduk di sudut ruangan, menekuk lututnya merenungi semua kejadian yang sudah dia lalui. Terlalu banyak pasang mata yang memandang padanya, bahkan telinga Alana panas mendengar ocehan dari orang-orang.Saat yang lain mengatainya sebagai anak sial karena hidup tanpa ayah juga tidak melanjutkan pendidikan setelah tamat SMA, maka tetangga lainnya turut memberi komentar tentang penampilan Alana yang terkesan mewah, tetapi hidup hancur ditinggal suami.Kenapa orang-orang sangat suka menghujatnya? Alana sendiri tidak mengerti seolah dia punya kesalahan besar pada mereka semua sampai harus menumbuhkan dendam. Alana menelan saliva
Read more

Bab 84. Pergi Sulit, Bertahan Sakit

Begitu tiba di depan rumah, dia melihat Rasya berdiri di sana menghadap pintu utama. Penampilannya tidak jauh berbeda ketika terakhir kali Alana melihatnya. Dia datang dengan kemeja biru muda dan celana bahan hitam, dasi biru navy ikut menghiasi penampilannya.Lelaki itu terlihat semakin tampan dan bersih. Sebagai seorang manager, bukankah seharusnya memang seperti itu? Akan tetapi, kenapa dia sendiri dan kendaraan apa yang dia pakai? Alana celingukan mencari tahu, tetapi tidak menemukan jawaban."Rasya, kamu ...." Alana sengaja menggantung ucapannya begitu lelaki itu memutar badan.Alana bisa melihat keterkejutan di mata lelaki itu. Rasya juga tampak salah tingkah sampai harus menggaruk kepala berujung tangan yang disembunyikan dalam kantong celananya. Apa tujuannya datang kalau tidak meninggalkan sepatah kata pun?Dengan sedikit gemetar, Alana terus menunggu di tempatnya. Dia berharap lelaki itu mendekat, kemudian meraih tangannya dan meminta untuk kembali."Sya, kamu nggak kerja?"
Read more

Bab 85. Aku Sangat Membencimu

Langit sore itu sangat mendung dan sejak tiga jam yang lalu pikiran Alana penuh dengan Bella. Ya, gadis buta itu lah yang menjadi penyebab di semua masalah. Seharusnya Alana menghabisinya detik ini juga jika ingin rencana selanjutnya berakhir sempurna.Bella. Nama itu terus terngiang, Alana seperti tergoda untuk mengambil nyawanya. Rahang tiba-tiba mengeras, gadis itu mengepalkan kedua tangan melangkah cepat keluar dari kamar dan memukul setiap benda yang dilaluinya.Di sana, tepatnya di dekat pintu utama, Alana melihat Bella berdiri menatap lurus ke depan. Apa yang dia lakukan di sana? Ah, Alana tidak peduli dan segera mendekat untuk menyeret gadis itu masuk ke kamar mandi."Cepat!" geram Alana ketika Bella berusaha melawan."Alana, kamu ngapain? Rambut aku sakit ... aw!" pekik Bella penuh penderitaan.Namun, sayang sekali karena Alana tidak peduli jika gadis itu terus merintih memohon untuk dilepaskan. Alana sudah bosan menunggu saat yang tepat apalagi Albian belum ditemukan.Sebaga
Read more

Bab 86. Aku Benci Ibu

"Alana, kamu yang ngunci Bella dalam gudang?"Alana yang sedang fokus membaca buku dalam kamar sedikit tersentak, kemudian menoleh malas pada ibunya lantas mengangguk tanpa rasa bersalah."Kenapa kamu kunci dia dalam gudang? Siniin kuncinya, kasian Bella kalau dalam ruangan pengap apalagi buta begitu.""Nggak, Ma. Mama kasian sama Bella, tetapi nggak mikirin perasaan aku? Mama lupa siapa yang sudah nyakitin aku, ngehina bahkan mungkin menganggap aku sebagai orang paling bodoh? Sebenarnya anak mama itu aku atau Bella, sih?"Ranti menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya kalau Alana punya sifat yang sangat pendendam dan kejam. Mungkin sesuatu yang wajar jika rasa benci, marah dan kecewa itu terus tumbuh dalam hatinya karena mereka pernah menjadi sahabat. Namun, menghukum sekejam itu apakah harus dibiarkan?Bagaimana pun, Bella bukan satu-satunya orang yang bersalah. Menurut Ranti, Alana juga salah karena mau termakan bujuk rayu Albian padahal sudah sering dinasihati. Mengurung di da
Read more

Bab 87. Kepastian

"Mama mau bicara apa?" Alana bertanya dengan nada malas. Pikirannya belum bisa fokus saat ini karena masih kesal pada sang ibu."Mama mau bicara tentang Rasya. Kenapa ya akhir-akhir ini dia nggak pernah datang ke kantor? Mama telepon dia terus, alasannya sibuk ngurusin kamu yang lagi sakit. Katanya kamu nggak mau kalau dia sampai kerja di sana gara-gara cemburu sama Viona. Apa iya, Na, kamu cemburu sama Viona?"Alana menghela napas panjang. Entah apa alasan Rasya mengadukan itu semua pada Devita. Lagi pula, bukankah dia terlalu sibuk dengan pekerjaan dan kenapa sekarang orangtuanya mengatakan dia tidak pernah datang ke kantor?Alasan yang tidak masuk akal pun dia lontarkan. Oke lah, Alana memang cemburu, tetapi wanita itu tidak pernah melarang secara gamblang. Jika pun jarang ke kantor, bukankah mereka bisa membicarakannya di rumah atau jangan-jangan Rasya tinggal di luar?Mata Alana memicing. "Mama ngapain nanya ke aku? Rasya kan di rumah mama.""Rasya di rumah mama sejak kapan? Dia
Read more

Bab 88. Dia Kembali

Alana sudah menunggu kedatangan Devita di ruang tamu sejak satu jam yang lalu. Wanita itu tidak mau terus disudutkan, apa pun yang dikatakan mertuanya hari ini harus bisa dia tentang.Kenapa setiap ada masalah rumah tangga, istri selalu nomor satu disalahkan? Jika terus seperti itu, maka Alana akan mengubah prinsip mereka. Sekalipun miskin, dia tetap punya hak untuk bersuara.Penampilannya kini jauh lebih rapi dan segar. Alana tidak ingin disebut sebagai wanita kuyu yang sulit menjaga penampilan. Sedikit riasan tipis juga diaplikasikan pada wajahnya, tentu setelah membuat Bella bungkam dalam gudang terlebih dahulu.Bella, gadis buta itu diurus oleh Ranti. Sekarang mulutnya ditutup dengan lakban karena dia terus memberontak. Alana juga mengikatnya dengan tali tambang agar Devita tidak tahu keberadaannya.Suara ketukan di pintu, Alana bergegas membukanya dengan perasaan yang tidak karuan. Benar, sesuai tebakannya Devita datang seorang diri. "Masuk, Ma!""Mama kamu mana?""Di dalam, Ma."
Read more

Bab 89. Bisakah Melupakan Dendam Itu?

"Na, tadi mama dengar kok ada suara laki-laki. Siapa?"Alana menoleh, menghapus jejak di pipinya ketika menatap sang ibu yang baru datang dari arah dapur. Wanita tua itu duduk di samping Alana, kini raut wajahnya berubah bingung."Albian, Ma. Tadi Albian datang ke sini.""Serius?""Iya, tapi sebelum Al, Bu Devita juga datang.""Mertua kamu? Apa katanya?"Terlalu berat rasanya menceritakan hal itu pada sang ibu, tetapi Alana harus melakukannya. Setelah menghela napas berat, dia berkata, "Mama Devita nawarin aku uang kalau mau pisah sama Rasya, Ma. Uang dua ratus juta, tapi aku nggak nerima uang itu karena lebih memilih Rasya. Bukan nggak butuh uang, apalagi Rasya sekarang masih tanpa kepastian, tetapi hati aku memilih menolak. Menurut mama, apa aku salah?""Bentar, mama mikir dulu."Alana mengangguk membiarkan sang ibu ikut berpikir. Sekalipun nanti keputusannya dianggap salah, dia tidak boleh menyesal. Hidup penuh pilihan dan hanya ada satu kesempatan. Alana telah memilih untuk tetap
Read more

Bab 90. Sosok Misterius

Sejak tadi sampai malam telah larut, Alana terus mengunci diri dalam kamar menyesali segalanya. Dia pikir bisa bersikap biasa saja setelah beberapa waktu berlalu, nyatanya ketika luka itu berangsur pulih, Albian datang dengan sosok berbeda.Tidak lagi merendahkan Alana, dia bahkan mengakui semua kesalahannya dan itu sedikit meluluhkan hati Alana. Akan tetapi, dia malu mengaku untuk memberi maaf pada Albian setelah bersumpah pada diri sendiri untuk tidak membiarkan lelaki itu hidup tenang.Belum lagi tentang Rasya yang juga ikut meninggalkannya. Alana memijit kening karena pikiran semakin kacau. Dia sadar kalau dirinya juga bersalah mengingat nasihat ibunya kalau dia memang jauh dari Tuhan.Saat melirik ke jam dinding, sebentar lagi pukul dua belas malam. Alana menghela napas berat, dia merasa sangat kesepian. Sore tadi sempat terbesit dalam pikiran untuk menyiksa Bella atau mungkin sekadar melihat keadaannya, tetapi pikiran membuatnya malas bergerak."Apa besok aku cari Rasya aja dari
Read more
PREV
1
...
7891011
...
15
DMCA.com Protection Status