"Na, tadi mama dengar kok ada suara laki-laki. Siapa?"Alana menoleh, menghapus jejak di pipinya ketika menatap sang ibu yang baru datang dari arah dapur. Wanita tua itu duduk di samping Alana, kini raut wajahnya berubah bingung."Albian, Ma. Tadi Albian datang ke sini.""Serius?""Iya, tapi sebelum Al, Bu Devita juga datang.""Mertua kamu? Apa katanya?"Terlalu berat rasanya menceritakan hal itu pada sang ibu, tetapi Alana harus melakukannya. Setelah menghela napas berat, dia berkata, "Mama Devita nawarin aku uang kalau mau pisah sama Rasya, Ma. Uang dua ratus juta, tapi aku nggak nerima uang itu karena lebih memilih Rasya. Bukan nggak butuh uang, apalagi Rasya sekarang masih tanpa kepastian, tetapi hati aku memilih menolak. Menurut mama, apa aku salah?""Bentar, mama mikir dulu."Alana mengangguk membiarkan sang ibu ikut berpikir. Sekalipun nanti keputusannya dianggap salah, dia tidak boleh menyesal. Hidup penuh pilihan dan hanya ada satu kesempatan. Alana telah memilih untuk tetap
Read more