All Chapters of BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG: Chapter 131 - Chapter 140

150 Chapters

Bab 131. Membalas Hinaan Tetangga

Alana baru saja berhasil menenangkan diri ketika selesai menidurkan Ali. Sekarang jam sudah menunjuk pukul lima sore, warung sang ibu tutup dua jam lebih cepat dari biasanya dan akan diberlakukan mulai besok jika Hasna kesulitan meng-handle sendirian.Bukan tanpa tujuan, Ranti kasihan melihat Alana mengurus putranya sendirian. Setiap malam ibu muda itu harus begadang karena Ali terkadang rewel atau memang sulit untuk tidur sampai fajar tiba."Alana, kamu di dalam?" teriak seseorang sambil mengetuk pintu tepat saat Alana keluar kamar hendak menuju dapur.Begitu membuka pintu, Alana sedikit terkejut melihat kehadiran Leha. Apa yang dia lakukan, sambil membawa rantang pula. Wanita bertubuh gemuk itu tersenyum tipis, menyerahkan rantangnya pada Alana. "Tadi aku masak rendang, siapa tahu kamu sama Rasya suka?"Alana menerima dengan baik meskipun hatinya bertanya-tanya, tidak biasanya Leha sebaik itu."Boleh aku masuk, Na? Sekalian mau nengokin Ali.""Ali baru saja tidur, Bu.""Nggak apa-ap
Read more

Bab 132. Pesan Ancaman

Alana tiba di kamar, Ali pun sudah berhasil ditenangkan oleh Ranti. Wanita tua itu menanyakan kejadian awalnya sehingga Alana harus marah dan menghina Leha.Sebenarnya, Ranti tidak menuduh anaknya lah yang bersalah, dia hanya ingin tahu duduk masalahnya agar ketika ada tuntutan atau masalah semakin besar, dia tahu mengimbangi."Dia ke sini bawa rendang, abis itu ngatain Ali kurus, Ma. Ternyata dia datang bukan murni karena mau berbagi masakannya, tetapi pengen tahu bener nggak yang dikatakan Bu Siti kalau Ali itu kurus? Sebagai ibunya, ya aku kesinggung dong ya. Mama gimana kalau misal ada di posisi aku? Kesinggung, kan?"Ranti mengangguk pasti. Sebagai seorang ibu, tentu dia bisa memahami perasaan Alana karena dulu pun dia pernah marah pada saudara sendiri ketika mengatai Alana kurus dan tidak terawat padahal Ranti sudah sangat berusaha mengurusnya.Mengingat tentang saudara, hati Ranti bersedih. Mereka benar-benar telah dilupakan. Tidak ada yang mencoba mencari keberadaan atau sekad
Read more

Bab 133. Memberitahu Rasya

Alana baru saja selesai melaksanakan salat isya ketika pintu utama terketuk. Dia mendengar suara Rasya memanggil namanya membuat wanita itu bersorak senang karena sang suami telah pulang.Setelah menoleh sekilas pada Ali yang memejamkan mata, dia pun bergegas keluar kamar tanpa melepas mukenah. Begitu daun pintu terbuka lebar, Rasya langsung menyambar ke pelukan Alana. Kedua pasangan itu memang terlihat serasi."Bawa makanan nggak?" tanya Alana ketika melihat tangan Rasya kosong.Lelaki itu menepuk jidat. "Aduh, Sayang. Maaf, aku lupa soalnya begitu kerjaan selesai, aku langsung pulang. Abis kangen berat sama kamu dan Ali. Kalau gitu, aku pamit cari makan dulu, kamu tunggu di sini.""Nggak." Alana menggeleng pelan sambil menarik tangan suaminya masuk setelah mengunci pintu. "Kamu nggak perlu keluar lagi. Aku udah makan kok, juga ada rendang di dapur. Kebetulan tadi tetangga kita si Bu Leha datang ke sini bawain rendang itu.""Bu Leha ke sini bawain kamu rendang? Tumben, ada apa?"Alan
Read more

Bab 134. Tamu di Malam Hari

Pov Alana____Sejak Rasya berangkat ke kantor tadi, aku benar-benar disibukkan dengan pekerjaan rumah. Mulai dari mencuci baju, piring kotor, menyapu sampai mengepel rumah. Lelah? Tentu saja, tetapi ini demi bakti kepada suami.Kata ustadz yang pernah ceramah di masjid dua tahun lalu pada bulan Ramadhan, beliau mengatakan bahwa pekerjaan rumah itu adalah tugas suami karena memberi nafkah berupa sandang, papan dan pangan adalah kewajibannya.Misalkan saja pada makanan, tentu kita tidak bisa memakan beras dan harus memasaknya terlebih dahulu bukan? Nah, tugas memasak itu dibebankan kepada suami. Akan tetapi, istri yang baik itu harus mengejar rida suami selain melayani dengan baik. Tidak ada salahnya pula meringankan pekerjaannya karena suami harus bekerja di luar demi menghidupiku.Sejak pukul dua siang tadi, Ali terus saja menangis padahal sudah minum ASI sampai habis. Aku kelelahan menggendongnya ke sana-ke mari, sampai-sampai Hasna dan mama ikut turut menenangkan. Mungkin karena su
Read more

Bab 135. Tidak Mungkin Halu

Sayup terdengar suara azan subuh berkumandang di masjid Al Ikhlas yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah. Menyadari sesuatu, sontak membuatku menoleh ke samping. Benar saja, Rasya ada di rumah.Aku tidak tahu suamiku pulang jam berapa. Sungguh, aku begitu terlelap dalam mimpi indah, yakni dipertemukan dengan papa juga Zanna di suatu taman. Lantas, apa Rasya membawa kunci cadangan atau justru mama yang membuka pintu?"Udah bangun?""Eh?" Aku tersentak, menatap Rasya yang mengucek kedua matanya, kemudian turun dari tempat tidur. "Iya, kamu ke masjid gih."Rasya mengangguk, tanpa memberi jawaban. Dengan santai, aku pun meninggalkan Ali untuk mengambil wudu. Pintu kamar yang mama tempati sedikit terbuka, samar terdengar suaranya sedang melantunkan ayat suci al-qur'an.Ah, aku jadi iri pada mama sendiri. Beliau sudah berumur, tetapi masih rajin membaca kalamullah. Sementara aku yang bisa dibilang masih muda, bisa dikata terlalu angkuh sehingga membiarkan al-qur'an berdebu.Tidak, aku
Read more

Bab 136. Rencana Perjodohan

Untung saja tadi aku berhasil menyuruh Rasya untuk mandi saja daripada terus mengganggu. Kalau Ali sudah bangun, sulit bagiku untuk melanjutkan memasak.Nasi goreng kesukaan Rasya sudah tersaji di meja makan. Aku memperbaiki ikatan rambut yang sempat berantakan, kemudian melangkah cepat menuju kamar.Ternyata Rasya sedang bermain bersama Ali. Dua lelaki yang memiliki wajah sama persisnya. Ali terus saja tersenyum ketika Rasya berjoget-joget seolah tahu kalau hal itu memang lucu."Pangeran ayah makin cakep aja. Sebenarnya ada yang mau ayah omongin loh sama kamu, Nak," bisik Rasya yang masih terdengar di telingaku yang berdiri di beranda pintu."Kamu penasaran, kan?" lanjut Rasya memicingkan mata, "ayah sebenarnya cemburu loh kalau kamu selalu digendong bunda. Kamu selalu dekat sama bunda, lah ayah kayak dicuekin gitu. Bunda juga keliatannya lebih sayang sama kamu ketimbang ayah. Gimana sih biar bunda juga care sama ayah?""Memangnya aku nggak care gitu sama kamu?" tanyaku pura-pura ket
Read more

Bab 137. Bersitegang

"Kenapa nggak mau? Hasna itu gadis baik-baik, kamu nggak boleh terus mengharapkan Zanna. Sadar, Ka, Zanna itu sudah tiada dan mustahil bagi dia untuk kembali hadir di dunia ini." Aku kembali melanjutkan karena Rasya mengedikkan bahu pertanda bingung juga.Baiklah, karena ide ini berasal dari aku dan sudah memulai, maka aku harus menyelesaikan sendiri. Shaka harus bisa ditaklukkan atau aku harus menanggung beban karena mirip dengan Zanna.Kalau Shaka tidak bisa melupakan Zanna, aku juga yang menderita. Lagi pula, andai Zanna menghilang dan masih hidup, tidak mengapa mengharapkan kepulangannya. Ini berbeda, makamnya bahkan sudah tua.Usia Shaka tidak lagi muda, seharusnya dia bisa mengontrol hati untuk lebih bersabar menerima kenyataan. Kenyataan memang sangat pahit, tetapi harus diterima dengan hati yang lapang."Tidak. Sampai kapan pun aku tidak akan menikah dengan Hasna. Kami tidak saling kenal, bisa jadi dia itu matre atau sebenarnya cuma pura-pura terlihat baik!" balas Shaka dengan
Read more

Bab 138. Apakah Alana yang Berbohong

POV AUTHOR____"Video apa? Aku nggak lihat ada video yang dikirim dalam pesan kemarin. Ada yang kamu sembunyikan?"Jantung Alana berdetak lebih cepat dari biasanya, dia meremas baju yang dipakai karena ketakutan. Video itu masih ada di ponsel, tetapi disembunyikan demi menyelamatkan pernikahannya.Lantas sekarang dia sadar kalau menyimpan video itu adalah kesalahan terbesar yang pernah Alana lakukan, jangan sampai Rasya semakin salah paham dengan mengatainya istri tukang selingkuh.Alana tidak senang dengan video itu, dia bahkan enggan untuk menontonnya dua kali guna memastikan siapa lelaki yang berada dalam video bersama wajahnya. Wajah yang sengaja diedit, dirubah menjadi milik Alana."Nggak, Sya. Shaka bohong, dia berusaha buat keributan biar aku sama kamu pisah. Ingat nggak tadi subuh aku ngasih tahu kamu kalau Shaka datang ke sini? Pesan yang dia kirim di WA ngajakin aku selingkuh, lihat kalau aku nolak, kan? Kemarin waktu di rumah kamu, dia nganggap aku Zanna bahkan berani melu
Read more

Bab 139. Alana tidak Sayang Pada Anaknya

Mendadak lidah Alana kelu. Perlahan air mata menggenang di pelupuk mata, lalu turun membasahi pipi membentuk anak sungai. Wanita malang itu menggigit bibir berharap tidak ada yang mendengar isakannya.Dia tahu kalau Rasya pasti telah menonton video itu dan kini sedang salah paham. Alana terlalu pengecut untuk bisa menjelaskan semuanya. Meski pada akhirnya dia harus berpisah dengan Rasya, hal itu tidak membuat Alana berani untuk mengejar.Malam menyapa, Alana tetap membeku di tempatnya melupakan kewajiban sebagai umat muslim, juga sang anak yang butuh kasih sayang juga nutrisi dari ibunya. Alan lupa diri, seolah dunia benar-benar sedang membencinya.Ranti menatap miris pada Alana setelah berhasil menidurkan Ali. Pangeran kecil mereka terpaksa meminum susu formula lagi karena ketika anak itu menangis, Alana memalingkan wajahnya.Secangkir teh yang masih mengepulkan asap Alana tatap lekat. Ranti sengaja membawa bolu kesukaan Alana berharap wanita itu mau menyentuhnya. Bukankah saat peras
Read more

Bab 140. Panggil Aku Kakak Ipar

Jam sudah menunjuk angka sembilan malam, Ranti pun pamit pulang meski masih ragu meninggalkan anak dan menantunya dalam keadaan tidak saling bicara. Ali terus berada di pangkuan Rasya, entah kenapa lelaki itu enggan meletakkan anaknya di tempat tidur padahal sudah terlelap.Alana masih di tempatnya, terus menatap Rasya dengan sejuta pertanyaan dalam hati. Dia pulang ke rumah setelah pergi begitu saja. Apakah mungkin Rasya hanya mencoba untuk menenangkan diri demi mencari jawaban yang pasti?"Bilang kalau kamu salah paham sama aku perkara video itu, Sya." Akhirnya Alana berhasil mengeluarkan kalimat yang sejak tadi mengganggu pikirannya.Tidak ada jawaban. Alana merasa dongkol juga akhirnya. Namun, meninggalkan Rasya bersama Ali sendirian akan kembali menuai masalah. Rasa kantuk kian menjadi karena tadi terlalu sibuk menangisi sesuatu yang belum terjadi."Kalau diam begini, aku nggak tahu harus gimana. Mau tidur, salah, di sini mulu mantengin kamu sama Ali juga bakal dianggap salah, ka
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status