Share

Bab 132. Pesan Ancaman

Penulis: Bintu Hasan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Alana tiba di kamar, Ali pun sudah berhasil ditenangkan oleh Ranti. Wanita tua itu menanyakan kejadian awalnya sehingga Alana harus marah dan menghina Leha.

Sebenarnya, Ranti tidak menuduh anaknya lah yang bersalah, dia hanya ingin tahu duduk masalahnya agar ketika ada tuntutan atau masalah semakin besar, dia tahu mengimbangi.

"Dia ke sini bawa rendang, abis itu ngatain Ali kurus, Ma. Ternyata dia datang bukan murni karena mau berbagi masakannya, tetapi pengen tahu bener nggak yang dikatakan Bu Siti kalau Ali itu kurus? Sebagai ibunya, ya aku kesinggung dong ya. Mama gimana kalau misal ada di posisi aku? Kesinggung, kan?"

Ranti mengangguk pasti. Sebagai seorang ibu, tentu dia bisa memahami perasaan Alana karena dulu pun dia pernah marah pada saudara sendiri ketika mengatai Alana kurus dan tidak terawat padahal Ranti sudah sangat berusaha mengurusnya.

Mengingat tentang saudara, hati Ranti bersedih. Mereka benar-benar telah dilupakan. Tidak ada yang mencoba mencari keberadaan atau sekad
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 133. Memberitahu Rasya

    Alana baru saja selesai melaksanakan salat isya ketika pintu utama terketuk. Dia mendengar suara Rasya memanggil namanya membuat wanita itu bersorak senang karena sang suami telah pulang.Setelah menoleh sekilas pada Ali yang memejamkan mata, dia pun bergegas keluar kamar tanpa melepas mukenah. Begitu daun pintu terbuka lebar, Rasya langsung menyambar ke pelukan Alana. Kedua pasangan itu memang terlihat serasi."Bawa makanan nggak?" tanya Alana ketika melihat tangan Rasya kosong.Lelaki itu menepuk jidat. "Aduh, Sayang. Maaf, aku lupa soalnya begitu kerjaan selesai, aku langsung pulang. Abis kangen berat sama kamu dan Ali. Kalau gitu, aku pamit cari makan dulu, kamu tunggu di sini.""Nggak." Alana menggeleng pelan sambil menarik tangan suaminya masuk setelah mengunci pintu. "Kamu nggak perlu keluar lagi. Aku udah makan kok, juga ada rendang di dapur. Kebetulan tadi tetangga kita si Bu Leha datang ke sini bawain rendang itu.""Bu Leha ke sini bawain kamu rendang? Tumben, ada apa?"Alan

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 134. Tamu di Malam Hari

    Pov Alana____Sejak Rasya berangkat ke kantor tadi, aku benar-benar disibukkan dengan pekerjaan rumah. Mulai dari mencuci baju, piring kotor, menyapu sampai mengepel rumah. Lelah? Tentu saja, tetapi ini demi bakti kepada suami.Kata ustadz yang pernah ceramah di masjid dua tahun lalu pada bulan Ramadhan, beliau mengatakan bahwa pekerjaan rumah itu adalah tugas suami karena memberi nafkah berupa sandang, papan dan pangan adalah kewajibannya.Misalkan saja pada makanan, tentu kita tidak bisa memakan beras dan harus memasaknya terlebih dahulu bukan? Nah, tugas memasak itu dibebankan kepada suami. Akan tetapi, istri yang baik itu harus mengejar rida suami selain melayani dengan baik. Tidak ada salahnya pula meringankan pekerjaannya karena suami harus bekerja di luar demi menghidupiku.Sejak pukul dua siang tadi, Ali terus saja menangis padahal sudah minum ASI sampai habis. Aku kelelahan menggendongnya ke sana-ke mari, sampai-sampai Hasna dan mama ikut turut menenangkan. Mungkin karena su

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 135. Tidak Mungkin Halu

    Sayup terdengar suara azan subuh berkumandang di masjid Al Ikhlas yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah. Menyadari sesuatu, sontak membuatku menoleh ke samping. Benar saja, Rasya ada di rumah.Aku tidak tahu suamiku pulang jam berapa. Sungguh, aku begitu terlelap dalam mimpi indah, yakni dipertemukan dengan papa juga Zanna di suatu taman. Lantas, apa Rasya membawa kunci cadangan atau justru mama yang membuka pintu?"Udah bangun?""Eh?" Aku tersentak, menatap Rasya yang mengucek kedua matanya, kemudian turun dari tempat tidur. "Iya, kamu ke masjid gih."Rasya mengangguk, tanpa memberi jawaban. Dengan santai, aku pun meninggalkan Ali untuk mengambil wudu. Pintu kamar yang mama tempati sedikit terbuka, samar terdengar suaranya sedang melantunkan ayat suci al-qur'an.Ah, aku jadi iri pada mama sendiri. Beliau sudah berumur, tetapi masih rajin membaca kalamullah. Sementara aku yang bisa dibilang masih muda, bisa dikata terlalu angkuh sehingga membiarkan al-qur'an berdebu.Tidak, aku

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 136. Rencana Perjodohan

    Untung saja tadi aku berhasil menyuruh Rasya untuk mandi saja daripada terus mengganggu. Kalau Ali sudah bangun, sulit bagiku untuk melanjutkan memasak.Nasi goreng kesukaan Rasya sudah tersaji di meja makan. Aku memperbaiki ikatan rambut yang sempat berantakan, kemudian melangkah cepat menuju kamar.Ternyata Rasya sedang bermain bersama Ali. Dua lelaki yang memiliki wajah sama persisnya. Ali terus saja tersenyum ketika Rasya berjoget-joget seolah tahu kalau hal itu memang lucu."Pangeran ayah makin cakep aja. Sebenarnya ada yang mau ayah omongin loh sama kamu, Nak," bisik Rasya yang masih terdengar di telingaku yang berdiri di beranda pintu."Kamu penasaran, kan?" lanjut Rasya memicingkan mata, "ayah sebenarnya cemburu loh kalau kamu selalu digendong bunda. Kamu selalu dekat sama bunda, lah ayah kayak dicuekin gitu. Bunda juga keliatannya lebih sayang sama kamu ketimbang ayah. Gimana sih biar bunda juga care sama ayah?""Memangnya aku nggak care gitu sama kamu?" tanyaku pura-pura ket

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 137. Bersitegang

    "Kenapa nggak mau? Hasna itu gadis baik-baik, kamu nggak boleh terus mengharapkan Zanna. Sadar, Ka, Zanna itu sudah tiada dan mustahil bagi dia untuk kembali hadir di dunia ini." Aku kembali melanjutkan karena Rasya mengedikkan bahu pertanda bingung juga.Baiklah, karena ide ini berasal dari aku dan sudah memulai, maka aku harus menyelesaikan sendiri. Shaka harus bisa ditaklukkan atau aku harus menanggung beban karena mirip dengan Zanna.Kalau Shaka tidak bisa melupakan Zanna, aku juga yang menderita. Lagi pula, andai Zanna menghilang dan masih hidup, tidak mengapa mengharapkan kepulangannya. Ini berbeda, makamnya bahkan sudah tua.Usia Shaka tidak lagi muda, seharusnya dia bisa mengontrol hati untuk lebih bersabar menerima kenyataan. Kenyataan memang sangat pahit, tetapi harus diterima dengan hati yang lapang."Tidak. Sampai kapan pun aku tidak akan menikah dengan Hasna. Kami tidak saling kenal, bisa jadi dia itu matre atau sebenarnya cuma pura-pura terlihat baik!" balas Shaka dengan

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 138. Apakah Alana yang Berbohong

    POV AUTHOR____"Video apa? Aku nggak lihat ada video yang dikirim dalam pesan kemarin. Ada yang kamu sembunyikan?"Jantung Alana berdetak lebih cepat dari biasanya, dia meremas baju yang dipakai karena ketakutan. Video itu masih ada di ponsel, tetapi disembunyikan demi menyelamatkan pernikahannya.Lantas sekarang dia sadar kalau menyimpan video itu adalah kesalahan terbesar yang pernah Alana lakukan, jangan sampai Rasya semakin salah paham dengan mengatainya istri tukang selingkuh.Alana tidak senang dengan video itu, dia bahkan enggan untuk menontonnya dua kali guna memastikan siapa lelaki yang berada dalam video bersama wajahnya. Wajah yang sengaja diedit, dirubah menjadi milik Alana."Nggak, Sya. Shaka bohong, dia berusaha buat keributan biar aku sama kamu pisah. Ingat nggak tadi subuh aku ngasih tahu kamu kalau Shaka datang ke sini? Pesan yang dia kirim di WA ngajakin aku selingkuh, lihat kalau aku nolak, kan? Kemarin waktu di rumah kamu, dia nganggap aku Zanna bahkan berani melu

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 139. Alana tidak Sayang Pada Anaknya

    Mendadak lidah Alana kelu. Perlahan air mata menggenang di pelupuk mata, lalu turun membasahi pipi membentuk anak sungai. Wanita malang itu menggigit bibir berharap tidak ada yang mendengar isakannya.Dia tahu kalau Rasya pasti telah menonton video itu dan kini sedang salah paham. Alana terlalu pengecut untuk bisa menjelaskan semuanya. Meski pada akhirnya dia harus berpisah dengan Rasya, hal itu tidak membuat Alana berani untuk mengejar.Malam menyapa, Alana tetap membeku di tempatnya melupakan kewajiban sebagai umat muslim, juga sang anak yang butuh kasih sayang juga nutrisi dari ibunya. Alan lupa diri, seolah dunia benar-benar sedang membencinya.Ranti menatap miris pada Alana setelah berhasil menidurkan Ali. Pangeran kecil mereka terpaksa meminum susu formula lagi karena ketika anak itu menangis, Alana memalingkan wajahnya.Secangkir teh yang masih mengepulkan asap Alana tatap lekat. Ranti sengaja membawa bolu kesukaan Alana berharap wanita itu mau menyentuhnya. Bukankah saat peras

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 140. Panggil Aku Kakak Ipar

    Jam sudah menunjuk angka sembilan malam, Ranti pun pamit pulang meski masih ragu meninggalkan anak dan menantunya dalam keadaan tidak saling bicara. Ali terus berada di pangkuan Rasya, entah kenapa lelaki itu enggan meletakkan anaknya di tempat tidur padahal sudah terlelap.Alana masih di tempatnya, terus menatap Rasya dengan sejuta pertanyaan dalam hati. Dia pulang ke rumah setelah pergi begitu saja. Apakah mungkin Rasya hanya mencoba untuk menenangkan diri demi mencari jawaban yang pasti?"Bilang kalau kamu salah paham sama aku perkara video itu, Sya." Akhirnya Alana berhasil mengeluarkan kalimat yang sejak tadi mengganggu pikirannya.Tidak ada jawaban. Alana merasa dongkol juga akhirnya. Namun, meninggalkan Rasya bersama Ali sendirian akan kembali menuai masalah. Rasa kantuk kian menjadi karena tadi terlalu sibuk menangisi sesuatu yang belum terjadi."Kalau diam begini, aku nggak tahu harus gimana. Mau tidur, salah, di sini mulu mantengin kamu sama Ali juga bakal dianggap salah, ka

Bab terbaru

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 150. Akhir yang Indah

    Selesai mandi sore, Alana memilih mengurung diri dalam kamar bersama putra kesayangannya karena Ali sedang terlelap. Merasa jenuh, akhirnya dia membuka aplikasi sosial media. Mulai dari Instag-ram, Face-book hingga aplikasi hijau yang dikenal dengan sebutan Whats-App.Alana membuka story teman-temannya. Mereka memang masih saling menyimpan kontak, tetapi tidak pernah bertukar pesan selain menonton story masing-masing. Terutama Alana yang memang tidak mau mempublish masalahnya ke media sosial.Menyebar masalah ke sosial media bagi Alana itu buruk. Selain mengundang gibah, beberapa dari mereka juga bertanya bukan karena peduli atau ingin memberi solusi melainkan kepo saja. Lagi pula, masalah rumah tangga itu hal privasi.Alana menekan layar ponselnya ketika tiba di story Whats-App milik Rasya. Ada foto mereka berdua di sana dengan caption 'Bidadari Surgaku' yang disertai emotikon love dan bunga mawar merah."Lah, ini bener?" tanya Alana menatap tidak percaya.Entah kenapa, tiba-tiba hat

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 149. Tumbuh Sangat Dalam

    "Sepertinya, aku harus pergi lagi sebelum perasaan ini tumbuh sangat dalam dan untuk itu aku butuh kamu," jawab Shaka dengan perasaan sedih.Hasna terdiam beberapa saat, kemudian melirik ke kanan dan kiri. Sayang sekali karena tidak ada pembeli agar dia bisa menghindari Shaka.Jujur saja, dia belum bisa membuka hati untuk orang baru. Memang benar kalau saat ini Hasna butuh seseorang untuk menemaninya menjalani hidup. Dia bosan menumpang pada Siti karena selalu dijadikan kambing hitam, dituduh dalang dari setiap masalah yang ada.Hidupnya kacau balau, terkadang Hasna ingin menyerah jika saja iman tidak ada dalam dada. Hasna mendesah kesal, entah mengapa. Saat kembali menatap Shaka, ada rasa iba dalam dirinya. Lelaki itu setengah mati berjuang melupakan Zanna, haruskah dia mengorbankan perasaan sendiri demi membantunya kembali ke hakikat diri?Berat. Hasna rasa tidak mudah mengubah pendirian seseorang. Apalagi sosok seperti Shaka yang setahu Hasna sudah lama alpa dari perintah Tuhan yak

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 148. Tawaran Gila

    I lay my love on youIt's all I wanna doEvery time I breathe I feel brand newYou opened up my heartShow me all your love and walk right throughAs I lay my love on you....Shaka sengaja mendengarkan lagu romansa dari Westlife sebagai gambaran perasaannya saat ini. Memang benar bahwa Alana lah yang membuka hatinya untuk tidak larut mencintai Zanna yang telah tiada. Sayang sekali, dia tidak bisa memiliki wanita itu.Mencintai seseorang yang sudah menikah dan suaminya adalah adik sendiri itu menyakitkan. Shaka diam-diam menghela napas berat tanpa memudarkan senyum di bibirnya. Dia ingin menikmati kesempatan itu dengan bahagia."Andai saja aku pulang lebih cepat dan ketemu sama kamu, aku yakin kita akan menjadi pasangan romantis. Aku nggak bakal ngebiarin Rasya buat nikahin kamu karena kesempatan itu nggak datang dua kali.""Andai saja kita bisa kembali ke masa lalu," gumam Alana membuang pandangan ke arah samping."Bahkan kamu lebih menginginkan aku daripada Rasya. Jelas sekali karen

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 147. Menikahlah Denganku, Alana

    Sesampainya di rumah, Ranti langsung menemui menantunya yang sedang duduk di samping ayunan Ali sambil menonton YouTube. Melihat kesedihan di wajahnya membuat wanita tua itu mengurungkan niat, kemudian menyerahkan ponselnya pada sang anak."Tadi mama sempat rekam pembicaraan kita di rumah Siti. Kamu kasih sama Rasya sebagai bukti, mama mau balik ke rumah dulu," bisik Ranti, lantas melangkah cepat meninggalkan Alana.Wanita itu melipat bibir. Jujur saja, dia sedikit kesal pada tingkah suaminya yang sangat mudah termakan omongan tetangga. Padahal, dia sudah tahu bagaimana perangai Siti selama ini. Lulusan sarjana, tetapi begitu mudah dikelabui.Alana tidak habis pikir, hatinya pun masih menyimpan perih setelah mendapat tamparan tadi. Kalau saja bukan mau bersikap dewasa, dia pasti sudah balas menampar Rasya. Ah, pikirannya kalut. Kini, pandangan mereka bertemu ... masih terlihat binar cinta di kedua matanya."Dengerin sendiri!" Alana meletakkan ponsel ibunya, kemudian ikut duduk di deka

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 146. Fitnah dari Siti Lagi?

    Rasya tentu tidak mau kalah, dengan cepat dia menyusul Alana ke kamar, kemudian membawanya ke tempat semula dengan sedikit paksaan. Dia bisa saja melanjutkan perdebatan itu dalam kamar, tetapi Ali tidak boleh ditinggal sendirian.Kembali, Rasya membuang napas berat. Ada perasaan sedih dalam hatinya karena dia percaya pada apa yang Siti katakan. Mengingat Shaka pernah menganggap Alana adalah Zanna, maka tidak menutup kemungkinan apa yang diadukan Siti benar adanya dan Alana sedang mencoba untuk lari dari masalah.Apa gunanya bertanya pada Ranti jika dia akan membela anaknya sendiri karena takut kalau Alana menjadi janda di usia muda apalagi pernikahan mereka belum terlalu lama ditambah Ali masih kecil. Memikirkan itu semua semakin menambah pikiran Rasya saja."Kalau kamu nggak percaya, ya sudah.""Hari itu saja aku lihat kamu dipeluk sama Shaka padahal ada banyak pelayan di rumah. Sementara tadi, hanya ada kalian. Setan selalu hadir sebagai orang ketiga saat ada yang berduaan. Okelah a

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 145. Sengaja Mengompori

    "Bu Siti tahu dari mana kalau Alana romantis-romantisan?"Siti mengibaskan kipasnya, padahal cuaca biasa saja. "Ya aku lihat sendiri lah. Tahu sendiri kan kalau Hasna kerja di warung mertua kamu, sebagai tante yang baik untuk Hasna dan tetangga baik buat kalian, jadinya beli nasi uduk ke sana. Eh, sebelum kesampean malah liat laki-laki lagi gendong Ali, terus Alana malah senyum-senyum tidak jelas. Agak lama sih posisi mereka kayak gitu, sesekali Alana bercandain Ali. Pokoknya aku nggak bisa gambarin secara gamblang, intinya mereka romantisan. Mungkin karena Hasna sama mertua kamu lagi keluar jadi mereka mikirnya dunia cuma milik berdua. Iya, toh?"Mendengar itu semakin menambah amarah di hati Rasya. Kedua matanya berubah merah, rahang pun mengetat sempurna. Bagaimana mungkin Alana bersikap romantis pada lelaki lain?Satu hal yang membuat Rasya bingung. Dia belum bisa menebak siapa lelaki yang berhasil merebut posisinya. Sejak dulu Rasya sudah berpesan agar Alana tidak pernah tersenyum

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 144. Tenang Bersamanya

    Hari kedua Shaka bekerja, dia ternyata sosok yang rajin. Datang lima menit lebih cepat dan pulang lebih lambat karena membantu Ranti membereskan warung terlebih dahulu.Sebenarnya Ranti masih sungkan mempekerjakan saudara menantunya, tetapi dia terus mendesak. Sudah berulang kali Ranti memintanya pulang ke rumah atau bekerja di kantor, Shaka tidak pernah mengindahkannya.Sekarang, jam sudah mendekati pukul tiga sore dan Shaka belum juga kembali sejak empat jam yang lalu. Ada rasa khawatir yang menyelimuti jiwa Ranti dan juga Hasna karena makanan-makanan itu diantar tidak terlalu jauh dari rumah dan jumlahnya pun tidak banyak.Dalam waktu normal, Ranti memperkirakan Shaka sudah tiba di rumah sejak setengah jam yang lalu. Entahlah, dia mendesah ingin putus asa terutama ketika Hasna mengatakan kalau nomor telepon Shaka tidak aktif. Ke mana dia? Apa dia baik-baik saja?"Kalau Shaka kenapa-napa?""Hust!" Ranti menempelkan jari telunjuknya di bibir Hasna beberapa detik, kemudian melanjutkan

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 143. Melamar

    Hari sabtu, hari yang biasanya Alana nantikan karena Rasya tidak harus berangkat ke kantor. Bagaimana dengan sekarang? Mungkin sedikit sulit karena sudah beberapa hari ini tidak ada canda dan tawa di antara keduanya.Rasya hanya akan berbicara pada Alana ketika ada sesuatu yang penting, begitu juga sebaliknya. Alana bukan tidak mau meraih rida suami, tetapi Rasya yang terlihat menghindari.Tepatnya karena merasa bersalah. Entah kenapa lelaki itu sangat sulit mengurai kata maaf di hadapan Alana. Rasa bersalah yang terlalu dalam, mungkin. Sekarang pun dia sengaja berlama-lama di kamar mandi karena khawatir berpapasan dengan Alana.Sementara Alana sendiri melipat pakaian yang dia cuci kemarin karena Ali terlelap di dalam ayunan. Untung saja pangeran mereka tidak lagi rewel, mungkin saja berusaha mengerti keadaan orangtuanya.Jam sudah menunjuk angka delapan, Ranti yang berada di penjualan terlihat penat. Dia pun memilih duduk sebentar karena tadi malam harus begadang setelah menerima pes

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bah 142. Overprotektif

    "Tidak mungkin, Na. Aku nggak yakin ada yang suka sama aku. Kamu tahu sendiri aku nggak ada kelebihan selain jago jualan." Hasna tertawa renyah, kemudian melanjutkan, "sulit. Aku harap tidak ada."Alana tersenyum hangat. Kalau dia jadi Hasna, mungkin akan merasakan hal yang sama pula. Hidup di perantauan bersama seorang tante yang sangat cerewet dan senang memfitnah orang itu tidak menyenangkan, hari-hari berlalu pasti dipenuhi dengan tekanan yang membebani pikiran apalagi jika dijadikan babu karena hidup menumpang.Sebenarnya bukan menumpang semata, Hasna juga menyisihkan gajinya untuk membeli beras atau lauk, tetapi tetap saja Siti menganggapnya beban dan kalau suatu hari nanti ada yang berniat baik, tentu merupakan berita baik.Ada satu masalah, Hasna tidak akan semudah itu mendapat restu. Dia yang kini hidup jauh dari kota kelahirannya memaksa diri untuk tetap tenang, sabar dan selalu semangat dalam keadaan apa pun. Hasna sebenarnya sangat butuh dukungan dari keluarga, hanya takdi

DMCA.com Protection Status