Semua Bab BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG: Bab 121 - Bab 130

150 Bab

Bab 121. Kenapa Membiarkannya Pergi?

Selesai acara dan beres-beres rumah, mereka semua berkumpul di ruang keluarga terkecuali Alana yang sudah lebih dulu masuk kamar untuk menidurkan putra tampannya karena jam sudah menunjuk angka sembilan malam. Di sana juga ada Hasna karena Ranti memintanya untuk menginap saja, setelah sibuk membantu.Ketika Devita hendak pamit, Rasya langsung mencegatnya dengan memegang tangan sang ibu. Dia sudah tidak bisa menahan diri lagi untuk tetap diam. Bagaimana pun, berita itu harus diketahui oleh kedua orangtuanya."Ada apa, Sya? Sepertinya ada sesuatu yang serius?" Devita mengerutkan kening bingung melihat Rasya diam, menatap serius padanya.Lelaki itu mengembuskan napas, resah. Dia menarik tangannya lantas berkata, "tadi Shaka datang ke sini, Ma, Pa.""Shaka?" Bahzar dan Devita membeo bersamaan memastikan kalau apa yang dia dengar tidak salah."Iya, Shaka. Dia datang mengucap kata selamat atas kelahiran Ali.""Kenapa ... maksud mama, Shaka datang dan cuma menemui kamu? Tanpa mencari atau me
Baca selengkapnya

Bab 122. Lahir dengan Berat 2,5 Kg

Pagi menyapa, Alana menyibukkan diri dengan berjemur di depan rumah karena bayinya sedang dijaga oleh sang ibu sementara Rasya bersiap untuk ke kantor.Suasana begitu tenang, terlihat beberapa orang berlalu-lalang. Ada yang berjalan kaki, naik sepeda dan juga motor. Sebagian dari mereka adalah anak-anak yang berangkat ke sekolah menengah, jaraknya tidak terlalu jauh, sekitar satu kilometer dari rumah Alana."Yang, aku pamit. Kamu jaga diri, kalau ada apa-apa langsung kabarin aku. Oke?" Rasya mencium pucuk kepala istrinya, lalu mengulurkan tangan untuk Alana cium dengan takzim."Hati-hati, Sya."Baru saja lelaki berkemeja putih itu ingin melangkah menuju mobil ketika kakinya kembali terpaku karena teringat satu hal. Dia memutar badan menatap Alana penuh cinta. "Eits, jangan panggil 'Rasya' lagi kalau cuma berdua. Panggil ayah, ayah Ali.""Nggak ah, belum terbiasa manggil ayah.""Harus!"Alana cemberut, tetapi memilih diam daripada terus mendebat. Memanggil suami dengan panggilan ayah?
Baca selengkapnya

Bab 123. Pergi ke Rumah Mertua?

Alana menoleh pada sang ibu, menelan saliva karena merasa ragu mengutarakan perasaannya. Dia resah bahkan sebenarnya Ranti bisa merasakan keresahan itu.Berulang kali Alana mengembuskan napas berat, dia sendiri bingung dengan perasaannya. Terlalu banyak tanya yang mengusik dalam pikiran dan entah bagaimana cara Alana mengusir prasangka buruk yang selalu membayanginya."Menurut Mama, andai Kak Zanna masih hidup, mama bakal prioritasin yang mana? Secara Kak Zanna lebih cantik dari aku, terus dia juga pendiem, baik dan nggak suka ngelawan mama sama papa. Beda sama aku yang bar-bar bahkan pernah adu mulut sama Mama." Alana menatap lekat ibunya menuntut jawaban."Sebagai orang tua, tentu tidak boleh membedakan antara anak yang satu dengan lainnya. Hanya kadang seorang ibu atau bapak terpaksa melakukannya karena perilaku anak itu sendiri. Misal ya, ini misal saja ... Zanna kalau mama suruh itu dia langsung mendengar dan nggak mau ngeliat mama kesusahan. Kalau mama sakit, dia langsung nyampe
Baca selengkapnya

Bab 124. Terpikat pada Alana

Setelah lama dibujuk oleh ibu, suami dan juga mertua, akhirnya Alana mengalah dan meninggalkan Ali bersama neneknya. Mereka berangkat tepat setelah Hasna datang untuk menemani Ranti menginap.Perjalanan yang cukup lama meskipun jarak tidak terlalu jauh, tetapi terhalang oleh macet. Mereka sudah tiba di rumah tepat saat masuk waktu magrib. Jadi, sebelum menemui kedua mertua yang ternyata sudah menunggu di rumah, Alana dan suaminya masuk kamar untuk melaksanakan salat magrib dulu."Apa yang mau papa sampaikan sama kami?" tanya Rasya begitu mereka berkumpul di meja makan, tepat pukul delapan lewat lima belas.Jadi sebelumnya, Rasya dan Alana diberi waktu untuk istirahat saja mengingat keduanya akan kelelahan dalam perjalanan. Saat dalam keadaan lelah atau banyak pikiran, sulit untuk menemukan pendapat nanti."Bagaimana kalau Shaka menjadi direktur perusahaan? Menurut kamu gimana, Sya? Kalau kamu merasa dia tidak cocok, apa dijadikan Manager Teknologi Informasi saja?"Rasya terdiam. Dirin
Baca selengkapnya

Bab 125. Aku Ini Adik Iparmu, Shaka!

Alana mendengus kesal. "Jangan pernah ulangi kalimat itu lagi, aku nggak suka dengarnya."Mereka saling beradu pandang untuk waktu yang lama. Alana tidak ingin mengalah atau terlihat lemah. Perasaan Shaka adalah salah dan Alana tidak boleh membiarkannya. Cinta dan perhatian dari Rasya sudah sangat cukup membuatnya bahagia.Jika Shaka hadir sebagai ujian atas pernikahannya, maka Alana akan bermunajat kepada Tuhan untuk memohon kekuatan lahir dan batin. Rasya adalah suami yang baik, terlalu banyak perbedaan di antara keduanya. Sekalipun di kacamata semua orang, Shaka jauh lebih unggul, berbeda dengan Alana.Dia memandang penuh cinta, maka kekurangan pun tidak akan pernah nampak di matanya. Setelah cukup lama mengumpulkan kekuatan, Alana akhirnya bisa menarik paksa tangannya."Alana, bantu aku. Cuma kamu yang bisa mengobati rinduku pada Zanna. Di dunia ini, aku belum pernah menemukan wanita yang mirip sama dia selain kamu. Ada satu permintaan yang aku harap bisa kamu kabulkan.""Apa?""A
Baca selengkapnya

Bab 126. Rasya Murka

Seharian ini, Alana mengurung diri dalam kamar karena takut bertemu lagi dengan Shaka. Lelaki itu berulang kali mengetuk pintu, memintanya untuk keluar. Sekadar makan atau jalan-jalan, katanya.Alana sengaja tidak menyahut berharap Shaka berpikir dia sedang tidur atau istirahat. Wanita malang itu melirik ke jam dinding, masih pukul empat sore, artinya dia harus menunggu paling tidak, satu setengah jam lagi agar dirinya kembali merasa aman.Apalagi tidak ada orang di sana, Devita pun belum juga memunculkan batang hidungnya. Tanpa terasa, perut Alana kembali berbunyi untuk ke sekian kalinya. Dia kelaparan, tetapi rasa takutnya untuk bertemu Shaka jauh lebih besar."Non, buka pintunya. Ini bibi, nganter makanan disuruh sama Den Rasya." Suara itu diiringi ketukan pintu hingga tiga kali.Alana mengangkat kepalanya, lantas menyahut, "memang Rasya sudah pulang, Bi?""Belum, Den Rasya belum pulang, tapi tadi beliau telepon, nanyain Non Alana karena nggak bisa dihubungi. Bibi kasih tahu kalau
Baca selengkapnya

Bab 127. Pulang ke Rumah

"Rasya, kenapa kamu pulang? Sebenarnya ada apa antara Alana dan Shaka?" teriak Devita lagi berusaha mengejar.Napas wanita tua itu tersengal, tetap akhirnya dia berhasil meraih tangan Alana membuat langkah mereka terhenti. Shaka yang melihat dari kejauhan ikut mendekati mereka karena merasa ada sesuatu yang tidak beres.Padahal sebentar lagi waktu magrib tiba, seharusnya mereka beristirahat dan jika ingin pulang, bukankah bisa menunggu besok? Begitu pikir Devita saat ini. Dia menarik napas panjang, kemudian membuangnya pelan berulang kali."Kenapa, Rasya? Kenapa kamu mendadak ngajak Alana pulang? Apa nggak kasihan sama dia yang keliatan pucat begitu? Kalau pun mau pulang, besok pagi aja sekalian kamu ke kantor. Lagi pula, mama mau bilang apa sama papa kamu? Kita belum menemukan jalan keluar dan rencananya malam ini mau kita diskusikan lagi.""Aku selalu setuju sama keputusan papa tentang Shaka, bahkan kalau jabatan aku diambil sama dia juga nggak masalah, asal bukan Alana yang dia amb
Baca selengkapnya

Bab 128. Memories

Alana mengangkat piring bekas sarapan bersama Rasya ke wastafel, kemudian segera di cuci. Setelah itu, dia menghampiri Rasya ke kamar yang ternyata baru selesai menyisir rambut. Dia terlihat jauh lebih tampan apalagi tadi malam ... pipi Alana bersemu merah mengingat Rasya yang tiba-tiba sangat romantis di hadapan Ali.Ali sendiri sedang ditimang oleh neneknya. Jujur saja Alana merasa cemburu, tetapi mau bagaimana lagi karena anak tampan itu lebih tenang jika berada di pelukan Ranti."Kamu pulangnya cepet, kan?""Kenapa? Belum berangkat udah nanyain pulang. Kangen, ya?" goda Rasya mencolek dagu istrinya membuat wanita itu menyembunyikan wajah dengan kedua telapak tangan.Rasya lalu memeluknya beberapa detik. "Aku berangkat dulu ya, Sayang. Kamu jaga diri, kalau misal nanti ada apa-apa langsung kabari aku.""Siap, Pak Boss!" seru Alana memberi hormat sambil tertawa lepas.Saat melirik jam tangan, Rasya langsung mengambil tas hitamnya, kemudian melangkah cepat keluar rumah. Sudah telat l
Baca selengkapnya

Bba 129. Kehidupan tanpa Zanna

Bab 129. Kehidupan Tanpa ZannaShaka menghela napas, terlihat berat untuk menceritakan semuanya. Namun, Anna terlalu penasaran, jadi dia memilih menunggu.Pandangan Shaka lurus ke depan, bayangan Zanna tiba-tiba saja menari di depan matanya. Gadis lugu dengan senyum hangat dan kasih sayangnya yang tulus membuat Shaka tergoda untuk memilikinya secara utuh.Ah, luka itu kembali terkuak."Malam di mana aku melihat Zanna dibawa oleh pria hidung belang adalah malam di mana aku mati meskipun jantung masih berdetak. Ragam penyesalan terus menghantui terutama ketika Zanna dikabarkan meninggal. Sebelum kejadian memilukan itu, ada satu pesan yang sempat dia kirim sama aku. Zanna bilang, aku akan pergi, Shaka. Aku semakin nggak pantes buat kamu." Shaka menghela napas berusaha menahan tangisnya agar tidak pecah. "Saat itu duniaku hancur. Aku mau menyusul Zanna ke rumahmu, rumah ini, berharap bisa membawanya pergi jauh. Namun, hatiku masih sakit mengingat dia sudah terjamah. Maafkan aku, Alana, bu
Baca selengkapnya

Bab 130. Alana bukan Zanna

"Kamu jangan salah paham, Na. Bukan aku tidak mencintai Zanna, tetapi hati ini terluka. Hanya butuh waktu, saat itu aku shock banget mendengar semuanya. Aku mengaku salah dan menyesal. Lihat sekarang, aku bahkan tidak bisa melupakan Zanna satu detik pun. Jika waktu bisa diputar, aku mau kembali ke masa lalu. Biar saja saat itu aku mati bersamanya," lanjut Shaka dengan wajah penuh penyesalan.Alana bisa memahami. Akan tetapi, jika berada pada posisi Zanna, dia pasti melakukan hal yang sama. Kabar kehamilannya sudah beredar di mana-mana dan tidak ada yang mau bertanggungjawab. Saat seluruh keluarga mengutuknya, saat seluruh manusia mengucilkannya, maka tidak ada pilihan selain mengakhiri hidup.Saat itu Zanna butuh dukungan dan masukan. Sayangnya, ketika menginginkan hal itu, mereka semua acuh tak acuh termasuk Alana. Ah, Alana yang belum terlalu mengerti dunia percintaan, bagaimana akan memberikan solusi?Kesalahan terbesar di masa lalu terulang. Seharusnya Alana berkaca pada nasib Zan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status