All Chapters of PEMBALASAN UNTUK SAHABAT TUKANG HASUT: Chapter 21 - Chapter 30

71 Chapters

Dua puluh satu

"Hei! Itu foto asli ya, bukan editan!" sahut Sinta dan itu menjadi boomerang untuk dirinya sendiri."Wow, Bu Sinta. Terima kasih untuk pengakuan Anda. Sekarang juga anda ditetapkan sebagai tersangka." "Tidak, Pak. Tidak! Maksud saya foto-foto itu terlihat sangat asli," sanggah Sinta. Namun, petugas yang duduk di depannya tidak menggubrisnya."Pengakuan Ibu Sinta tadi, sudah cukup dijadikan bukti dan banyak juga saksinya. Jadi begini." Lelaki bertubuh gempal itu menjeda kalimatnya untuk berdehem. "Apabila kita memotret seseorang tanpa izinnya dapat dikenakan hukuman maksimal sepuluh tahun kurungan. Jika ditambah dengan penyebaran di medsos tanpa izin dapat menambah hukuman dua tahun penjara dengan denda seratus lima puluh juta," imbuh petugas itu membuat kami melongo mendengarnya. Kesalahan sepele seperti itu saja hukuman tak main-main."Aku akan membayar denda," sahut ibunya Sinta. "Berapa tadi? Seratus lima puluh juta kan? Ba
last updateLast Updated : 2023-03-23
Read more

22

Sungguh hiburan yang sangat menarik. Ternyata sedalam itu rasa yang dimiliki Sinta pada Mas Haris. Lalu untuk apa pernikahannya dengan Mas Wisnu? Kasihan sekali lelaki berkulit cokelat itu. Setelah urusannya selesai aku pun segera berlalu, tanpa menoleh sedikitpun pada Sinta. Sebenarnya ada rasa tak tega walaupun cuma sedikit, mengingat kedekatan kami dulu. Namun, aku akan tetap maju, agar Sinta bisa belajar dari semua ini. Mungkin, ini adalah cara Tuhan menegurnya.Sekarang aku akan fokus pada kasus penjualan rumah. Semoga saja prosesnya semudah kasus Sinta ini. Hingga tak membutuhkan waktu lama untuk memberi kejutan pada lelaki tak tahu malu itu.Di luar kantor, terlihat Mas Wisnu tengah bersitegang dengan mertuanya juga Mas Haris dan Rindu tentunya. Entah apa yang diperdebatkan. Sepertinya cukup serius."Apa?!" seru ibunya Sinta, raut wajahnya nampak tidak terima. Tangannya yang penuh dengan emas itu bertolak pinggang.
last updateLast Updated : 2023-03-23
Read more

23

Aku yang masih masih ada di kamar segera keluar. Siapapun dia akan kuucel-ucel perutnya.Ibunya Sinta dan Mas Wisnu sedang berdiri tepat di depan pintu. Jika Mas Wisnu terlihat sungkan, tidak dengan wanita setengah baya di sampingnya."Kenapa ribut-ribut? Ada perlu apa? Ini bukan hutan, jadi pakailah sopan santun." Sengaja hanya membuka pintu sebatas badanku."Hei, Nyia. Kurang ajar kamu ya, kamu itu yang tidak punya sopan santun sama orang tua. Ngomong kok ngawur!""Ini masih pagi, Bu. Dan ibu sudah bikin kegaduhan. Apa mau tak panggilin Pak Rt?""Kamu ini benar-benar wanita jahat ya, Nyia. Rugi aku datang ke sini pagi-pagi! Ingat ya, Nyia. Aku akan selalu datang ke sini sebelum kamu cabut tuntunannya! Ayo, Nu!"Setelah berucap ibunya Sinta itu langsung berbalik dan melangkah pergi. Sementara Mas Wisnu, lelaki berkulit cokelat itu masih menyempatkan diri untuk tersenyum. Namun, senyum manis itu beru
last updateLast Updated : 2023-03-24
Read more

Dua puluh empat

Bukan Sinta namanya kalau tidak bisa bersandiwara. Melihatku masuk ke ruang sidang, wanita itu langsung berdiri dan menghampiri kemudian memelukku. "Maafkan aku, Nyia. Kemarin itu aku hanya bercanda, tak mengira kamu akan semarah ini. Hingga mau memenjarakanku. Lupakah kamu dengan persahabatan kita? Apa ini salah satu balas dendammu? Menganggapku telah menghancurkan pernikahanmu dengan Mas Haris?" Sinta menjeda kalimatnya untuk membersihkan ingusnya yang meler karena menangis."Mas Haris sendiri yang memintaku mencarikan madu untukmu, dia bilang pernikahannya denganmu sudah dititik bosan. Dia jenuh denganmu, Nyia. Harusnya kamu bangga, Mas Haris tidak selingkuh, dia memilih memberimu jalan terbaik menuju surga. Harusnya kamu mikirnya ke sana, Nyia!" Sinta meraung. Posisinya masih merangkulku, sementara aku sendiri sudah mati rasa dengannya. Sahabat? Ingin rasanya aku tertawa mendengar kata itu keluar dari mulutnya yang penuh dengan kebusukan.
last updateLast Updated : 2023-03-24
Read more

dua puluh lima

Benar saja, setelah petugas itu menyerahkan surat penangkapan. Rindu terlihat histeris. Wanita yang bodynya memang aduhai itu menahan lengan suaminya ketika hendak dibawa petugas. Mas Haris terlihat menolak. Sepertinya dia tak terima, setelah berdebat dengan petugas, lelaki yang terlihat gagah dengan jas hitam itu mengedarkan pandangannya. Bibirku tersenyum ketika tatapannya menemukanku. Seketika wajahnya memerah menahan marah dan malu, mungkin.Dari tempatku berdiri, aku bisa melihat kepanikan seluruh keluarga besarnya. Mereka semua meringsek maju kepada petugas. Entah apa yang diucapkan mereka, sepertinya mereka tidak terima dengan semua ini. Sayang aku tak bisa mendengar karena suasana benar-benar berisik.Ratusan kamera dari para undangan menyoroti mereka. Sepertinya tak ada yang menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Beberapa petugas yang bertanggung jawab untuk acara tersebut ikut turun tangan, menghalau para undangan yang mengambil video. Namun, jumlah mereka kalah banyak, akhirny
last updateLast Updated : 2023-03-25
Read more

dua puluh enam

[Maafkan aku, Nyia. Mulai saat ini lebih baik kita tak saling berhubungan. Maaf, kalau kemarin-kemarin aku sudah keterlaluan, memberi perhatian yang tak seharusnya. Sekali lagi maaf, Nyia]Berkali-kali aku membaca isi pesan dari Mas Wisnu. Ada apa dengan lelaki itu? Mengapa membaca pesannya membuat hatiku nelangsa. Lagi, aku membaca deretan huruf yang sama, berharap tadi hanya salah baca. Namun, kalimat itu tidak berubah. Berkali-kali pula kuketik setiap huruf di keyboard untuk membalas dan bertanya mengapa, tetapi yang terjadi hanya ketik-hapus ketik-hapus terus. Aku bingung dan ada perasaan tak rela.Apa ini, Tuhan? Inikah caraMu untuk menyelamatkanku dari fitnah dunia? Inikah caraMu untuk melindungiku dari dosa mencintai suami orang yang bahkan istrinya sendiri sudah memberi izin? Sepanjang perjalanan menuju kantor polisi, pikiran ini benar-benar tidak bisa tenang. Ada peperangan hebat di dalam batinku. Ingin sekali meminta penjelasan pada Mas Wisnu te
last updateLast Updated : 2023-03-25
Read more

Dua puluh tujuh

"Dobrak saja, Mas." Samar aku mendengar suara dari luar. Suara langkah terdengar tergesa-gesa, setelah bunyi bedebam. Sepertinya pintu berhasil didobrak."Tania! Ya Allah ... apa yang terjadi denganmu, Ndok?!" seru Bibik setelah mengetahui keadaanku yang terkapar tak berdaya di sisi pintu kamar.Aku masih bisa mendengar dan melihat walaupun samar, tetapi tubuhku benar-benar tidak bisa digerakkan. Lemas dan tak bertenaga. Bahkan baju yang kukenakan sudah basah oleh keringat yang sedari tadi mengucur deras."Langsung kita bawa ke rumah sakit aja, Buk," ucap Adam. Sepertinya dia yang tadi kutelpon, nyatanya dia yang datang. **Sampai di rumah sakit aku langsung diperiksa oleh dokter jaga. Untuk sementara aku didiagnosa terkena usus buntu. Namun, untuk memastikan kejelasannya masih menunggu hasil pemeriksaan besok pagi.Rasa nyeri di perut masih datang dan pergi, begitu juga dengan keringat. B
last updateLast Updated : 2023-03-26
Read more

Dua puluh delapan

"Tidak perlu tahu siapa orangnya, yang penting Mbak Tania sembuh. Setelah ini saya akan memberikan beberapa doa dan amalan yang harus Mbak Tania lakukan agar terjauh dari hal-hal buruk," sahut Pak Isa dengan suara yang terdengar menyejukkan.Aku menyimak dengan baik petuah dari lelaki berpeci hitam tersebut. Setelah menatapku sejenak, lelaki berpenampilan sederhana itu tersenyum dan kembali berucap, "nanti aku kirim beberapa doa dan sholawat yang harus Mbak Tania baca. Ikuti saja apa yang nanti tertulis di pesan," imbuhnya. Setelah itu Pak Isa dan Paman ngobrol, samar kudengar kedua lelaki baya itu membahas tentang pagar gaib rumahku. Kesempatan itu digunakan Adam untuk mendekatiku.Adam, aku hampir lupa untuk memperkenalkannya. Adam adalah teman sepermainanku. Bukan teman sekolah, karena walaupun satu kampung, dia tidak pernah satu sekolah dengan kami teman rumahnya. Orang tua Adam lebih senang menyekolahkannya di tempat yang berbeda. Entah apa alasannya
last updateLast Updated : 2023-03-26
Read more

Dua puluh sembilan

Bibik dan Paman kembali datang setelah sholat magrib, pengganti orang tuaku itu belum tega membiarkanku sendirian di rumah. Kami menunggu waktu isya' datang dengan mengobrol ringan di teras. Saat sedang bercengkrama, kami bertiga serentak terdiam. Tiba-tiba perut terasa mual, saat indera penciuman mencium aroma busuk bercampur anyir. Sepertinya paman dan bibik juga merasakan hal yang sama. Kami saling menatap, tanpa ada yang bersuara."Masuk ke rumah, sambil baca dzikir dan sholawat," titah paman. Aku dan bibik menjerit, ketikan terdengar ledakan di atap rumah. Ya Allah, bahkan hari masih sore dan kejadian kemarin kembali terulang.Aku, paman dan bibik duduk di ruang tengah sambil berdzikir, setelah kami menyempatkan diri untuk mengambil wudhu.Hawa panas mulai memenuhi ruangan, mengalahkan kipas yang sedari tadi berputar. Keringat dingin mulai bercucuran sejalan dengan dzikir yang kulantunkan.Aku
last updateLast Updated : 2023-03-27
Read more

Tiga puluh

"Siapa sebenarnya mereka?" tanya Mbak Yuni setelah sampai di rumah. Dahiku mengernyit. "Mereka?""Keluarga mantan suamimu?" sahutnya semakin membuatku tak mengerti ke arah mana pembicaraannya. Melihatku kebingungan, Mbak Yuni meneruskan ucapannya, "mereka mengirim sesuatu padaku. Jika tidak karena keprofesionalan, aku memilih nyerah menangani kasus ini. Anakku kena, Tania." Mendengar penuturan mataku membola, sementara kedua tangannya menutup mulut yang terbuka."Innalilahi," gumamku setelah meredam keterkejutan. "Untung suamiku ada di rumah. Sedikit banyak dia paham dengan hal seperti itu," imbuhnya dengan tatapan menerawang."Kamu yakin keluarga Mas Haris pelakunya?""Siapa lagi? Saat ini aku hanya megang kasusmu. Intinya, mereka ingin menggagalkan sidang yang akan berlangsung."Apa yang diucapkan Mbak Yuni hampir sama dengan apa yang diucapkan Pak Isa. Pelakunya ingin aku sakit aga
last updateLast Updated : 2023-03-28
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status