Semua Bab PEMBALASAN UNTUK SAHABAT TUKANG HASUT: Bab 51 - Bab 60

71 Bab

Lima puluh - pov Haris

Sepanjang perjalanan menuju ke rumah pikiranku berkelana ke masa di mana Tania masih menjadi istriku. Tak pernah sekali pun kami bertengkar mengenai uang belanja apalagi harta. Tania tak pernah menuntut apa-apa padaku, dia terlalu sempurna sebagai seorang istri. Justru kesempurnaannya itu yang akhirnya membuatku jenuh. Berkali-kali Sinta menawarkan untuk mencarikan istri kedua setiap kali berkeluh kesah padanya. Namun, aku selalu menolak. Dia dan Tania sudah cukup bagiku, keduanya sangat mencintaiku."Kenapa kamu ingin aku menikah lagi? Nanti, perhatianku padamu pasti berkurang," kataku setiap kali menolak usul Sinta."Biar Tania merasakan apa yang kurasakan, Mas. Melihat dan menyaksikan orang yang kita cintai berbahagia dengan lelaki lain," sahut Sinta saat itu. Pada saat itulah, aku dan Sinta melakukan dosa besar, dosa yang akhirnya menjadi hal biasa bagi kami. Mengingat itu semua aku merasa takut, tapi kenikmatan yang ditawarkan sungguh tak bisa kutola
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-15
Baca selengkapnya

Lima puluh satu- pov Haris

Mesin yang tadinya sudah menyala kembali kuamatikan, setelah sebuah motor masuk ke halaman rumah Tania. Lelaki dan perempuan itu, apa Tania dan kekasihnya? Hatiku diliputi tanda tanya besar. Keduanya nampak begitu bahagia. Hatiku semakin meradang ketika dugaanku ternyata benar, perempuan itu Tania, lalu siapa lelaki itu?Kebetulan sekali, sebelum mereka masuk ke rumah, ada dua orang lelaki yang melintas di jalan. Mereka terlibat obrolan, mungkin sekedar basa-basi, karena tidak berlangsung lama. Setelah Tania dan lelaki itu mengangguk, keduanya langsung beranjak masuk.Aku segera turun dari mobil, berniat untuk bertanya pada dua lelaki yang tadi bertegur sapa dengan Tania. Semoga saja mereka tak menyadari siapa aku, karena bagaimanapun juga, dulu aku pernah ke sini dan dikenal sebagai suami Tania."Permisi, Mas." Kedua lelaki yang ternyata masih muda itu berhenti tepat di depanku."Iya, Pak. Ada yang bisa kami bantu?" tanya salah satunya. Begitulah
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-15
Baca selengkapnya

Lima puluh dua- Pov Haris

"Cinta? Tentu saja tidak. Aku hanya tak rela ada lelaki lain yang menikmati hartanya Tania. Enak sekali dia. Sin, buat rumah tangga mereka hancur, seperti yang kamu lakukan pada adiknya itu.""Adiknya siapa?" tanya ibu penasaran. "Si Ratna, adiknya Tania, Bude. Suaminya meninggal karena kecelakaan. Sama sekali tak ada hubungannya denganku," sahut Sinta dengan bibir mengulum senyum."Sinta-Sinta, mengapa kabar gembira ini tak sampai di telinga kami. Kamu berhasil membuat keluarga Tania hancur! Itu adalah kabar terbaik yang pernah kudengar," sahut ibu.Melihatku bangkit, Sinta langsung mendekat. "Mau ke mana, Mas?" tanyanya sambil berusaha menghalang-halangi jalanku."Aku ada urusan sebentar. Kamu tenang saja, mulai sekarang aku pasrahkan urusan Tania padamu. Lakukan yang terbaik." Setelah berucap aku segera berlalu setelah melepaskan tangan Sinta dari lenganku.**Selama perjalanan, aku tak bisa menghilangkan bayangan se
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-16
Baca selengkapnya

Lima puluh tiga

"Nyia, malam ini aku gak datang ya, ibu gak ada temannya. Sinta menginap lagi di rumah Haris," kata Mas Wisnu dari ujung telepon, setelah mengucapkan salam terlebih dulu."Iya, Mas," sahutku malas. Sebenarnya ada rasa kecewa, sudah hampir sebulan Mas Wisnu tidak tidur di sini. Tepatnya, semenjak kecelakaan yang dialami Mas Haris. Itu semua karena Sinta sangat sibuk dengan sepupunya tersebut, sehingga membuat Mas Wisnu harus lebih banyak di rumah untuk menemani ibunya yang kesehatannya juga mulai menurun.Sudah pernah kusampaikan pada Mas Wisnu, jika aku ingin sekali merawat ibu, tapi Mas Wisnu melarang. Katanya, walaupun kondisi tubuhnya sudah lemah, tapi ingatan ibu masih tajam. Mas Wisnu khawatir ibunya akan mengenaliku dan ingatannya tentang fitnah Sinta dulu akan timbul lagi.Ada sedikit rasa ngilu, ketika Mas Wisnu mengatakan jika tangan kanan dan kaki kanan Mas Haris harus diamputasi. Mas Wisnu juga bilang kalau Mas Haris kesusahan untuk berbicara, k
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-16
Baca selengkapnya

Lima puluh empat

"Hust! Jangan bicara seperti itu, Mas," sahutku juga dengan suara bergetar. Aku tak pernah berharap cinta yang sebesar ini."Sinta tak akan menderita hanya karena berpisah denganku, Nyia. Dia tak pernah mencintaiku. Aku hanya dianggapnya sebagai tameng. Agar orang-orang menganggapnya sebagai wanita terhormat karena mempunyai suami. Kebahagiaanku bersamamu, Nyia. Satu kali kamu meminta, satu kali kamu menyuruhku meninggalkan Sinta, aku akan langsung melakukannya," ujarnya berapi-api."Belum saatnya, Mas. Aku ingin Sinta merasakan bagaimana rasanya dimadu. Agar dia bisa berpikir, sebelum berucap. Aku juga sakit, Mas, tapi aku akan terus belajar, belajar untuk menerima. Belajar bertanggung jawab atas apa yang sudah kupilih."Setelah itu tak ada lagi kalimat yang terucap dari bibir kami. Aku dan Mas Wisnu sama-sama mengeratkan pelukan. Bagaimanapun juga Aku adalah seorang wanita yang akan sulit menerima jika harus berbagi.Mas Wisnu kupaksa untuk pula
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-17
Baca selengkapnya

Lima puluh lima

Mas Wisnu berdiri di depan pintu bersama dengan ibunya. Wanita senja itu sama terkejutnya sepertiku. Bahkan, waktu pun seolah berhenti demi sebuah pertemuan yang belum pernah kubayangkan sekalipun, hingga aku tersadar setelah Mas Wisnu mengucap salam."Assalamualaikum, Nyia?" ucapnya dengan tatapan sendu."Waalaikumussalam." Setelah membalas salam, aku langsung mengulurkan tangan untuk salim pada Mas Wisnu. Lelaki itu menyambutnya dengan sebuah senyuman, berbeda dengan sang ibu yang mengabaikan uluran tanganku."Ayo, silakan masuk, Mas, Bu." Aku berusaha bersikap ramah, bagaimanapun juga dia adalah wanita yang telah melahirkan lelaki yang kucinta."Nu, Sinta bilang, kamu akan mengajak ibu ke rumah istri mudamu, kenapa ke rumah dia?" tanya ibunya Mas Wisnu, mengabaikan tawaranku, bahkan dia seolah berat untuk menyebut namaku. Sikapnya ini membuatku menelan ludah karena gugup dan takut."Masuk dulu, Bu." Kembali aku
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-17
Baca selengkapnya

Lima puluh enam

"Sinta yang berandil besar dalam semua ini, dia yang selalu mendekatkan aku dengan Mas Wisnu." Lagi aku terdiam, menahan gejolak rasa yang ingin tumpah. Aku emosi karena terbawa suasana, sehingga aku harus berusaha kuat untuk meredamnya. "Sinta yang membawa wanita lain ke dalam Rumah tanggaku dengan Mas Haris. Dia ingin menghancurkanku, Bu. Jadi, sebelum Sinta merasakan sakitnya diduakan, aku sudah pernah merasakannya, Bu," ucapku dengan suara bergetar."Lalu kamu membalas semua sakitmu itu, Nak? Apa yang kamu dapatkan? Kebahagiaan? Atau kepuasan karena sudah membalas sakit hatimu pada Sinta?" Wanita senja itu menatapku dengan tajam. "Bu saat ini Ibu lagi kurang sehat, lebih baik Ibu istirahat dulu." Mas Wisnu berusaha menengahi kami. Lelaki itu terlihat sangat kacau, mungkin dia bingung mana yang harus dibela. Mungkin itu juga yang membuat Sinta berbuat jadi seenak hatinya. "Awalnya memang seperti itu Bu, tapi kenyataannya
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-18
Baca selengkapnya

lima puluh tujuh - pov Sinta

Aku merasa menjadi orang terbodoh di dunia, mengapa segila ini hingga mau merawat lelaki yang sudah tak berguna seperti Mas Haris? Apa yang bisa kuharapkan dari lelaki cacat seperti itu?Entah dibutakan oleh apa, aku bisa begitu memujanya. Mungkin, dulu Mas Haris memang pantas untuk dipertahankan, tapi sekarang? Sepertinya aku harus menyetel ulang otakku."Bude, ada yang ingin aku bicarakan."Wanita yang tengah menikmati makan siangnya itu menoleh, sementara mulutnya masih sibuk mengunyah makanan. Tatapannya tak beralih dariku yang sudah duduk di kursi depannya."Bicara saja, Sin. Ada apa?" tanyanya setelah menelan makanannya. Setelah itu dia kembali sibuk menyendok nasi di piringnya."Aku berubah pikiran, Bude. Jadi, setelah selesai makan, kalian semua harus pergi dari sini." Ucapanku sontak menghentikan gerakannya. "Apa? Apa kamu bilang?" tanyanya setelah susah payah menelan nasi yang mungkin saja
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-18
Baca selengkapnya

lima puluh delapan - pov Sinta

"Kurang ajar!" sentaknya sambil kembali melayangkan tangannya di pipiku."Kamu memang pantas mendapatkan itu. Anjing saja mengerti balas budi, sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan kalian!" ledekku, dan itu semakin membuatnya murka."Kurang ajar!" Lagi dan lagi, pipiku merasakan pedasnya sebuah tamparan. "Lon te! Sundal! Baji ngan!" Bude menganyunkan tangannya setiap kali mengumpat, hingga membuat pipiku kebas dan mati rasa. Wanita senja itu meringis kesakitan, sementara suaminya berteriak memanggil namanya cukup keras setelah kakiku berhasil menendang perutnya."Berani kamu ya?! Rasakan ini! Kali ini tak hanya tamparan, tapi juga tendangan. Semua bagian tubuhku terasa mati rasa. Melihatku tak berdaya, keduanya dengan cekatan mengikat kedua tanganku."Urusin dia baik-baik! Kalau memang sudah tak bisa diharapkan, habisi saja!" pesannya dengan napas tersengal-sengal setelah berhasil mengikat tanganku. Setelah sekali lagi menampar dan menendan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-19
Baca selengkapnya

Lima puluh sembilan

"Kamu yakin mau bertemu Sinta sekarang?" tanyanya setelah batuknya reda. Walaupun tadi sempat terkejut bahkan sampai tersedak, kini dia sudah terlihat tenang. Mata elangnya menatapku. Manik hitamnya terkesan tajam, tetapi sangat menenangkan."Iya, Mas. Sepertinya waktunya udah tepat. Aku sudah mendapat restu dari ibu mertua, jadi, apapun yang terjadi aku sudah siap," ucapku membuat Mas Wisnu tersenyum, sorot matanya pun berubah menjadi teduh."Kuantar, ya," tawarnya yang langsung kubalas dengan sebuah anggukan."Ya dong, tapi kamu masuknya belakangan ya. Setelah dirasa keadaannya cukup genting baru kamu masuk," gurauku. Kami tertawa bersama. Namun, sekejap kemudian seling menutup mulut mengingat ada ibu yang sedang beristirahat."Sepertinya kamu sudah merencanakan semuanya ini dengan baik. Syukurlah kalau begitu, aku jadi tenang," ucapnya setelah itu Mas Wisnu menghela napasnya."Nggak ada, Mas. Pingin t
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-19
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status