Home / Pernikahan / Sebatas Pernikahan Bisnis / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Sebatas Pernikahan Bisnis: Chapter 21 - Chapter 30

120 Chapters

Berhenti berharap..

Anjani berjibaku dengan berkas-berkas yang ada di meja. Semenjak kepulangan Arjuna dua hari lalu, sosok gadis itu berubah menjadi sangat dingin. Ia jadi lebih banyak menghabiskan waktunya di kantor dan menyelesaikan tugas sesuai perjanjian. Yups! partner bisnis, bukan lagi pendamping hidup. Hari sudah larut, mungkin saat ini sudah pukul 9 malam, Anjani memutuskan tak pulang bersama suaminya. Rasanya, ia perlu waktu untuk bisa menata hati dan berhenti berharap.Suara leguh memecah keheningan ketika Anjani berhasil menyelesaikan tugas ... mengecek laporan audit resiko keuangan proyek Green Building setelah Arjuna pergi untuk meninjaunya langsung. Kepulangan Arjuna tentu membawa pe-er yang banyak untuknya. Namun entah mengapa Anjani justru berterima kasih atas kesibukan yang diberikan oleh pria itu. Dengan begitu, Anjani berharap mampu melupakan perasaannya.Anjani tertegun. Gadis itu menatap kosong pintu di hadapannya. Rasa-rasanya Anjani pun sudah tidak mendengar suara penghuni kantor.
Read more

Tamat Riwayatmu, Anjani!

“Tolong undur rapat dengan Manendra Corporate.”Arjuna menghunus netra seseorang di hadapannya. Nafasnya terdengar memburu dan rahang terlihat mengeras. “Lalu panggilkan Anjani ke ruanganku ... NOW!” Sebuah pekikan membuat Naomi tersentak. Ia tak mengerti setan apa yang telah merasuki pria itu. Tidak biasanya, Arjuna mengobarkan amarahnya di pagi hari. “Tunggu apalagi, Naomi? Panggilkan sekarang juga!”Naomi pun bergegas. Jantungnya sudah tak aman sejak beberapa waktu lalu. Kini kakinya melangkah, menjauh dari hadapan Arjuna. Bersama langkah kaki itu, Naomi mengetik sebuah pesan singkat yang ditujukan pada sahabatnya.Tue, feb 16, 2021, 07.15 Bersiaplah, Anjani … riwayatmu tamat hari ini! Hih. Naomi sendiri merinding ketika pesan itu berhasil terkirim. Ia duduk di workstation dan menelepon sahabatnya berulang kali. Memandang amarah Arjuna saat itu, membuat Naomi mencemaskan Anjani. Apa yang terjadi dengan mereka? Mengapa Arjuna bisa semarah itu? Apa mungkin karena Anjani tidak pu
Read more

Terjebak.

Perang dingin yang terjadi hampir satu minggu ini telah membuat Arjuna gerah. Selama itu, Anjani benar-benar terasa asing baginya. Arjuna yang tak tahu harus bagaimana, lantas mencoba mengajak Anjani berbicara. Tepatnya sebelum mereka bergegas menuju kediaman Nyonya Nirwasita karena akhir pekan telah tiba. Arjuna berdehem di ujung pintu kamar hingga Anjani yang tengah sibuk memakai skin care pun menoleh. “Kita perlu bicara—aku tunggu di ruang tamu.” Anjani memutar bola matanya enggan. Pun saat Arjuna menghilang, Anjani malas menanggapinya. Rasa sakit yang menghujam berkali-kali menyebabkan Anjani lelah bertahan. Sesungguhnya, ia sudah tak peduli. Anjani hanya berpikir bagaimana cara menyelesaikan kontrak mereka lalu pergi sejauh mungkin. Namun, saat ia mulai menyerah … Arjuna seolah memberinya ruang. Anjani merasa seperti layangan yang terus ditarik ulur oleh pemainnya.Saat tiba di sofa, Arjuna bergeser dan Anjani duduk tepat beberapa senti di sampingnya. Canggung. Atmosfer yang
Read more

Dilema

“Kau sedang ada masalah?” tanya wanita itu lantas membuat Anjani makin terisak. Masih di ruang private, Anjani menangis hampir setengah jam. Nirwasita hampir tak mengerti apa yang terjadi pada cucu menantunya, ia hanya membiarkan Anjani menumpahkan segala kesedihannya. Gadis itu menangis tersendu-sendu pasti ada alasan. Jika bukan karena hubungan antara suami dan istri, lantas apa lagi? Setelah isak tangis mulai menghilang, Anjani memandang neneknya dengan tatapan intens. Ia menggenggam tangan keriput itu, lalu memandang tautan tangan mereka dengan wajah sendu. “Nek, apa yang kau lakukan jika aku berbohong?” tanya Anjani. Dahi wanita itu mengernyit. Ia belum menjawab, namun ia menggeser tangannya dan mengusap punggung tangan gadis disana. Sesaat setelahnya ia tersenyum. “Jika kau berbohong demi kebaikan, Nenek tak masalah,” ujarnya.Lantas ia menatap Anjani yang masih tertunduk. Sejenak, ia menengadahkan wajah itu, seolah meminta Anjani menatapnya juga, “Namun jika berbohong d
Read more

Bolehkah aku menyerah?

Arjuna menceburkan diri, meraih lengan Anjani lalu menariknya keluar dari dasar kolam. Ia membopong sang istri lalu berjalan membelah air. Hingga tiba di pinggir kolam, Arjuna meletakkannya. Disaat berikutnya, Arjuna bergerak naik. “Astaga! Ada apa ini?” Suara nyaring sang nenek menjeda umpatannya. Arjuna memandang raut wajah sang nenek yang terlihat panik. Ia tak menjawab dan lekas memberi pertolongan pada gadis itu. Arjuna memastikan istrinya masih bernafas, telinganya mendekat lalu menekan dadaa bagian atas gadis itu. Ia sesekali memberi nafas buatan, sampai air menyembur keluar dibersamai suara batuk. Nirwasita yang mengamati sambil harap-harap cemas, akhirnya bernafas lega. Demikian pula Arjuna. Ia patut bersyukur bahwa Anjani baik-baik saja.Arjuna menghela nafas kasar sambil terduduk. Matanya terpejam mensyukuri keadaan. Samar-samar Anjani melihat wajah pria yang berhasil mengeluarkannya dari kematian. Namun, matanya terlalu berat terbuka. Disaat berikutnya, pandangannya pun
Read more

Hanyalah Mimpi..

Mobil melaju dengan kecepatan diatas rata-rata, seseorang berhasil lolos dari situasi yang tak bisa dipahaminya. Ia menghela nafas berat. Sesekali memukul stir mobil.“Arrggghhh!!” pekiknya. Dadanya terlalu sesak. Darahnya mendidih. Entah mengapa ia pun tak bisa memahami. Ia merasa terjebak dalam situasi ini. Anjani telah berhasil membuatnya frustasi.Arjuna tiba di sebuah bar daerah Senopati. Ia gegas duduk di kursi tinggi, di hadapan bartender berperawakan indo-china. Dengan setelan kemeja hitam lengan pendek serta casual short pants berwarna khaki, Arjuna memesan minuman alkohol yang sudah lama tidak ia cicipi. Sejak berambisi merebut tahta serta membalaskan rasa sakit akibat trauma yang diterima, Arjuna merasa hari-harinya kian menderita.Lama sudah terasa setelah ia menginjakkan kaki di Indonesia, Arjuna tidak mendatangi tempat-tempat hiburan malam di tengah kota. Hari-harinya dihabiskan untuk berkerja dan menyusun rencana menduduki posisi utama. Arjuna ingin membuktikan pada me
Read more

Orang Ketiga..

Arjuna memandang layar ponsel itu sambil mengutuk dirinya sendiri. Tak dipungkiri—apa yang dilihatnya adalah nyata. Arjuna lupa bahwa dirinya salah seseorang yang berpengaruh di dunia bisnis, hingga gerak-geriknya begitu disoroti. Kini ia hanya mampu menelan ludah. Untuk kedua kalinya isu tak sedap menyeruak. Entah apa yang akan terjadi di kehidupannya setelah beredar video dirinya tengah mabuk bersama seorang gadis yang bukan istrinya. Dunia akan mencaci maki. Arjuna lagi-lagi menelan ludah. Matanya memerah. Apakah ini jebakan? Pikirannya menerka-nerka.“Kau ingin mengelak?” Arjuna diam membisu. “Bukankah kau tahu rasanya terluka karena orang ketiga? Kau ingin mengulangi apa yang mendiang ayahmu lakukan? Kau tidak pernah berpikir bagaimana perasaan istrimu saat ini? Kau sungguh mengecewakan Nenek, Arjuna!” Tanpa jeda sang nenek berhasil mengorek luka lamanya. Sungguh, Arjuna tak pernah berpikir untuk lakukan hal itu. Ia hanya terjebak dengan keadaan yang membuat hatinya ta
Read more

Aku butuh waktu..

“Arjuna,” gumam gadis itu. Setelah melihat layarnya menyala. Anjani sama sekali tak berniat meresponnya. Ia menggeser ikon merah lalu menyalakan mode pesawat. Hatinya begitu hancur—seperti tak bisa tertata lagi. “Are you ok?” Rama memastikan dan Anjani mengangguk pelan. Meski tak jelas menunjukkan, Rama tentu tahu bahwa Anjani sedang tidak baik-baik saja. Ia berusaha menyembunyikan perasaan yang sesungguhnya. Bagaimana bisa seorang gadis bisa baik-baik saja sementara melihat sang suami bersama gadis lain? Bahkan seluruh dunia mengetahuinya. “Hmm … bukankah dirimu seharusnya bersama Kayla?” Anjani mengalihkan perbincangan. Demi hati yang tak mampu berdamai, sudah seharusnya Anjani menghentikan perbincangan tentang Arjuna. Rasanya begitu sakit jika harus mengingat pemberitaan yang ada tentang mereka. Memandang keraguan di wajah pria itu, Anjani memastikan kembali. “Hei?!”Rama terlihat ragu. Ingatannya kembali pada kejadian tadi pagi ketika mendapati Arjuna ada di unit sang k
Read more

Tamu tak diundang..

Anjani kembali ke rutinitas hariannya sebagai Direktur Keuangan dan Manajemen Resiko. Pagi itu ia sudah berangkat lebih awal demi menghindari Arjuna. Berada di atap yang sama sungguh membuatnya tak bisa bernafas. Segalanya jadi serba terbatas. Sejak ia menyatakan tentang perasaannya, Anjani merasa tak memiliki nyali untuk bertemu. Rasanya ia ingin sekali menyembunyikan wajahnya entah dimana. Sebab, menghadapi pria itu membuatnya semakin kesulitan. Pagi itu jalanan ibu kota sudah padat merayap. Anjani bersyukur berangkat lebih. Ia mengendarai sendiri mobil pemberian Arjuna beberapa waktu lalu. Sesungguhnya, jika ia ingin mengutuk, Anjani akan lakukan dirinya sendiri yang tetap memakai fasilitas pemberian pria itu. Mobil mercy keluaran terbaru memasuki lobby utama Barathaland Group—Anjani berhenti lalu memberikan kunci pada petugas. Ia gegas memasuki kantor karena sepuluh menit lagi rapat bagiannya di mulai. “Pagi, Bu Anjani!” sapa hangat seorang office boy yang tengah mengelap lanta
Read more

Cinta dan Belas Kasih

“Kau sedang tidak cemburu ‘kan?” Arjuna terkejut. Melihat tatapan Naomi membuat dirinya seketika gugup.Tak ada jawaban atas pertanyaan itu, ia tak membantah juga tak mengiyakan. Arjuna memalingkan wajahnya. Namun, dengan jailnya, Naomi menuntut jawaban pada pria itu. “Bukankah aku pernah bertanya tentang perasaanmu padanya?” Naomi terdiam, mengamati gerak gerik pria yang masih bergeming itu. Meski tak ada gerakan—ia bisa melihat ada sebuah kegugupan. Bibir Arjuna berkedut. “Aku tanya sekali lagi … kau menyukainya?”Terakhir kali mendapat pertanyaan itu, Arjuna dengan tegas menjawab tidak. Namun, kini ia tak mampu mengatakannya. Lidahnya kelu. Arjuna tak mengerti mengapa bibirnya begitu berat. Tak ada kalimat yang terlontar. Arjuna pun menelan ludah. “Tak perlu dijawab kalau begitu … sudah jelas bahwa dirimu mulai menyukai gadis itu.” Naomi menarik kesimpulan. Sebagai seorang sahabat, ia banyak memberi nasihat pada pria itu. Meski usia mereka terpaut jarak dan Arjuna lebih tua
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status