Share

Terjebak.

Penulis: ekaphrp
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Perang dingin yang terjadi hampir satu minggu ini telah membuat Arjuna gerah. Selama itu, Anjani benar-benar terasa asing baginya. Arjuna yang tak tahu harus bagaimana, lantas mencoba mengajak Anjani berbicara. Tepatnya sebelum mereka bergegas menuju kediaman Nyonya Nirwasita karena akhir pekan telah tiba.

Arjuna berdehem di ujung pintu kamar hingga Anjani yang tengah sibuk memakai skin care pun menoleh.

“Kita perlu bicara—aku tunggu di ruang tamu.”

Anjani memutar bola matanya enggan. Pun saat Arjuna menghilang, Anjani malas menanggapinya. Rasa sakit yang menghujam berkali-kali menyebabkan Anjani lelah bertahan. Sesungguhnya, ia sudah tak peduli. Anjani hanya berpikir bagaimana cara menyelesaikan kontrak mereka lalu pergi sejauh mungkin. Namun, saat ia mulai menyerah … Arjuna seolah memberinya ruang. Anjani merasa seperti layangan yang terus ditarik ulur oleh pemainnya.

Saat tiba di sofa, Arjuna bergeser dan Anjani duduk tepat beberapa senti di sampingnya. Canggung. Atmosfer yang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Sebatas Pernikahan Bisnis   Dilema

    “Kau sedang ada masalah?” tanya wanita itu lantas membuat Anjani makin terisak. Masih di ruang private, Anjani menangis hampir setengah jam. Nirwasita hampir tak mengerti apa yang terjadi pada cucu menantunya, ia hanya membiarkan Anjani menumpahkan segala kesedihannya. Gadis itu menangis tersendu-sendu pasti ada alasan. Jika bukan karena hubungan antara suami dan istri, lantas apa lagi? Setelah isak tangis mulai menghilang, Anjani memandang neneknya dengan tatapan intens. Ia menggenggam tangan keriput itu, lalu memandang tautan tangan mereka dengan wajah sendu. “Nek, apa yang kau lakukan jika aku berbohong?” tanya Anjani. Dahi wanita itu mengernyit. Ia belum menjawab, namun ia menggeser tangannya dan mengusap punggung tangan gadis disana. Sesaat setelahnya ia tersenyum. “Jika kau berbohong demi kebaikan, Nenek tak masalah,” ujarnya.Lantas ia menatap Anjani yang masih tertunduk. Sejenak, ia menengadahkan wajah itu, seolah meminta Anjani menatapnya juga, “Namun jika berbohong d

  • Sebatas Pernikahan Bisnis   Bolehkah aku menyerah?

    Arjuna menceburkan diri, meraih lengan Anjani lalu menariknya keluar dari dasar kolam. Ia membopong sang istri lalu berjalan membelah air. Hingga tiba di pinggir kolam, Arjuna meletakkannya. Disaat berikutnya, Arjuna bergerak naik. “Astaga! Ada apa ini?” Suara nyaring sang nenek menjeda umpatannya. Arjuna memandang raut wajah sang nenek yang terlihat panik. Ia tak menjawab dan lekas memberi pertolongan pada gadis itu. Arjuna memastikan istrinya masih bernafas, telinganya mendekat lalu menekan dadaa bagian atas gadis itu. Ia sesekali memberi nafas buatan, sampai air menyembur keluar dibersamai suara batuk. Nirwasita yang mengamati sambil harap-harap cemas, akhirnya bernafas lega. Demikian pula Arjuna. Ia patut bersyukur bahwa Anjani baik-baik saja.Arjuna menghela nafas kasar sambil terduduk. Matanya terpejam mensyukuri keadaan. Samar-samar Anjani melihat wajah pria yang berhasil mengeluarkannya dari kematian. Namun, matanya terlalu berat terbuka. Disaat berikutnya, pandangannya pun

  • Sebatas Pernikahan Bisnis   Hanyalah Mimpi..

    Mobil melaju dengan kecepatan diatas rata-rata, seseorang berhasil lolos dari situasi yang tak bisa dipahaminya. Ia menghela nafas berat. Sesekali memukul stir mobil.“Arrggghhh!!” pekiknya. Dadanya terlalu sesak. Darahnya mendidih. Entah mengapa ia pun tak bisa memahami. Ia merasa terjebak dalam situasi ini. Anjani telah berhasil membuatnya frustasi.Arjuna tiba di sebuah bar daerah Senopati. Ia gegas duduk di kursi tinggi, di hadapan bartender berperawakan indo-china. Dengan setelan kemeja hitam lengan pendek serta casual short pants berwarna khaki, Arjuna memesan minuman alkohol yang sudah lama tidak ia cicipi. Sejak berambisi merebut tahta serta membalaskan rasa sakit akibat trauma yang diterima, Arjuna merasa hari-harinya kian menderita.Lama sudah terasa setelah ia menginjakkan kaki di Indonesia, Arjuna tidak mendatangi tempat-tempat hiburan malam di tengah kota. Hari-harinya dihabiskan untuk berkerja dan menyusun rencana menduduki posisi utama. Arjuna ingin membuktikan pada me

  • Sebatas Pernikahan Bisnis   Orang Ketiga..

    Arjuna memandang layar ponsel itu sambil mengutuk dirinya sendiri. Tak dipungkiri—apa yang dilihatnya adalah nyata. Arjuna lupa bahwa dirinya salah seseorang yang berpengaruh di dunia bisnis, hingga gerak-geriknya begitu disoroti. Kini ia hanya mampu menelan ludah. Untuk kedua kalinya isu tak sedap menyeruak. Entah apa yang akan terjadi di kehidupannya setelah beredar video dirinya tengah mabuk bersama seorang gadis yang bukan istrinya. Dunia akan mencaci maki. Arjuna lagi-lagi menelan ludah. Matanya memerah. Apakah ini jebakan? Pikirannya menerka-nerka.“Kau ingin mengelak?” Arjuna diam membisu. “Bukankah kau tahu rasanya terluka karena orang ketiga? Kau ingin mengulangi apa yang mendiang ayahmu lakukan? Kau tidak pernah berpikir bagaimana perasaan istrimu saat ini? Kau sungguh mengecewakan Nenek, Arjuna!” Tanpa jeda sang nenek berhasil mengorek luka lamanya. Sungguh, Arjuna tak pernah berpikir untuk lakukan hal itu. Ia hanya terjebak dengan keadaan yang membuat hatinya ta

  • Sebatas Pernikahan Bisnis   Aku butuh waktu..

    “Arjuna,” gumam gadis itu. Setelah melihat layarnya menyala. Anjani sama sekali tak berniat meresponnya. Ia menggeser ikon merah lalu menyalakan mode pesawat. Hatinya begitu hancur—seperti tak bisa tertata lagi. “Are you ok?” Rama memastikan dan Anjani mengangguk pelan. Meski tak jelas menunjukkan, Rama tentu tahu bahwa Anjani sedang tidak baik-baik saja. Ia berusaha menyembunyikan perasaan yang sesungguhnya. Bagaimana bisa seorang gadis bisa baik-baik saja sementara melihat sang suami bersama gadis lain? Bahkan seluruh dunia mengetahuinya. “Hmm … bukankah dirimu seharusnya bersama Kayla?” Anjani mengalihkan perbincangan. Demi hati yang tak mampu berdamai, sudah seharusnya Anjani menghentikan perbincangan tentang Arjuna. Rasanya begitu sakit jika harus mengingat pemberitaan yang ada tentang mereka. Memandang keraguan di wajah pria itu, Anjani memastikan kembali. “Hei?!”Rama terlihat ragu. Ingatannya kembali pada kejadian tadi pagi ketika mendapati Arjuna ada di unit sang k

  • Sebatas Pernikahan Bisnis   Tamu tak diundang..

    Anjani kembali ke rutinitas hariannya sebagai Direktur Keuangan dan Manajemen Resiko. Pagi itu ia sudah berangkat lebih awal demi menghindari Arjuna. Berada di atap yang sama sungguh membuatnya tak bisa bernafas. Segalanya jadi serba terbatas. Sejak ia menyatakan tentang perasaannya, Anjani merasa tak memiliki nyali untuk bertemu. Rasanya ia ingin sekali menyembunyikan wajahnya entah dimana. Sebab, menghadapi pria itu membuatnya semakin kesulitan. Pagi itu jalanan ibu kota sudah padat merayap. Anjani bersyukur berangkat lebih. Ia mengendarai sendiri mobil pemberian Arjuna beberapa waktu lalu. Sesungguhnya, jika ia ingin mengutuk, Anjani akan lakukan dirinya sendiri yang tetap memakai fasilitas pemberian pria itu. Mobil mercy keluaran terbaru memasuki lobby utama Barathaland Group—Anjani berhenti lalu memberikan kunci pada petugas. Ia gegas memasuki kantor karena sepuluh menit lagi rapat bagiannya di mulai. “Pagi, Bu Anjani!” sapa hangat seorang office boy yang tengah mengelap lanta

  • Sebatas Pernikahan Bisnis   Cinta dan Belas Kasih

    “Kau sedang tidak cemburu ‘kan?” Arjuna terkejut. Melihat tatapan Naomi membuat dirinya seketika gugup.Tak ada jawaban atas pertanyaan itu, ia tak membantah juga tak mengiyakan. Arjuna memalingkan wajahnya. Namun, dengan jailnya, Naomi menuntut jawaban pada pria itu. “Bukankah aku pernah bertanya tentang perasaanmu padanya?” Naomi terdiam, mengamati gerak gerik pria yang masih bergeming itu. Meski tak ada gerakan—ia bisa melihat ada sebuah kegugupan. Bibir Arjuna berkedut. “Aku tanya sekali lagi … kau menyukainya?”Terakhir kali mendapat pertanyaan itu, Arjuna dengan tegas menjawab tidak. Namun, kini ia tak mampu mengatakannya. Lidahnya kelu. Arjuna tak mengerti mengapa bibirnya begitu berat. Tak ada kalimat yang terlontar. Arjuna pun menelan ludah. “Tak perlu dijawab kalau begitu … sudah jelas bahwa dirimu mulai menyukai gadis itu.” Naomi menarik kesimpulan. Sebagai seorang sahabat, ia banyak memberi nasihat pada pria itu. Meski usia mereka terpaut jarak dan Arjuna lebih tua

  • Sebatas Pernikahan Bisnis   Ketakutan Anjani..

    “Apa kau pernah melihat Anjani bahagia bersama pria itu?”Pertanyaan Ammar kontan membuat Naomi tak berkutik. Ia tahu Ammar sosok yang begitu vokal. Ia tak akan begitu saja percaya dengan omongan yang orang lain katakan. Sementara ia bisa melihat fakta yang berbeda dari omongan tersebut. “Itu ….”“Aku sudah jauh mengenal kalian, Naomi. Apapun yang terjadi, aku sudah bisa membacanya.”Kris yang tak bisa memasuki ranah persahabatan itu, hanya mampu menyetir dengan kecepatan tinggi hingga tanpa sadar mobil mereka telah terparkir. “Kita sudah sampai,” sela Kris membuat mereka menghentikan obrolan itu.Ammar dan Naomi mengitari pandangan. “Oh, ya,” gumam Naomi. Disebuah restoran Jepang.Waktu berlalu sekitar lima belas menit setelah ketiganya tiba di restoran Jepang. Di sebuah bilik, Naomi dan lainnya menanti kedatangan sepasang suami istri. Hening. Ketiganya sibuk dengan gawai masing-masing hingga akhirnya sebuah suara mengisi suasana. “Maaf kami terjebak macet …” ujar Anjani setiba

Bab terbaru

  • Sebatas Pernikahan Bisnis   Biarkan Dia Memilih …

    Di tengah perbincangan yang santai, ketiga gadis yang saling bersahabat mulai mengarah pada Anjani. Salah satunya, Naomi. Setelah Raina tertidur di stroller, Naomi tak henti mengamati kedekatan Sadewa dan Chayra di sisi tembok yang sedang mereka warnai. Meski gadis cilik di hadapannya itu sangat terlihat tenang dan fokus terhadap aktivitasnya, tapi Sadewa sesekali menggoda dengan menggores tinta ke pipinya.“Sadewa!”Suster dari keluarga Hoover pun menenangkan sang majikan, ia berlutut dan mengelus dada gadis cilik tersebut.Naomi dibuat penasaran dengan kedekatan itu. Tak sekali dua kali pula Kris mengatakan tentang perjodohan keluarga Barathawardana dan Hoover.“Jadi, benar?”Naomi mencondongkan tubuhnya seraya bertanya pelan. Sementara Kayla hanya mengamati kedua orang yang sudah

  • Sebatas Pernikahan Bisnis   Enam Tahun Kemudian

    “Sadewa apa yang kau lakukan! Kembalikan!”Seorang gadis cilik bermata biru mengerang kesal ketika anak laki-laki itu mengambil boneka dari tangannya lalu berlari mengelilingi ruangan tersebut. Wajahnya begitu bahagia mengerjai gadis sebaya yang rambutnya dikuncir dua.“Sadewa ….”Sang ibu yang tengah membantu bibi Sri di dapur mengingatkan dengan datar. Sementara ayah mereka tengah berdiskusi di ruang tamu. Ketika kedua anak itu saling berlari dan terus kejar mengejar melewati Arjuna dan Jarvis, senyum terbit diantara pria dewasa disana.Arjuna berhasil menangkap Sadewa yang melewati jalan kosong di hadapannya.“Hap! Tertangkap!” seru Arjuna.Sementara Chayra merajuk diatas pangkuan sang ayah.“Ayah ….”“Tidak apa-apa, Sayang. Sadewa hanya ingin bermain denganmu.”“Sadewa, kau tidak boleh seperti itu, ya, Nak.”Anjani yang baru

  • Sebatas Pernikahan Bisnis   Ya, Aku Berjanji!

    “Berjanjilah untuk bersikap hangat padaku ….”Di tengah nafas yang memburu, mata mereka saling memandang lekat.“Ya, aku berjanji!”Tak lama kemudian, Rama pun melanjutkan ciuman panas mereka. Bibir saling bertaut dibersamai saliva yang bertukar hangat membuat hasrat mereka kian membara. Rama tak lagi ingat bahwa ia takut akan sebuah komitmen. Gejolak primitifnya kian membara, membuat dirinya tak bisa mengendalikan naluri yang terus membawanya jauh. Mereka menyatu dengan cepat bersama suara indah yang menusuk ke telinga. Lambat laun, Kayla mulai merasa bahwa ia pun tak bisa menolak permainan itu. Jemarinya menyusuri kulit punggung sang pria, sesekali tanpa sadar ia mencakarnya kuat.“Ah!”Rama terus bergerak dengan tempo yang cepat seraya menciuminya tanpa ampun.“Hmmmmmp!”“I gonna crazy because of you, Kay ….”Di tengah desakan yang kian memunc

  • Sebatas Pernikahan Bisnis   Berjanjilah!

    Kayla melangkah dengan tergesa ketika lift telah mengantarkannya ke lantai dasar. Ia gegas melangkah dengan tergesa. Beberapa pegawai yang melihatnya langsung menundukkan kepala seraya menghormati. Ketika berhasil melewati pintu lobi yang berputar dan hampir menarik handle pintu mobil yang terparkir disana, seseorang menahan jemarinya.“Biar aku antar,” ucap pria itu.Kayla menatap tangannya yang hangat dalam genggaman. Lalu, ia menatap pria itu dengan dalam. Sungguh! Ingin rasanya ia mencaci. Namun, ia tak mampu lakukan itu. Faktanya gengsi wanita memang lebih besar. Dan Kayla, menyingkirkan genggaman itu dengan tangannya yang lain.“Tidak perlu.”Gadis itu hendak menarik kembali handle pintu tersebut. Namun, lagi-lagi tertahan.“Jangan keras kepala!”“Tsk!”Kayla berdecih sambil memalingkan wajahnya ke arah lain.“Jangan sok peduli!”

  • Sebatas Pernikahan Bisnis   Satu Bulan Sebelum Pernikahan

    “Kau mau mandi bersama?”Kris mengerlingkan mata pada gadis yang kini telah resmi menyandang status sebagai istrinya. Naomi yang tengah berbaring disisinya, lantas menoleh. Pipi pun jadi merona seketika. Ini bukan kali pertama—tapi mendengar pertanyaan itu membuat gemuruh jantungnya berdetak hebat.“Eung …”Tak butuh jawaban dari wanita itu. Kris langsung beranjak lalu membopong gadis itu hingga Naomi terpekik karena gerakan yang begitu tiba-tiba.“Kyaaaaaaaa!”Meskipun begitu, Naomi begitu merasa dicintai. Tak pernah menyangka bahwa pria yang selama ini bekerjasama dengannya sebagai rekan kerja, menjadi pasangan seumur hidupnya.Waktu berlalu begitu saja—entah sejak kapan mereka telah berada dalam kondisi yang polos dan saling berpangkuan di atas bathup. Meski udara dingin menusuk tulang, keduanya justru dibasahi oleh peluh yang bercampur dengan air busa di bathup ters

  • Sebatas Pernikahan Bisnis   Sebuah Perjanjian

    “Apa kau sudah menikah?” Jantung Rama seketika diremas, setiap kali bertemu orang dan di usianya yang menginjak kepala tiga—pertanyaan tentang pernikahan selalu mengiang di telinganya. Padahal, mereka ke tempat itu untuk membicarakan soal bisnis. Tapi, Tuan Hoover seolah memancing adrenalin-nya. Rama melirik ke arah Arjuna yang tersenyum tipis, seperti orang yang sangat bahagia atas penderitaan orang lain. “I-tuuuu,” gumam Rama. Sebenarnya ia bisa saja menjawab bahwa sudah ada calon dan akan segera melangsungkan pernikahan. Tapi bibirnya terasa kaku. “Sayangnya, aku tak mungkin memberikan putriku untukmu, Rama ….” “Apa?” “Apa?” Kontan Arjuna dan Rama membeliak. “Karena Chayra sudah milik Sadewa.” Lelucon macam apa itu, Rama hampir mencelos mendengar pernyataan Jarvis. Ternyata ia hanya bergurau. ‘Ya Tuhan … lelucon macam apa itu.’ Rama bermonolog lalu tersenyum tipis. Di tengah makan mal

  • Sebatas Pernikahan Bisnis   Lagi-Lagi Ditanya Kapan Menikah?

    Memandang wajah Rama yang berubah pias membuat Kayla tersenyum dibalik Zivaa yang penuh mengisi layar ponsel itu. Zivaa dan Sadewa seolah sengaja membuat Rama tak berkutik dengan menggodanya.“Ayolah, Paman! Jangan membuat Bibi Kayla menunggu lebih lama lagi.”“Eung …”Di ujung panggilan video itu, terlihat Rama yang terus menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia terdengar menghela nafas berkali-kali.“Sudahlah, kalian jangan terus menerus menggoda Paman Rama.”Anjani meraih ponsel itu dari wajah Zivaa dan mengembalikannya pada Kayla. Ia lantas merebut Sadewa dalam genggaman sang ibu mertua.“Bu, biarkan Kayla berbicara dengan Rama. Mereka pasti saling merindukan,” goda Anjani.Lantas ia beranjak menuju kamar Sadewa.“Ayo, Bu!”Zivaa pun mengangguk dan berpindah dari ruang keluarga menuju kamar anak bayi itu. Setelah kedua orang itu berlalu dan menghilang dari pandangan. Kayla lantas menatap layar ponsel itu dengan senyum tak biasa.“Kau menertawakanku?” “Tidak. Hanya saja … lucu.”“Ap

  • Sebatas Pernikahan Bisnis   Bibi Kayla

    Dalam perjalanan menuju bandara, Rama tak berhenti diam. Ia terus mendengus sambil sesekali mengecek ponselnya. Hasrat yang belum tuntas dan rasa rindu pun sudah menggebu bahkan sebelum ia benar-benar meninggalkan tanah air. Arjuna yang sedari tadi mengamati, hanya bisa menggelengkan kepala. Dasar si keras kepala itu. Ia tidak ingin cepat-cepat menikahi wanita yang sudah jelas dicintai.“Baru saja bertemu, kau sudah rindu?”Rama pun menoleh hingga matanya bersirobok di udara dengan Arjuna.“Ya?”“Kau itu terlalu gengsi!”“Apa?”Tak lama suara gelak tawa memenuhi penjuru mobil. Arjuna terlihat begitu puas menertawai sang adik yang jelas-jelas tengah dilanda frustasi.“Ada yang lucu?” tanya Rama kesal karena ditertawai begitu saja.“Sikapmu yang lucu! Kau tidak ingin menikahinya cepat-cepat, tapi kau dengan lihai melakukan permainan di kantor. Aku sampai merinding—hih!”“Shut up!”Meski mereka pernah berseteru, tapi setiap kali Arjuna mengolok-olok Rama, tak ada lagi kecanggungan dianta

  • Sebatas Pernikahan Bisnis   Aku Akan Menikahimu, Secepatnya …

    “Apa kau setuju jika Sadewa dijodohkan dengan rekan bisnisku?”Mata gadis itu membola. Seketika Anjani terperanjat hingga tanpa sadar mendorong tubuh Arjuna menjauh.“Kau gila?”“Tenanglah!” seru Arjuna dengan senyum tak biasa, membuat Anjani semakin tak tenang. Bagaimana mungkin bayi yang belum genap sebulan sudah ingin dijodohkan? Apa suaminya ini gila?Anjani tak berhenti menggeleng sambil menatap mata sang suami dengan tajam.“Dia Tuan Hoover yang akan menginvestasikan dananya untuk proyek Paradise.”“Paradise?”“Ya, setelah semua sengketa clear tak ada alasan untuk menunda pembangunan bukan?”Anjani termangu. Tiba-tiba sorot matanya meredup. Bagaimanapun tanah itu, pernah berdiri sebuah bangunan yang penuh kenangan. Tapi, semua sudah berlalu. Anjani seharusnya tak lagi mengingat itu sementara ia sudah memiliki Arjuna dan Sadewa di sisinya.“Kenapa?”Arjuna seolah tahu apa yang dipikirkan oleh sang istri. Ia menengadahkan wajah sang istri lalu menangkup pipi serta mengusapnya lemb

DMCA.com Protection Status