Home / Pernikahan / WITHERED / Chapter 191 - Chapter 200

All Chapters of WITHERED: Chapter 191 - Chapter 200

210 Chapters

191. TANGIS KEN

Bip! Cklek! Bunyi pintu yang terbuka itu membuat lelaki narsis yang sarkas menatap Rexy. "Он пошел?" (Dia sudah pergi?) Ucap Zander yang biasa saja Rexy tak menjawab, "tidak ingin menemaniku minum, Bro?"Rexy yang sudah berjalan di depan adiknya menoleh tanpa kata. "Man's night," ucap Zander mengangkat gelas berisi wiski sementara di meja, botol minuman berarkohol direndam dalam balok-balok es di dalam basket.Saat Rexy duduk, Zander menuang wiski dalam gelas yang sudah ia siapkan, "for you, Bro." Tring! Rexy hanya diam saat Zander menyentuhkan gelasnya pada gelas yang sudah ia pegang."Sejak kapan kau kembali?""Uhuk!" Zander yang sedang meneguk wiski terbatuk. Bukan karena tanya sang kakak, tapi karena Rexy tak menyadari kehadirannya yang sengaja terus tinggal di dalam kamar."Well," ucap Zander menunjukan senyum terbaiknya, "kurasa aku tak perlu menyapamu yang sedang sibuk di dalam kamar, no?"Manik Zander membesar saat melihat tatapan mengintimidasi yang ditunjukan Rexy, ia l
last updateLast Updated : 2023-11-22
Read more

192. BERSABARLAH SEBENTAR LAGI

Siapa yang bisa di salahkan untuk tangisnya? Tangis lelaki penuh nilai plus yang selalu di banggakan ibunya. Wanita yang bahkan terang-terangan meninggalkan bekas tangan di pipi menantunya. Menantu yang hanya bisa diam saat tangan Sari panas dan berkedut. "Sial!" Rutuk wanita paruh baya yang menatapi telapak tangannya sendiri. "Seharusnya aku tidak hanya menamparnya saja."Ucapan sepernuh hati yang Sari katakan membuat lelaki yang sedang tidur memunggunginya, membuka mata. Tapi, hanya sesaat karena Damsik malas bertengkar dengan sang istri."Seharusnya kamu melakukan sesuatu pada anak sial itu, Pa. Bukanya malah tidur!"Damsik tahu, Istrinya ini tahu ia hanya pura-pura tidur. Tapi, lelaki yang sudah menyamankan tubuhnya di bawah selimut itu, tidak ingin menanggapi."Apa gunanya dirimu kalau membuat Ken berpikir jernih saja tidak mampu, seharusnya kamu pakai kebayaku saja daripada celana."Damsik tetap tidak bergeming. Meski telinganya memanas untuk ucapan Sari yang rasanya tidak ak
last updateLast Updated : 2023-11-22
Read more

193. RENO DAN WULAN

"Tunggulah sebentar lagi," ucap Wulan menatapi tubuh Anggita yang terbaring di atas brankar.Putri kesayangannya yang terlelap berkat infus yang mengandung obat penenang. Ia lalu berdiri, merapikan anak-anak rambut Anggita yang rapat memejamkan mata, bahkan tidak tahu apa yang Wulan lakukan. Tapi, wanita paruh baya yang menarik nafasnya dalam saat melihat tampilan sang putri, meremas pinggiran kasur. Bibir kering, mata bengkak, hidung merah, wajah tirus milik Anggita membuat Wulan begitu sepenuh hati meremas pinggiran kasur.Hatinya sakit setiap kali melihat Anggita seperti ini. Meskipun sudah berkali-kali, ia tetap tidak bisa membiasakan diri melihat putri yang lahir dari rahimnya terluka, lalu harus kembali ke rumah sakit dengan mental lemah dan jatuh butuh pertolongan ahli kejiwaan."Cepatlah membaik, Sayang," ucap Wulan terus menatapi tampilan Anggita yang matanya terpejam. Sementara di ambang pintu, Reno hanya bisa melihat punggung Wulan yang terlihat begitu kesepian. Tapi, l
last updateLast Updated : 2023-12-01
Read more

194. PURA-PURA BAHAGIA

Wanita paruh baya yang sedang menguping pembicaraan majikan dan tamu majikannya itu, berusaha untuk tidak terlihat. Meski mata dingin dalam potret, seolah menatapinya yang menyembunyikan keberadaan.Tapi, suara hujan yang menderas membuat telinga tuanya sulit menangkap pembicaraan dua manusia yang duduk begitu menjaga jarak. Dua manusia yang pandanganya bisa membuat mbok Imah menahan nafas, meski telinganya tak bisa mendengar semua pembicaraan yang diredam hujan.Mbok Imah tahu, bisa sedingin apa majikannya dalam bersikap. Mata tuanya bahkan sudah hafal punggung dingin yang bisa ditunjukan Anna.Tapi malam ini, ia yang hafal punggung Anna, bisa melihat tidak hanya kebekuan yang Anna tunjukan pada tamunya itu. Ada rasa lain yang tak ingin mbok Imah ucapkan, apalagi ia sedang melakukan hal yang tidak seharusnya ia lakukan, menguping!Namun, wanita tua itu tidak bisa menahan dirinya. Ia tidak bisa menahan diri untuk mencuri dengar apa yang Anna dan Reno bicarakan, sekalipun suara mereka
last updateLast Updated : 2023-12-01
Read more

195. PINTA BANYU PADAKU

Zraaasss!!Suara hujan yang turun dengan deras menyapa telingaku yang masih memejamkan mata. Selimut yang hangat terasa menyentuh kulitku berusaha merasakan tiap jengkal tubuh.Tubuh lemas karena obat, yang terasa berbeda.Mataku yang kubuka langsung menatapi jam di dinding. "Kurang dari 3 jam."4 jam, 3 jam, dan kini 2 jam lebih. Mungkin aku harus menuruti kata Muray untuk memeriksakan diri.Perlahan aku bergerak. Merasakan tiap jengkal tubuhku mengingat sentuhan Rexy yang meninggalkan tanda.Tanda memerah yang membuatku sadar pembicaraanku dengan Ken bukan hanya bayanganku.Penyangkalannya untuk hal yang sudah kulakukan, membuatku menarik nafas dalam di atas ranjang luas yang terasa dingin.Aku yang tahu tidak akan bisa tidur lagi memilih bangun, lalu berdiri menjauh dari kasur dan keluar saat benakku mengingat bocah dengan pipi gembil yang pasti masih lelap dengan memeluk guling. Tapi, langkahku terhenti saat melihat Ken terlelap di atas sofa hanya dengan memeluk bantal tanpa seli
last updateLast Updated : 2023-12-01
Read more

196. KAKAK BANYU

"Apa Banyu boleh ikut Tante terus?"Aku menatap Banyu beberapa lama, mengingat aku sama sekali tak memiliki rencana apapun hari ini kecuali bermain di taman bersamanya. "Tidakkah kita mau main pasir dan ayunan hari ini?"Banyu menoleh padaku yang mengangkat tangan kanannya tinggi. Bocah kecil yang menatapiku dengan wajah serius itu lalu tertawa geli merasakan ketiak kecilnya kubersihkan."Geli, Tante," adu Banyu di antara tawanya yang menggema memenuhi kamar mandi."Tentu saja geli, tapi ayo angkat tanganmu yang satu lagi.""Haruuuus?"Aku tak bisa menahan senyumku saat melihat wajah Banyu yang tetap mengangkat tangan kirinya lalu kembali tertawa. Bocah lucu yang terlihat lega saat aku selesai menggosok dua ketiaknya ini memunggungi ku, membiarkan ku menggosok punggungnya."Tante," ucap Banyu membuatku memasang telinga, "apa punggung Banyu masih jelek?""Apa punggungmu sakit?"Banyu menggeleng, "tidak sakit, tapi Banyu tidak suka lihat rokok."Tanganku yang perlahan menggosok punggun
last updateLast Updated : 2023-12-01
Read more

197. PERUBAHAN RASA

'Nak, maafkan mama.'Maafkan mama karena kamu hanya akan terus menjadi anak mama."Ri?" Ucap Arga saat aku hanya diam. Tenggelam dalam rasa yang tidak akan pernah kusampaikan pada siapa pun."Aku akan baik," jawabku membuat Arga yang menatapiku mengangguk. Tangannya terjulur menyentuh jemariku yang ia genggam. Tanpa kata Arga ingin mengatakan ia ada bersamaku, meski aku tidak mau mengatakan apa yang sedang kupikirkan."Tidakkah menyenangkan mendengar celoteh bocah-bocah lucu itu?" Ucapan Arga membuatku yang menatapi tangan kami menoleh ke depan.Tawa jujur bocah-bocah polos yang terlihat bahagia saat tangan dan kakinya kotor oleh pasir, pipi-pipi gembil mereka yang begitu kenyal pun tak luput, sementara tatapan penuh keluguan mereka jelas tepancar."Ya," jawabku menganggukan kepala. Arga yang masih menatapiku, mengeratkan gengaman dengan senyum di wajah. "Mau makan bakpao isi coklat?" Tanya Arga menggenggam tanganku yang ia usapi sebelum berdiri, lalu pergi dan kembali membawa bung
last updateLast Updated : 2023-12-01
Read more

198. KETIDAKRAMAHAN DUNIA

Aku yang rasanya bisa mendengar langkah sepatu om Reno yang meninggalkanku dengan sekoper uang dan makanan yang memenuhi meja, menarik nafasku dalam.Suaranya yang penuh dengan ketegasan juga dingin tak lagi membuat dadaku berdetak dengan rasa sakit. Tapi, bukan berarti aku tidak merasakan apapun. Hanya saja, mungkin kesadaranku sudah menerima ayah yang sejak awal tidak menginginkan kehadiranku berkata dengan mulutnya sendiri, 'ia tidak pernah menginginkan kehadiranku dalam hidupnya.'Aku bisa merasakan bibirku mengukir senyum, sementara mataku menatapi Banyu yang begitu pulas dalam tidur. 'Apa nilai Banyu berubah setelah aku tahu ia juga keponakanku. Saat aku tahu darah yang sama mengalir dalam nadi kami?'Jika kukatakan tidak ada yang berubah, itu akan menjadi sebuah kebohongan. Karena aku tahu, sesuatu dalam diriku berubah. Dan aku tahu, aku tidak mungkin bisa untuk tidak menyukai Banyu apalagi membencinya."Kamu tahu, Ga," ucapku menatap Arga yang masih menungguku menjawab. "Me
last updateLast Updated : 2023-12-01
Read more

199. PEMBOHONG

"Papa!" Seru Banyu menyambut Ken yang pulang.Bocah lelaki yang masih sengaja menyisakan jarak antara dirinya dan Ken itu mendongak menatapi sang ayah yang tangannya terjulur lalu mengusap rambutnya yang hitam."Apa hari ini menyenangkan?" Tanya Ken pada Banyu yang mengangguk."Banyu main sama teman, main pasir, bikin rumah gede. Terus makan pao, makan puding mangga juga di rumah om Arga. Terus ng ... pulang," ucap Banyu mengadu pada Ken yang mendengarkan dengan sepenuh diri."Bagus," balas Ken membuat Banyu tertawa lebar lalu menghampiriku yang sedang menemani Banyu mewarnai."Kamu sudah makan?"Ken tampak terkejut saat aku bertanya. Ia menatapiku beberapa saat sebelum menggeleng. "Kalian sudah makan?"Aku menatap Banyu, lalu menggeleng.Ken yang sedang melepas sepatunya jadi diam, menatapiku yang mengusap crayon dari pipi Banyu."Yang, apa kita bisa makan di luar?" Aku menatap Ken yang berdiri dengan sebelah sepatu di tangan kanannya. Ia menunggu, manik hitamnya seolah berharap ak
last updateLast Updated : 2023-12-01
Read more

200. KENAPA TIDAK?

"Sudah kenyang?" Tanya Ken pada Banyu yang mengangguk meski mata bulatnya masih melirik sate telur yang tersaji menumpuk di atas meja."Bagaimana kalau kita beli dan makan di rumah?" Manik bulat Banyu membesar dengan binar, ia menatapku, "Tante mau makan lagi?"Aku memgangguk."Apa- apa Banyu boleh makan lagi, Papa?"Ken tampak terkejut pada ucapan Banyu yang tidak biasa meminta. Ia lalu mengangguk, mengusap kepala Banyu yang terlihat senang tapi tidak ia ucapkan meski wajah bulatnya mengatakan segalanya.Setelah selesai membayar makanan, kami naik ke dalam mobil dengan 5 tusuk sate telur yang kuletakkan di kursi belakang. Banyu yang kembali duduk di pangkuanku dengan perut kenyang terlihat mengantuk padahal Ken baru saja melajukan mobil.Lelaki yang duduk di belakang kemudi itu memperhatikanku yang memegang kepala Banyu lalu menyandarkan seluruh tubuh kecilnya pada tubuhku."Apa kamu baik-baik saja?" Aku yang sedang menatapi lampu-lampu jalan menoleh pada Ken, "aku kenyang, tapi
last updateLast Updated : 2024-01-16
Read more
PREV
1
...
161718192021
DMCA.com Protection Status