Home / Pernikahan / WITHERED / 195. PINTA BANYU PADAKU

Share

195. PINTA BANYU PADAKU

Author: Sisi suram
last update Last Updated: 2023-12-01 07:55:25

Zraaasss!!

Suara hujan yang turun dengan deras menyapa telingaku yang masih memejamkan mata. Selimut yang hangat terasa menyentuh kulitku berusaha merasakan tiap jengkal tubuh.

Tubuh lemas karena obat, yang terasa berbeda.

Mataku yang kubuka langsung menatapi jam di dinding. "Kurang dari 3 jam."

4 jam, 3 jam, dan kini 2 jam lebih. Mungkin aku harus menuruti kata Muray untuk memeriksakan diri.

Perlahan aku bergerak. Merasakan tiap jengkal tubuhku mengingat sentuhan Rexy yang meninggalkan tanda.

Tanda memerah yang membuatku sadar pembicaraanku dengan Ken bukan hanya bayanganku.

Penyangkalannya untuk hal yang sudah kulakukan, membuatku menarik nafas dalam di atas ranjang luas yang terasa dingin.

Aku yang tahu tidak akan bisa tidur lagi memilih bangun, lalu berdiri menjauh dari kasur dan keluar saat benakku mengingat bocah dengan pipi gembil yang pasti masih lelap dengan memeluk guling.

Tapi, langkahku terhenti saat melihat Ken terlelap di atas sofa hanya dengan memeluk bantal tanpa seli
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • WITHERED   196. KAKAK BANYU

    "Apa Banyu boleh ikut Tante terus?"Aku menatap Banyu beberapa lama, mengingat aku sama sekali tak memiliki rencana apapun hari ini kecuali bermain di taman bersamanya. "Tidakkah kita mau main pasir dan ayunan hari ini?"Banyu menoleh padaku yang mengangkat tangan kanannya tinggi. Bocah kecil yang menatapiku dengan wajah serius itu lalu tertawa geli merasakan ketiak kecilnya kubersihkan."Geli, Tante," adu Banyu di antara tawanya yang menggema memenuhi kamar mandi."Tentu saja geli, tapi ayo angkat tanganmu yang satu lagi.""Haruuuus?"Aku tak bisa menahan senyumku saat melihat wajah Banyu yang tetap mengangkat tangan kirinya lalu kembali tertawa. Bocah lucu yang terlihat lega saat aku selesai menggosok dua ketiaknya ini memunggungi ku, membiarkan ku menggosok punggungnya."Tante," ucap Banyu membuatku memasang telinga, "apa punggung Banyu masih jelek?""Apa punggungmu sakit?"Banyu menggeleng, "tidak sakit, tapi Banyu tidak suka lihat rokok."Tanganku yang perlahan menggosok punggun

    Last Updated : 2023-12-01
  • WITHERED   197. PERUBAHAN RASA

    'Nak, maafkan mama.'Maafkan mama karena kamu hanya akan terus menjadi anak mama."Ri?" Ucap Arga saat aku hanya diam. Tenggelam dalam rasa yang tidak akan pernah kusampaikan pada siapa pun."Aku akan baik," jawabku membuat Arga yang menatapiku mengangguk. Tangannya terjulur menyentuh jemariku yang ia genggam. Tanpa kata Arga ingin mengatakan ia ada bersamaku, meski aku tidak mau mengatakan apa yang sedang kupikirkan."Tidakkah menyenangkan mendengar celoteh bocah-bocah lucu itu?" Ucapan Arga membuatku yang menatapi tangan kami menoleh ke depan.Tawa jujur bocah-bocah polos yang terlihat bahagia saat tangan dan kakinya kotor oleh pasir, pipi-pipi gembil mereka yang begitu kenyal pun tak luput, sementara tatapan penuh keluguan mereka jelas tepancar."Ya," jawabku menganggukan kepala. Arga yang masih menatapiku, mengeratkan gengaman dengan senyum di wajah. "Mau makan bakpao isi coklat?" Tanya Arga menggenggam tanganku yang ia usapi sebelum berdiri, lalu pergi dan kembali membawa bung

    Last Updated : 2023-12-01
  • WITHERED   198. KETIDAKRAMAHAN DUNIA

    Aku yang rasanya bisa mendengar langkah sepatu om Reno yang meninggalkanku dengan sekoper uang dan makanan yang memenuhi meja, menarik nafasku dalam.Suaranya yang penuh dengan ketegasan juga dingin tak lagi membuat dadaku berdetak dengan rasa sakit. Tapi, bukan berarti aku tidak merasakan apapun. Hanya saja, mungkin kesadaranku sudah menerima ayah yang sejak awal tidak menginginkan kehadiranku berkata dengan mulutnya sendiri, 'ia tidak pernah menginginkan kehadiranku dalam hidupnya.'Aku bisa merasakan bibirku mengukir senyum, sementara mataku menatapi Banyu yang begitu pulas dalam tidur. 'Apa nilai Banyu berubah setelah aku tahu ia juga keponakanku. Saat aku tahu darah yang sama mengalir dalam nadi kami?'Jika kukatakan tidak ada yang berubah, itu akan menjadi sebuah kebohongan. Karena aku tahu, sesuatu dalam diriku berubah. Dan aku tahu, aku tidak mungkin bisa untuk tidak menyukai Banyu apalagi membencinya."Kamu tahu, Ga," ucapku menatap Arga yang masih menungguku menjawab. "Me

    Last Updated : 2023-12-01
  • WITHERED   199. PEMBOHONG

    "Papa!" Seru Banyu menyambut Ken yang pulang.Bocah lelaki yang masih sengaja menyisakan jarak antara dirinya dan Ken itu mendongak menatapi sang ayah yang tangannya terjulur lalu mengusap rambutnya yang hitam."Apa hari ini menyenangkan?" Tanya Ken pada Banyu yang mengangguk."Banyu main sama teman, main pasir, bikin rumah gede. Terus makan pao, makan puding mangga juga di rumah om Arga. Terus ng ... pulang," ucap Banyu mengadu pada Ken yang mendengarkan dengan sepenuh diri."Bagus," balas Ken membuat Banyu tertawa lebar lalu menghampiriku yang sedang menemani Banyu mewarnai."Kamu sudah makan?"Ken tampak terkejut saat aku bertanya. Ia menatapiku beberapa saat sebelum menggeleng. "Kalian sudah makan?"Aku menatap Banyu, lalu menggeleng.Ken yang sedang melepas sepatunya jadi diam, menatapiku yang mengusap crayon dari pipi Banyu."Yang, apa kita bisa makan di luar?" Aku menatap Ken yang berdiri dengan sebelah sepatu di tangan kanannya. Ia menunggu, manik hitamnya seolah berharap ak

    Last Updated : 2023-12-01
  • WITHERED   200. KENAPA TIDAK?

    "Sudah kenyang?" Tanya Ken pada Banyu yang mengangguk meski mata bulatnya masih melirik sate telur yang tersaji menumpuk di atas meja."Bagaimana kalau kita beli dan makan di rumah?" Manik bulat Banyu membesar dengan binar, ia menatapku, "Tante mau makan lagi?"Aku memgangguk."Apa- apa Banyu boleh makan lagi, Papa?"Ken tampak terkejut pada ucapan Banyu yang tidak biasa meminta. Ia lalu mengangguk, mengusap kepala Banyu yang terlihat senang tapi tidak ia ucapkan meski wajah bulatnya mengatakan segalanya.Setelah selesai membayar makanan, kami naik ke dalam mobil dengan 5 tusuk sate telur yang kuletakkan di kursi belakang. Banyu yang kembali duduk di pangkuanku dengan perut kenyang terlihat mengantuk padahal Ken baru saja melajukan mobil.Lelaki yang duduk di belakang kemudi itu memperhatikanku yang memegang kepala Banyu lalu menyandarkan seluruh tubuh kecilnya pada tubuhku."Apa kamu baik-baik saja?" Aku yang sedang menatapi lampu-lampu jalan menoleh pada Ken, "aku kenyang, tapi

    Last Updated : 2024-01-16
  • WITHERED   201. AKU MASIH MENCINTAI KEN

    "Minumlah," ucap Arga padaku yang menyandarkan punggung pada kepala sofa."Terimakasih." Dengan suara parau aku menerima segelas susu hangat yang langsung kusesapi isinya. Sofa yang kududuki bergetar saat Arga duduk di sampingku. Tangannya menepuk pahaku yang kakinya tidak beralas. "Apa kamu ingin bercerita?"Aku menelan minuman manis yang membuat tenggorokan keringku basah. Pun, bisa merasakan manik Arga melihatku yang memegangi gelas dengan kedua tanganku yang jadi hangat."Ga?""Ya?""Apa kamu pernah berpikir untuk menikah?"Arga memiringkan badannya untuk melihatku. "Ken adalah lelaki yang membuatku yakin bangun dengan melihat orang yang sama setiap hari bukanlah hal yang buruk."Aku menatap Arga dengan mataku yang pasti sangat bengkak."Ken adalah orang yang membuatku berpikir tidur di ranjang yang sama, menghabiskan sarapan bersama bahkan hidup di bawah atap yang sama tidaklah hal buruk untuk kujalani."Arga tak memotong sepatah pun kalimatku."Dia adalah lelaki yang bisa kub

    Last Updated : 2024-01-16
  • WITHERED   202. WARNING

    Aku yang memutuskan memejamkan mata, bisa merasakan langit gelap semakin cerah. Dan benar saja saat aku membuka mata, langit pagi yang mendung sudah lebih terang. "Ga," panggilku pada lelaki yang kepalanya sudah bersender pada kepala sofa. Sementara tangannya yang memeluk pundakku sudah meregang.Aku menarik nafasku dalam, menatapi lelaki dengan barisan gigi rapi yang masih lelap tertidur. "Aku pulang dulu, terimakasih sudah mau mendengarkan ceritaku," ucapku menyentuh pipi Arga lalu bangun dari sofa yang membuatku sadar bokongku kebas. Aku menghampiri pintu yang semalam kubuka dengan password yang Arga berikan padaku, lalu membuka pintu yang otomatis tertutup begitu aku sudah keluar. Lorong tidak begitu sepi, aku bisa melihat dua anak berseragam SD berdiri di depan lift sementara empat orang dewasa di samping mereka bercengkrama. Dari lorong lain aku bisa mendengar suara langkah terburu-buru yang lalu bergabung dengan kumpulan manusia yang sudah berkumpul menunggu lift terbuka.

    Last Updated : 2024-01-16
  • WITHERED   203. AKU HARUS MENGHILANG

    Nyut!!Kepalaku begitu sakit. Mungkin karena aku belum tidur sama sekali.Nyut!!Tidur? Ah, iya. Aku baru tidur tiga jam kurang sejak kemarin malam. Pantas saja kepalaku berdenyut-denyut.Nyut!"Kemarin?" Rasanya aku mengucapkan kalimat itu dengan otak yang berpikir, sementara mataku masih terpejam rapat.Bukan hal biasa, karena setelah aku menelan obat agar bisa tidur, tubuhku akan terbangun lebih dahulu dibandingkan mata. tapi, aku yang masih belum mampu membuka mata merasakan rasa tak biasa. Rasa yang membuat seluruh diriku merasa waspada.'Waspada? Waspada pada apa?' Aku yang rasanya tidak bisa menggerakkan tubuh ingin membuka mata. Tapi, mataku yang rapat terpejam terasa begitu berat sekedar untuk kuangkat.'Apa yang terjadi?' Aku yang kesadarannya belum sepenuhnya bangkit, bisa merasakan dahiku berkeringat. Sementara dadaku berdetak begitu cepat. Otakku menggali memori. Aku yang keluar dari rumah Arga bertemu dengan Nabila juga wanita tua yang kembali terkejut menatapiku, 's

    Last Updated : 2024-01-16

Latest chapter

  • WITHERED   210. APA MEREKA BAHAGIA?

    ***********************Selembar surat.Hai, onty Mira.Well, emm... Aku sudah lulus sekolah per-surat ini sampai padamu. Sementara Ben masih sedang mempersiapkan diri untuk ujian penerimaan siswa baru hmmm... kuharap ia diterima. Well, aku dan Muray mommy tahu ia akan berusaha yang terbaik.Oh, apa rajutan baju dan syal yang Rose kirim sudah sampai padamu? Ia menanyakan satu hal itu setiap hari. Sampai aku bosan rasanya (just kidding lol).Apa kau tahu onty? Sidney hamil anak ke 3 dan uncle Carter begitu senang sampai tak perduli pada gosip yang beredar tentang seproduktif apa dirinya. Huh! Sungguh para penggosip tua yang suka sekali membicarakan orang lain!Jika kota kecil ini bukan tempat yang indah, kurasa aku dan Ben tidak akan betah tinggal di sini (this is a BIG lie, ok?) Karena aku suka sekali dengan sandwich tuna buatan nyonya Li. Ia titip salam untukmu by the way.Oh, apa kau tahu onty? Banyak turis yang datang untuk bermain ski berkat resort baru milik kakakmu. Hmm... Ia

  • WITHERED   209. WITHERED

    Hujan masih saja turun dengan deras. Rintiknya begitu ruah bahkan tak mau berhenti saat tubuh tanpa nyawa ditimbun tanah merah yang juga basah.Apa dunia sedang ikut berduka untuk terlepasnya sebuah nyawa dari raga? Siapa yang tahu. Yang jelas, empat orang penggali makam akhirnya bisa pulang ke rumah mereka dengan mengantongi lembaran rupiah.Senyum syukur yang mereka pancarkan tidak ada hubungannya dengan punggung sepi yang menatapi makam dengan nisan baru. Obrolan mereka yang meninggalkan area makam, tak memiliki korelasi apapun dengan sorot mata yang sedang lelaki pemilik barisan gigi paling rapi tunjukan. Mungkin satu-satunya penghubung mereka dengan lelaki itu hanya cipratan air yang membawa tanah pada sepatu pun ujung celana.Entah kalimat apa yang ia ucapkan pada makam yang diguyur hujan itu. Rintik dan tetesan air dari langit seolah tak membiarkan telinga manusia mendengar apa yang lelaki pemilik barisan rapi itu sampaikan.Pun, gerakan tubuhnya yang akhirnya berbalik lal

  • WITHERED   208. NILAINYA

    Pernahkan kamu merasa ingin mati sampai tak bisa melihat dirimu membayangkan hari esok? Pernahkan kamu dikhianati duniamu sampai bernafas saja terasa sesak?Pernahkan kamu merasa dirimu jadi manusia paling bodoh hanya karena mengikuti kata hatimu? Pernahkah kamu merasa sendirian diantara tawa menggema yang bahkan matamu lihat dan menyentuh kulit telingamu yang tipis?Jika tidak pernah, jangan berani-beraninya menyalahkan pilihan yang ku ambil. Aku adalah anak yang tumbuh dengan tuntutan orang tua yang lupa jika sentuhan hangat itu hal yang penting. Aku adalah anak yang tidak diajari untuk mengasihi orang lain jika orang itu tidak mampu memberiku sesuatu.Aku adalah anak yang diajari semua yang kumiliki ada harganya termasuk kehidupan nyaman yang merenggut senyum polosku. Apa aku melawan? Tidak! Karena menjalani hidup seperti itu adalah apa yang dunia kenalkan padaku! Sampai datang hari dimana seseorang bertanya, 'apa aku bahagia?'Ah, andai saja aku tidak diam seolah kalimatnya

  • WITHERED   207. EPILOQUE

    PRANGG! Bunyi cangkir yang jatuh bersama isinya itu membiat suster Yuli menoleh pada wanita yang berdiri langsung menatapi pintu.Suster yang dengan senang hati menerima tawaran Arga untuk merawat Anna ini, menatap Anna yang tangannya terkepal saat Arga masuk membawa tubuh wanita yang tangannya lunglai di udara. Tanpa kata, Arga langsung meletakkan tubuh Arini di atas lantai dingin di hadapan Anna. Wanita paruh baya yang dulu mengambil dirinya sebagain anak dengan syarat, Arga harus melupakan masa lalu. Hal yang tidak akan pernah bisa Arga lakukan meski ia begitu pandai bermain lakon."Aku ingin ibu mengenalnya, Bu," ucap Arga mengusap pipi Arini. Begitu lembut dan penuh rasa.Tatapan yang tidak pernah Anna lihat dari anak yang ia rawat dan besarkan dengan segala tuntutan kesempurnaan tanpa cela."Namanya Arini, Bu, usianya 28 tahun," ucap Arga masih menatap Arini dengan pandangan yang begitu lembut.Pandangan yang masih tersisa saat ia mendongak menatap sang ibu yang menahan nafany

  • WITHERED   206. MEREKA HARUS MENGENALMU

    Aku tidak lagi bisa melihat Banyu karena mobil yang kunaiki tenggelam semakin dalam, sementara air yang masuk dari celah-celah mobil sudah menenggelamkan separuh lututku.Bohong jika aku tidak merasa takut saat air dingin danau semakin menenggelamkan kakiku. Dan akan terus naik sampai tak ada lagi ruang tersisa untuk udara.Menenggelamkan apa pun yang ada di dalamnya termasuk diriku.Aku bisa merasakan punggungku berkeringat meski seluruh tubuhku merasa dingin. Rambut-rambut halusku berdiri sementara tanganku yang gemetar kutahan untuk menurunkan jendela karena itu satu-satunya jalan keluarku.'Apa aku menyerah pada hidupku?'Kurasa iya, aku menyerah untuk hidup. Tapi, bukan karena aku ingin mati. "Ingin mati?" Ucapku menatapi tanganku yang gemetaran. Bahkan tremor yang kulihat tidak berhenti ketika kedua tanganku, kusatukan. Rasanya ... rasanya aku bisa melihat akan berakhir seperti apa diriku. Sendirian di dalam mobil yang akan jatuh ke dasar danau. "Apa akan ada orang yang menem

  • WITHERED   205. TERTAWA BERSAMA

    ****************"Kenapa kau begitu keras kepala bertahan untuk hidup?"Suara yang terdengar begitu putus asa itu terdengar di dalam kamar penuh barang pecah yang sengaja di banting, dilempar, dihempaskan semau tangan yang memegangnya.Tangan gadis muda dengan wajah kuyu yang terlihat begitu lelah apalagi saat memandang perutnya yang membuncit."Kenapa kau begitu keras kepala untuk hidup?" Ulang gadis muda itu dengan mata menatap perutnya sendiri. Ia seolah sedang mengajak bicara bakal manusia yang tumbuh dengan sangat baik meskipun sudah banyak cara dan usaha ia upayakan agar janin yang tumbuh sehat di dalam rahimnya mati. "Apa yang kau harapkan dariku? Aku tidak akan pernah menerima kehadiranmu, aku tidak akan mau menerima keberadaanmu dan aku tidak ingin kau hadir dalam kehidupanku.""Apa yang kau harapkan dengan bertahan, hah? Kenapa kau tidak mati saja?"Anna, gadis dengan wajah begitu kuyu itu menatap wanita lain yang masuk ke dalam kamarnya setelah men

  • WITHERED   204. FORGET ME NOT

    "Kamu harus menghilang, Arini."Aku yang matanya membesar hanya bisa menatap Anggita dengan waspada. Sementara Anggita berjalan mendekati dapur, mengambil pisau yang membuat ku berteriak seperti orang kesetanan saat ia menghampiri kamar."JANGAN, ANGGITA! JANGAN LAKUKAN! AKU AKAN PERGI! AKU AKAN PERGI! ANGITA!"Brug! Aku yang berteriak bahkan jatuh tersungkur bersama kursi yang membuatku makin tak bisa bergerak saat Anggita mengangkat tubuh bulat Banyu yang tangannya jatuh lunglai."KEN! KEN!"Sampai aku tidak tahu kalimat apa saja yang kuteriakkan dalam ketakutan saat Anggita mengangkat tubuh kecil Banyu lalu menggendongnya dan menghampiriku yang terus memohon."Kenapa kamu menangis, Arini? Aku tidak akan menyakiti Banyu."Aku berusaha menghentikan isakku. Sementara mataku menatapi Anggita dengan permohonan yang terpancar dari seluruh diri. "Aku hanya membawa Banyu agar kamu tidak macam-macam."Aku benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang Anggita katakan, saat tangannya yang m

  • WITHERED   203. AKU HARUS MENGHILANG

    Nyut!!Kepalaku begitu sakit. Mungkin karena aku belum tidur sama sekali.Nyut!!Tidur? Ah, iya. Aku baru tidur tiga jam kurang sejak kemarin malam. Pantas saja kepalaku berdenyut-denyut.Nyut!"Kemarin?" Rasanya aku mengucapkan kalimat itu dengan otak yang berpikir, sementara mataku masih terpejam rapat.Bukan hal biasa, karena setelah aku menelan obat agar bisa tidur, tubuhku akan terbangun lebih dahulu dibandingkan mata. tapi, aku yang masih belum mampu membuka mata merasakan rasa tak biasa. Rasa yang membuat seluruh diriku merasa waspada.'Waspada? Waspada pada apa?' Aku yang rasanya tidak bisa menggerakkan tubuh ingin membuka mata. Tapi, mataku yang rapat terpejam terasa begitu berat sekedar untuk kuangkat.'Apa yang terjadi?' Aku yang kesadarannya belum sepenuhnya bangkit, bisa merasakan dahiku berkeringat. Sementara dadaku berdetak begitu cepat. Otakku menggali memori. Aku yang keluar dari rumah Arga bertemu dengan Nabila juga wanita tua yang kembali terkejut menatapiku, 's

  • WITHERED   202. WARNING

    Aku yang memutuskan memejamkan mata, bisa merasakan langit gelap semakin cerah. Dan benar saja saat aku membuka mata, langit pagi yang mendung sudah lebih terang. "Ga," panggilku pada lelaki yang kepalanya sudah bersender pada kepala sofa. Sementara tangannya yang memeluk pundakku sudah meregang.Aku menarik nafasku dalam, menatapi lelaki dengan barisan gigi rapi yang masih lelap tertidur. "Aku pulang dulu, terimakasih sudah mau mendengarkan ceritaku," ucapku menyentuh pipi Arga lalu bangun dari sofa yang membuatku sadar bokongku kebas. Aku menghampiri pintu yang semalam kubuka dengan password yang Arga berikan padaku, lalu membuka pintu yang otomatis tertutup begitu aku sudah keluar. Lorong tidak begitu sepi, aku bisa melihat dua anak berseragam SD berdiri di depan lift sementara empat orang dewasa di samping mereka bercengkrama. Dari lorong lain aku bisa mendengar suara langkah terburu-buru yang lalu bergabung dengan kumpulan manusia yang sudah berkumpul menunggu lift terbuka.

DMCA.com Protection Status