Semua Bab Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng: Bab 81 - Bab 90

108 Bab

Bab 77

Pov Niami...Hari ini aku bahagia sekali karena perlahan aku bisa menguasai Mas Nata, berkat kecerdikanku menjebaknya di sebuah hotel, aku jadi punya senjata untuk terus memaksanya menuruti keinginanku, termasuk keinginan untuk menginap di rumahku selama beberapa hari. Ya meskipun aku harus mengeluarkan uang yang tak sedikit untuk membantu modal restonya, tapi tidak apa, toh uang itu memang kucuri untuk kujadikan alat guna menjadikan Mas Nata suamiku kembali.Maafkan aku Elia, sayangnya semua kebaikanmu mengurus suami dan anak-anakku harus berakhir sia-sia, karena dunia ini sudah berubah, di mana zaman sekarang orang baik seringkali tersingkir dengan orang yang berakal cerdik dan licik sepertiku.Kemarin aku sengaja mengirim beberapa foto kemesraanku bersama Mas Nata saat di atas ranjang pada Elia, foto yang tentu sengaja kuambil saat Mas Nata dalam keadaan tidak sadarkan diri setelah mereguk minuman dariku. Ya ... meski hanya sebatas foto pura-pura mesra, tapi aku sangat puas kare
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-14
Baca selengkapnya

Bab 78

"Ya sudah, ayo kita cari, mungkin memang benar, bisa saja surat-surat itu lupa Elia simpan di tempat lain," kata Mas Nata kemudian."Oke, oh ya mau mulai mencari di mana dulu, Mas?" tanyaku lagi."Emmm di mana ya? Kamar ibu atau kamarku?" Dia balik bertanya."Terserah kamu saja, Mas."Dia manggut-manggut sambil mengigit bibirnya sedikit sebelum akhirnya dia nanya pada Elia."Elia ikut tidak?" Aku mengerling malas, Elia ... Elia ... dan Elia, selalu saja dia."Tidak, kalian pergi saja," jawab wanita itu.Aku tersenyum miring dalam hati, setelah itu gegas menaiki anak tangga bersama Mas Nata.Kamar yang kami tuju lebih dulu tentu adalah kamar Mas Nata sendiri."Mas, di mana katanya Elia menyimpan surat-surat itu sebelum hilang?" tanyaku saat aku tengah mulai berpura-pura sibuk mencari surat-surat itu."Di dalam brankas."Aku menoleh, "di dalam brankas?""Ya, kenapa?""Emm Mas, apa kamu tidak merasa heran? Bukankah brankas adalah tempat yang paling aman, jangankan manusia, api saja tida
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-17
Baca selengkapnya

Bab 79

"Mas, ada apa ini? Kenapa kam-""Diam! Diam kau wanita rendah," potongnya cepat.Aku terhenyak dengan mulut menganga, belum hilang sakit di pipiku, sekarang aku harus mendengar omongannya yang amat menyakitkan itu. Sebetulnya dia itu kenapa?"Coba kau lihat ini wanita tidak tahu malu," katanya lagi sambil memperlihatkan layar ponsel Alvin padaku.Kutengok cepat, dan mendadak napasku tercekat. Sebuah video yang kuyakini diambil oleh Alvin saat aku memasukan surat-surat itu ke dalam tas Elia terlihat dengan jelas."M-M-Mas Mas Mas aku ...."Aku menatap wajah Mas Nata dengan tubuh gemetar.Plakk.Sekali lagi, tangan Mas Nata mendarat hebat di pipiku."Mas, aku ... aku bisa jelaskan semua ini, Mas.""Diam kau wanita tidak tahu diri! tidak tahu malu, berani-beraninya kau berbuat ulah di keluargaku!" sentak Mas Nata sambil mencekik leherku."Mas, lepaskan! Maaaass.""Tidak akan aku melepaskanmu, dasar wanita licik, beraninya kau menuduh istriku yang melakukan pencurian itu, ternyata kau sen
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-24
Baca selengkapnya

Bab 80 A

Pov Elia...Aku termangu, memandang kosong ke arah dua orang pria berseragam coklat yang tengah memasukan Niami dengan paksa ke dalam mobil kepolisian, sementara tanganku masih sedikit bergetar sambil memegangi koperku.Hari ini aku hampir saja pergi dari rumah Mas Nata, tapi Alvin mendadak menghentikanku lalu membongkar semua kebenarannya di depan semua orang.Syukurlah, aku sangat berterimakasih, walau setelah semua kebenaran itu terbongkar Mas Nata murka habis-habisan, ia membabi buta pada Niami sampai aku sendiri shock melihatnya."Mamaaa." Anak-anak berhambur memelukku.Aku mengerjap."Elia, tolong maafkan aku," ucap Mas Nata yang juga ikut mendekat ke arahku.Aku menarik napas berat, lalu membuang wajah darinya tanpa berkata apa-apa."Kalian tidak apa-apa 'kan?" tanyaku pada anak-anak alih-alih merespon ucapan Mas Nata."Tidak Ma, kami tidak apa-apa," kata Adira sambil terisak."Mama Niami tidak pergi jauh, dia hanya sedang menebus kesalahannya, sekarang kalian pergi ke kamar ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-27
Baca selengkapnya

Bab 80 B

"Eliaaa." Suara ibu mertua menarikku dalam kesadaran."Kamu tidak apa-apa, Nak?"Aku refleks memijit kening, lumayan sakit rasanya."Elia, apa kamu baik-baik saja?" Mas Nata ikut bertanya."Tidak apa-apa Mas, memangnya aku kenapa? Dan kenapa semua orang ada di sini?" "Tadi Mama pingsan," kata Adira.Sementara Ayyara memberiku segelas teh hangat."Minum teh hangatnya dulu Ma, biar cepat baikan." "Terimakasih, Nak."Kusesap teh hangat itu, lumayan enak di perut tapi tak lama aku justru merasa mual."Ooo." "Eh Mama kenapa?" Ayyara panik.Semua orang yang ada di sana ikutan panik."Kamu kenapa, Nak?" "Tidak tahu Bu, rasanya mual dan tidak enak, ooo." Gegas aku lari ke kamar mandi sebab tak tahan dengan apa yang ingin kukeluarkan. Sementara ibu mertua dan Ayyara juga mengikutiku. "Nak, mungkin kamu masuk angin dan kecapekan karena kamu habis urus Ayyara di rumah sakit," kata Ibu mertua sambil mengelus punggungku."Tidak tahu juga, Bu.""Oh apa mungkin Mama sedang hamil?" celetuk Ayy
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-30
Baca selengkapnya

Bab 81

Ayyara buru-buru menarikku keluar saat Niami terlihat makin murka, entah apa yang terjadi dengan wanita itu, mendadak dia seperti kesetanan saat tahu aku sedang hamil."Mama Niami ternyata tidak berubah, dia masiih saja begitu," kata Ayyara saat kami sampai di dalam taksi. Gadis itu terlihat lesu dan sedih."Seseorang kadang butuh waktu lebih banyak untuk berubah dan mengambil pelajaran, semoga setelah ini Mama Niami benar-bena bisa berubah," ucapku sambil mengelus pundaknya.Ayyara mengangguk lesu. Mobilpun melaju dengan kecepatan rata-rata, dan saat sampai di rumah Ayyara langsung pergi ke kamarnya. Entah apa yang dirasakan gadis itu sekarang, kenapa dia terlihat murung sekali setelah bertemu dengan Niami?"Elia, bagaimana tadi?" tanya Ibu mertua saat aku baru saja akan naik tangga."Lancar Bu, tadi Ayyara dan Niami ketemu sebentar.""Padahal Ibu tidak setuju anak itu bertemu ibunya, ibunya itu sungguh tidak pantas dicontoh," gerutu beliau sambil memegangi pinggangnya.Aku mengulum
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-03
Baca selengkapnya

Bab 82

***Kuurus kepindahan sekolah Ayyara secepat mungkin karena untungnya tidak butuh waktu lama Ayyara sudah mendapatkan sekolah yang dia inginkan, walau letaknya agak jauh dari rumah karena ada di pinggiran kota, tapi Ayyara senang sekali bisa masuk ke sana.Dia bilang di sana anak-anaknya sederhana, ramah dan baik-baik sekali. Jadi dia bisa benar-benar belajar dan fokus menyelesaikan sekolahnya.Syukurlah, karena semua berjalan sesuai yang kuharapkan juga, walau awalnya aku benar-benat ragu akan memasukan Ayyara ke sekolah itu tapi karena melihat Ayyara sangat senang dan bersemangat setiap harinya, aku jadi ikut bahagia."Yaraa bahagiaa sekali Ma bisa sekolah di sana." Kata-kata itu yang setiap hari aku dengar sekarang, Ayyara benar-benar menemukan hidup barunya dan pelan-pelan mulai melupakan masa lalunya."Syukurlah kalau Yara bahagia, Mama juga ikut bahagia."Tok tok tok.Pintu kamar Ayyara diketuk."Permisi Non Yara.""Ya Bi, masuk.""Non, ada undangan untuk Non Yara, dan untuk Ny
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-05
Baca selengkapnya

Bab 83

"Waktu emm untuk bertemu kedua orang tuaku Mas, umur tidak ada yang tahu bukan?" jawabku akhirnya.Mas Nata manggut-manggut. "Ya sudah, tapi tolong jaga anakku baik-baik ya."Aku mengulum senyuman lebar.Setelah perizinan beres, aku gegas mengemas baju-bajuku untuk beberapa hari di sana, setelah itu Mas Nata baru mengantarku ke terminal bus.-Sampai di kampung halaman, aku istirahat dan mengobrol sebentar dengan ibu dan bapak, mereka sebetulnya kaget karena mendadak aku datang tanpa mengabari dulu."Memangnya suami kamu tidak ikut, Nak?" tanya Ibu."Tidak Bu, Elia pulang mendadak dan Mas Nata sedang banyak pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan.""Apa itu benar, Nak? Kalian tidak sedang bertengkar bukan?" tanya Bapak yang juga ikut menyambutku datang."Tidak Pak, Mas Nata tadi pagi hanya mengantar Lia ke terminal Bus.""Ya Allah Nak, tapi bahaya pulang sendiri dalam keadaan sedang hamil mudah begini," timpal Ibu lagi.Aku mengulum senyuman tipis, "insya Allah semuanya baik-baik saja
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-08
Baca selengkapnya

Bab 84

"Biarkan saja, biar kamu tahu rasa, dasar anak tidak tahu diuntung, sudah Ibu katakan menjauh dari wanita ini, tapi kamu tetap saja membantah semua omongan Ibu!""Tapi Bu, Ibu salah paham.""Tidak! Ibu tidak pernah salah, kamu memang sama saja dengan wanita murahan ini, sama-sama harus diberi pelajaran!"Aku makin panik, lebih-lebih saat beberapa warga mulai berdatangan. "Ada apa ini? Ada apa?" tanya mereka."Ini, wanita murahan ini, dia sedang berusaha merayu anak saya Pak, dan mereka saya lihat sedang melakukan perbuatan hina, jadi tolong arak saja mereka berdua, kasih mereka pelajaran supaya mereka kapok," pekik Bu Safitri."Tidak! Itu tidak benar, saya dan Aslan hanya sedang mengobrol, dan bahkan kami baru saja sampai ke tempat ini," sanggahku membela diri."Ck halah, tidak udah banyak alasan kamu Lia, jelas-jelas saya lihat kamu sedang melakukam perbuatan tak senonoh dengan anak saya, sudah Pak, Mas, bawa saja mereka, arak mereka keliling kampung, saya ikhlas, biar anak saya jug
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-11
Baca selengkapnya

Bab 85

"Sekali lagi kau bilang anakku murahan, akan kupastikan mulutmu itu merasakan hal yang sama," desis Bapak dengan mata melotot penuh.Dada Bu Safitri kembang kempis, ia balik melotot alih-alih takut pada ancaman bapak."Beraninya kau menamparku Sudrajat!" pekiknya."Tentu saja, bahkan aku bisa melakukan lebih dari itu jika kau berani menyakiti anakku lagi," ancam Bapak."Cih, anak murahan dan kerjaannya selingkuh saja masih kau bela, harusnya kau buang anakmu itu jauh-jauh supaya dia tidak perlu bertemu Aslan lagi, tak sudi aku melihatnya."Aku dan ibu terperangah, ucapan Bu Safitri benar-benar sudah di luar batas, dan sangat merendahkanku."Tutup mulutmu itu, atau aku tak segan melayangkan bambu ini agar mulutmu itu diam selamanya.""Coba saja kalau kau berani," tantang Bu Safitri.Bapak makin terpancing, dengan gagahnya beliau mengangkat bambu yang dipegangnya ke atas."Cukup! Cukup! Hentikan semua ini, Pak Sudrajat, saya harap Bapak bisa lebih tenang!" teriak Pak RT melerai."Pak, s
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-11
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status