Home / Pernikahan / Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng: Chapter 91 - Chapter 100

108 Chapters

Bab 86

Bu Safitri kembali terperangah."Apa maksudmu Aslan? Ini Ibumu, ini Ibumu, Nak," katanya sambil nunjuk-nunjuk dadanya sendiri."Bukan! Kamu bukan Ibuku lagi, karena seorang ibu tidak mungkin mempermalukan dan memfintah anaknya dengan kejam seperti ini!""Tapi Ibu melakukan itu agar kamu sadar bahwa wanita ini pembawa sial dan dia wajib kamu jauhi.""Cukup kau katakan anakku pembawa sial Safitri," timpal Bapak tak suka."Diam kamu Sudrajat! Anakmu memang pembawa sial."Dada bapak kembang kempis, sementara Bu Safitri dan anaknya masih terus terlibat percekcokan."Ayo, kita pulang saja, Nak," kata Ibu sambil gegas membawaku dari tempat itu.Sebetulnya aku bingung, aku dan Aslan bertemu di sebuah saung yang terbuka pinggir sungai, tapi dari jalan utamapun posisi kami masih terlihat sangat jelas, lalu bagaimana bisa Bu Safitri memfitnah kami sekeji itu? Dia bahkan rela anaknya dipermalukan hanya agar Aslan yakin bahwa aku adalah wanita pembawa sial untuknya.Aku, ibu dan bapak pun pulang.
last updateLast Updated : 2023-05-12
Read more

Bab 87

Aku menggeleng lesu, "entahlah Bu, Lia juga bingung, Lia benar-benar lemas dan tidak bisa berpikir sekarang.""Tapi secepatnya suamimu itu harus kita beritahu sebelum dia tahu dari orang lain."Aku diam sebentar, benar juga apa kata ibu, bahaya jika Mas Nata tahu berita ini dari mulut orang lain, dia bisa salah paham. Tapi sisi lain, aku sendiri benar-benar buntu sekarang.Jangankan berpikir sejauh itu, merasakan badan yang mulai terasa sakit semua saja rasanya aku tidak kuat, ya Allah."Ya sudah lupakan dulu soal itu, ayo istirahat dulu, biar nanti Ibu pikirkan bagaimana kedepannya," kata Ibu lagi.Aku mengangguk sambil memejamkan mata."Ash aww." Spontan aku meringis saat perutku medadak terasa sakit sekali."Lia, kenapa? Ada apa?" tanya Ibu cepat."Perut Lia sakit, Bu.""Sakit? Ya ampun, apa jangan-jangan terjadi sesuatu dengan kandunganmu?""Tidak tahu Bu, tapi rasanya sakit sekali."Untunglah tak lama mantri desa yang akan memeriksaku datang. Tanpa menunggu lagi aku segera diperi
last updateLast Updated : 2023-05-12
Read more

Bab 88

"Elia ... Lia ... bangun Nak, sadar."Kepalaku nyeri sekali saat sayup-sayup kudengar suara ibu. Perutku juga kram dan sulit sekali digerakan rasanya, tapi meski begitu aku memaksa membuka mata.Tampak ibu sedang terisak-isak sambil terus menerus mengelus kepalaku."Ya Allah ya Rabbi Lia, kamu sadar juga akhirnya Nak, alhamdulillah, alhamdulillah ya Allah."Aku belum bisa merespon apapun, karena lemas sekali rasanya, aku hanya menoleh ke kiri dan kanan, menatapi setiap sudut ruangan rumah sakit tempat di mana aku berbaring sekarang.Ya Allah, apa aku separah itu sampai harus dirawat? Sebetulnya apa yang terjadi tadi?"Paaak, Paaak sini, Lia sudah sadar, Pak!" teriak Ibu kemudian.Gegas pria paruh baya itu masuk. Bapak sama bahagianya dengan ibu saat melihatku sadar."Alhamdulillah Lia, Bapak khawatir sekali kamu kenapa-kenapa, Nak.""Mana Nata? Apa dia belum datang juga?" tanya Ibu pada Bapak.Bapak menggeleng cepat, "belum Bu, sepertinya masih di jalan, mungkin kejebak macet, kita tu
last updateLast Updated : 2023-05-14
Read more

Bab 89

Aku terperangah dengan dada yang kembang-kempis, ya Allah, Mas Nata salah paham dan dia benar-benar marah padaku sekarang."Mas, aku bisa jelaskan semua ini."Mas Nata tak menoleh, dia malah membuang muka dengan raut penuh amarah."Mas, selama ini aku memang tidak memberitahumu apa-apa soal Aslan karena aku pikir untuk apa? Bukankah yang sudah berlalu tidak perlu diungkit lagi?" lanjutku.Mas Nata menoleh dengan tatapan tajam, "terserah kamu saja, tapi kamu harus tahu Elia, bukan hanya aku yang kecewa, tapi Ayyara juga," desisnya.Aku mencelos, tiba-tiba air mataku juga berderai. Ya Allah, apa ini? Kenapa masalahnya jadi serumit ini?"Menangis saja, tapi semua itu sudah tak berguna, aku terlanjur kecewa Elia," katanya lagi.Mas Nata lalu berhambur keluar sebelum aku bicara lagi."Maaas!" Aku teriak sambil terisak, tapi Mas Nata tak menggubrisnya. Bodoh, aku memang bodoh, bodoh, bodoh, bodoh."Permisi." Bapak datang bersama seorang dokter, cepat kuseka air mata sebelum dokter itu me
last updateLast Updated : 2023-05-15
Read more

Bab 90

"Bu, ada apa?" tanyaku cemas."Elia, Ibu akan pulang sebentar, sementara itu kamu tahan suamimu agar dia tidak buru-buru pulang, Ibu akan seret si Safitri ke sini."Mulutku terkatup-katup, ya Allah apa lagi ini?"I-iya Bu, tapi ada apa ini? Kenapa Ibu marah-marah begini?""Ibu marah karena kelakuan si Safitri yang seenak jidat memfitnahmu, lihat, rumah tanggamu dengan Nak Nata jadi kacau, apa kamu tahu Elia? Tadi Nata bilang dia sangat kecewa padamu," jawab Ibu tak santai."Iya Bu, Mas Nata memang kecewa pada Elia, tapi ini bukan salah Bu Safitri, Mas Nata kecewa karena Elia tidak memberitahunya soal hubungan Elia dengan Aslan di masa lalu, hanya itu, Bu.""Tidak! Bukan hanya itu Elia, lagipula andai wanita itu tidak membuat kisruh dan tidak memfintahmu kemarin, mungkin semua ini tidak akan terjadi, dan soal siapa Aslan sebetulnya mungkin akan tetap tersimpan rapi seperti kemarin-kemarin.""Iya tapi sudahlah Bu, jangan diperpanjang, lagipula ini 'kan bukan murni kesalahan Bu Safitri,
last updateLast Updated : 2023-05-15
Read more

Bab 91

"Ayo bicara! Karena jangan harap kalian akan dikeluarkan dari sini kalau kalian masih diam-diaman seperti ini," sentak satpam itu.Mas Nata menoleh sebentar, lalu kembali berpaling muka, sementara aku cepat memberi Aslan kode, agar dia memulai pembicaraan.Aslan mengangguk, ragu-ragu ia pun mulai membuka mulutnya."Tuan, mohon maaf sebelumnya, bukannya saya berniat lancang, tapi saya benar-benar tidak paham, kenapa Tuan menyerang saya? Saya datang ke sini karena ingin meminta maaf dan melihat kondisi Nyonya Elia, tadi saya bertemu dengan Bu Wening, beliau bilang saya harus ikut bertanggung jawab menyelesaikan kesalahpahaman antara kalian berdua karena kejadian beberapa hari lalu, sekarang Bu Wening sedang ke rumah saya, beliau bilang beliau juga mau membawa ibu saya ke sini, sementara saya disuruh cepat-cepat kemari karena takut ada apa-apa dengan Nyonya Elia," tutur Aslan panjang lebar.Mas Nata diam sementara bola matanya berputar liar ke arah Aslan dengan tatapan bengis."Tuan, seb
last updateLast Updated : 2023-05-16
Read more

Bab 92

Aku terperangah, pun dengan ibu, bapak dan Mas Nata, semua orang yang ada di sana benar-benar terkejut mendengar ucapan Bu Safitri."Safitri!" teriak Ibu kemudian.Sejurus dengan itu ibu melepaskan kasar tangan wanita paruh baya itu."Apa yang kamu katakan benar-benar sudah keterlaluan! Ini bukan hanya fitnah, tapi kamu sudah merendahkan anakku," lanjut Ibu dengan wajah merah padam."Kenapa? Kenapa kamu harus marah? Memang begitu kenyataannya bukan?"Plak.Wajah Bu Safitri ditampar kasar oleh ibu."Jaga ucapanmu Safitri, aku tahu kita punya masalah di masa lalu, tapi tidak sepatutnya anak-anak kita tahu dan merasakan akibatnya, aku sudah cukup sabar selama ini, kutahan sebisaku agar semuanya tidak melebar kemana-mana, tapi rupanya kebencian yang ada di dalam hatimu itu semakin besar sampai-sampai menyempitkan hatimu!" kelakar Ibu seraya meluruskan jari telunjuknya.Keningku mengerut dengan mata menyipit, apa yang ibu katakan? Masalah di masa lalu? Apa sebetulnya hubungan buruk antara
last updateLast Updated : 2023-05-17
Read more

Bab 93

"Elia ... Elia ... Sayang, bangun, Nak."Suara ibu membangunkanku. Aku menarik diri dalam kesadaran.Samar-samar dan makin jelas kulihat ibu, bapak dan Mas Nata tengah mematung di sampingku."Lia, ini Ibu Nak, kamu baik-baik saja 'kan?"Aku mengangguk lesu."Bu, bayi Elia baik-baik saja 'kan?" tanyaku lemah.Ibu bergeming, beliau mendadak diam seperti tak bisa menjawab pertanyaanku."Bu, ada apa?"Ibu masih diam. Kutoleh bapak, beliau juga menunduk lesu alih-alih ikut menjawab pertanyaanku."Pak, ada apa? Bayi Lia baik-baik saja 'kan?"Bapak malah meremas wajahnya.Tak menyerah, aku menoleh ke arah Mas Nata yang juga tengah menunduk sambil memijit keningnya."Mas, kenapa? Ada apa ini?"Mas Nata juga tak menjawab. Wajahnya terlihat kalut dan sedih sekali.Kenapa? Kenapa semua orang seperti ingin menghindari pertanyaanku? Dan kenapa mereka juga terlihat sangat sedih? Apa jangan-jangan terjadi sesuatu pada bayiku?"Ada apa, Bu? Kenapa kalian diam? Apa sesuatu telah terjadi pada bayiku?"
last updateLast Updated : 2023-05-17
Read more

Bab 94

Sampai di halaman rumah ibu, Mas Nata sigap menggendongku. Tapi belum juga kami sampai ke teras, dua orang tetangga yang rumahnya agak jauh dari rumah ibu lewat."Baru pulang Lia?" "Ya Bu Jum, baru diperbolehkan pulang sekarang," jawabku ramah.Mereka manggut-manggut lalu melengos pergi sambil bisik-bisik agak kencang."Itulah akibat dari perbuatannya, ih amit-amit jabang babu.""Iya untungnya si Lia punya suami yang baik, kalo enggak, udah dibuang dia kayak sampah."Astagfirullah ya Allah, hatiku mencelos, mereka itu sengaja atau bagaimana? Kenapa mereka tega sekali bicara begitu?Jujur aku sangat sedih mendengarnya, tapi untunglah ibu tidak mendengar apa yang mereka ucapkan, karena ibu sudah lebih dulu menghampiri bapak yang tengah menunggu kami di teras."Aku akan labrak mereka andai aku tidak sedang menggendongmu," ucap Mas Nata sambil susah payah membawaku ke teras."Tidak perlu Mas, biarkan saja, mereka hanya belum tahu cerita sebenarnya.""Nak Nata, ayo-ayo, dibawa ke kamar aj
last updateLast Updated : 2023-05-18
Read more

Bab 95

Aku mematung. Ya memang benar, kepercayaan Mas Nata padaku adalah hal yang terpenting, tapi saat orang-orang di sekeliling jadi sering menghakimi begini, lama-lama aku jadi tidak tenang juga, aku benar-benar terganggu dan jadi sedih berkepanjangan akhirnya."Sudah jangan sedih lagi, sekarang kamu istirahat saja," ucap Mas Nata lagi.Aku mengangguk.Baru saja aku akan menarik selimut yang diberikan Mas Nata, suara kegaduhan terdengar di luar."Berani-beraninya kalian ngegibahin anak saya ya, mulut kalian itu emang perlu sekali dilakban rupanya!" teriak Ibu."Eh Bu Wening kok marah? Padahal memang begitu kenyataannya 'kan?""Kenyataan apa? Kalian saja yang gampang terhasut sama perempuan tua itu, si Safitri jelantah minyak!""Ya terus kalau semua itu gak bener kenapa sampe harus dihukum arak itu si Lia? Lagian gak mungkin juga Bu Safitri maen fitnah kalau gak begitu kenyataannya, masa dia tega sih sama si Aslan anaknya sendiri.""Bener tuh, emang dasar Bu Wening mah beda aja sama Bu Safi
last updateLast Updated : 2023-05-18
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status