Share

Bab 85

Penulis: Ricny
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-11 20:17:14

"Sekali lagi kau bilang anakku murahan, akan kupastikan mulutmu itu merasakan hal yang sama," desis Bapak dengan mata melotot penuh.

Dada Bu Safitri kembang kempis, ia balik melotot alih-alih takut pada ancaman bapak.

"Beraninya kau menamparku Sudrajat!" pekiknya.

"Tentu saja, bahkan aku bisa melakukan lebih dari itu jika kau berani menyakiti anakku lagi," ancam Bapak.

"Cih, anak murahan dan kerjaannya selingkuh saja masih kau bela, harusnya kau buang anakmu itu jauh-jauh supaya dia tidak perlu bertemu Aslan lagi, tak sudi aku melihatnya."

Aku dan ibu terperangah, ucapan Bu Safitri benar-benar sudah di luar batas, dan sangat merendahkanku.

"Tutup mulutmu itu, atau aku tak segan melayangkan bambu ini agar mulutmu itu diam selamanya."

"Coba saja kalau kau berani," tantang Bu Safitri.

Bapak makin terpancing, dengan gagahnya beliau mengangkat bambu yang dipegangnya ke atas.

"Cukup! Cukup! Hentikan semua ini, Pak Sudrajat, saya harap Bapak bisa lebih tenang!" teriak Pak RT melerai.

"Pak, s
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 86

    Bu Safitri kembali terperangah."Apa maksudmu Aslan? Ini Ibumu, ini Ibumu, Nak," katanya sambil nunjuk-nunjuk dadanya sendiri."Bukan! Kamu bukan Ibuku lagi, karena seorang ibu tidak mungkin mempermalukan dan memfintah anaknya dengan kejam seperti ini!""Tapi Ibu melakukan itu agar kamu sadar bahwa wanita ini pembawa sial dan dia wajib kamu jauhi.""Cukup kau katakan anakku pembawa sial Safitri," timpal Bapak tak suka."Diam kamu Sudrajat! Anakmu memang pembawa sial."Dada bapak kembang kempis, sementara Bu Safitri dan anaknya masih terus terlibat percekcokan."Ayo, kita pulang saja, Nak," kata Ibu sambil gegas membawaku dari tempat itu.Sebetulnya aku bingung, aku dan Aslan bertemu di sebuah saung yang terbuka pinggir sungai, tapi dari jalan utamapun posisi kami masih terlihat sangat jelas, lalu bagaimana bisa Bu Safitri memfitnah kami sekeji itu? Dia bahkan rela anaknya dipermalukan hanya agar Aslan yakin bahwa aku adalah wanita pembawa sial untuknya.Aku, ibu dan bapak pun pulang.

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-12
  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 87

    Aku menggeleng lesu, "entahlah Bu, Lia juga bingung, Lia benar-benar lemas dan tidak bisa berpikir sekarang.""Tapi secepatnya suamimu itu harus kita beritahu sebelum dia tahu dari orang lain."Aku diam sebentar, benar juga apa kata ibu, bahaya jika Mas Nata tahu berita ini dari mulut orang lain, dia bisa salah paham. Tapi sisi lain, aku sendiri benar-benar buntu sekarang.Jangankan berpikir sejauh itu, merasakan badan yang mulai terasa sakit semua saja rasanya aku tidak kuat, ya Allah."Ya sudah lupakan dulu soal itu, ayo istirahat dulu, biar nanti Ibu pikirkan bagaimana kedepannya," kata Ibu lagi.Aku mengangguk sambil memejamkan mata."Ash aww." Spontan aku meringis saat perutku medadak terasa sakit sekali."Lia, kenapa? Ada apa?" tanya Ibu cepat."Perut Lia sakit, Bu.""Sakit? Ya ampun, apa jangan-jangan terjadi sesuatu dengan kandunganmu?""Tidak tahu Bu, tapi rasanya sakit sekali."Untunglah tak lama mantri desa yang akan memeriksaku datang. Tanpa menunggu lagi aku segera diperi

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-12
  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 88

    "Elia ... Lia ... bangun Nak, sadar."Kepalaku nyeri sekali saat sayup-sayup kudengar suara ibu. Perutku juga kram dan sulit sekali digerakan rasanya, tapi meski begitu aku memaksa membuka mata.Tampak ibu sedang terisak-isak sambil terus menerus mengelus kepalaku."Ya Allah ya Rabbi Lia, kamu sadar juga akhirnya Nak, alhamdulillah, alhamdulillah ya Allah."Aku belum bisa merespon apapun, karena lemas sekali rasanya, aku hanya menoleh ke kiri dan kanan, menatapi setiap sudut ruangan rumah sakit tempat di mana aku berbaring sekarang.Ya Allah, apa aku separah itu sampai harus dirawat? Sebetulnya apa yang terjadi tadi?"Paaak, Paaak sini, Lia sudah sadar, Pak!" teriak Ibu kemudian.Gegas pria paruh baya itu masuk. Bapak sama bahagianya dengan ibu saat melihatku sadar."Alhamdulillah Lia, Bapak khawatir sekali kamu kenapa-kenapa, Nak.""Mana Nata? Apa dia belum datang juga?" tanya Ibu pada Bapak.Bapak menggeleng cepat, "belum Bu, sepertinya masih di jalan, mungkin kejebak macet, kita tu

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-14
  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 89

    Aku terperangah dengan dada yang kembang-kempis, ya Allah, Mas Nata salah paham dan dia benar-benar marah padaku sekarang."Mas, aku bisa jelaskan semua ini."Mas Nata tak menoleh, dia malah membuang muka dengan raut penuh amarah."Mas, selama ini aku memang tidak memberitahumu apa-apa soal Aslan karena aku pikir untuk apa? Bukankah yang sudah berlalu tidak perlu diungkit lagi?" lanjutku.Mas Nata menoleh dengan tatapan tajam, "terserah kamu saja, tapi kamu harus tahu Elia, bukan hanya aku yang kecewa, tapi Ayyara juga," desisnya.Aku mencelos, tiba-tiba air mataku juga berderai. Ya Allah, apa ini? Kenapa masalahnya jadi serumit ini?"Menangis saja, tapi semua itu sudah tak berguna, aku terlanjur kecewa Elia," katanya lagi.Mas Nata lalu berhambur keluar sebelum aku bicara lagi."Maaas!" Aku teriak sambil terisak, tapi Mas Nata tak menggubrisnya. Bodoh, aku memang bodoh, bodoh, bodoh, bodoh."Permisi." Bapak datang bersama seorang dokter, cepat kuseka air mata sebelum dokter itu me

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-15
  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 90

    "Bu, ada apa?" tanyaku cemas."Elia, Ibu akan pulang sebentar, sementara itu kamu tahan suamimu agar dia tidak buru-buru pulang, Ibu akan seret si Safitri ke sini."Mulutku terkatup-katup, ya Allah apa lagi ini?"I-iya Bu, tapi ada apa ini? Kenapa Ibu marah-marah begini?""Ibu marah karena kelakuan si Safitri yang seenak jidat memfitnahmu, lihat, rumah tanggamu dengan Nak Nata jadi kacau, apa kamu tahu Elia? Tadi Nata bilang dia sangat kecewa padamu," jawab Ibu tak santai."Iya Bu, Mas Nata memang kecewa pada Elia, tapi ini bukan salah Bu Safitri, Mas Nata kecewa karena Elia tidak memberitahunya soal hubungan Elia dengan Aslan di masa lalu, hanya itu, Bu.""Tidak! Bukan hanya itu Elia, lagipula andai wanita itu tidak membuat kisruh dan tidak memfintahmu kemarin, mungkin semua ini tidak akan terjadi, dan soal siapa Aslan sebetulnya mungkin akan tetap tersimpan rapi seperti kemarin-kemarin.""Iya tapi sudahlah Bu, jangan diperpanjang, lagipula ini 'kan bukan murni kesalahan Bu Safitri,

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-15
  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 91

    "Ayo bicara! Karena jangan harap kalian akan dikeluarkan dari sini kalau kalian masih diam-diaman seperti ini," sentak satpam itu.Mas Nata menoleh sebentar, lalu kembali berpaling muka, sementara aku cepat memberi Aslan kode, agar dia memulai pembicaraan.Aslan mengangguk, ragu-ragu ia pun mulai membuka mulutnya."Tuan, mohon maaf sebelumnya, bukannya saya berniat lancang, tapi saya benar-benar tidak paham, kenapa Tuan menyerang saya? Saya datang ke sini karena ingin meminta maaf dan melihat kondisi Nyonya Elia, tadi saya bertemu dengan Bu Wening, beliau bilang saya harus ikut bertanggung jawab menyelesaikan kesalahpahaman antara kalian berdua karena kejadian beberapa hari lalu, sekarang Bu Wening sedang ke rumah saya, beliau bilang beliau juga mau membawa ibu saya ke sini, sementara saya disuruh cepat-cepat kemari karena takut ada apa-apa dengan Nyonya Elia," tutur Aslan panjang lebar.Mas Nata diam sementara bola matanya berputar liar ke arah Aslan dengan tatapan bengis."Tuan, seb

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-16
  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 92

    Aku terperangah, pun dengan ibu, bapak dan Mas Nata, semua orang yang ada di sana benar-benar terkejut mendengar ucapan Bu Safitri."Safitri!" teriak Ibu kemudian.Sejurus dengan itu ibu melepaskan kasar tangan wanita paruh baya itu."Apa yang kamu katakan benar-benar sudah keterlaluan! Ini bukan hanya fitnah, tapi kamu sudah merendahkan anakku," lanjut Ibu dengan wajah merah padam."Kenapa? Kenapa kamu harus marah? Memang begitu kenyataannya bukan?"Plak.Wajah Bu Safitri ditampar kasar oleh ibu."Jaga ucapanmu Safitri, aku tahu kita punya masalah di masa lalu, tapi tidak sepatutnya anak-anak kita tahu dan merasakan akibatnya, aku sudah cukup sabar selama ini, kutahan sebisaku agar semuanya tidak melebar kemana-mana, tapi rupanya kebencian yang ada di dalam hatimu itu semakin besar sampai-sampai menyempitkan hatimu!" kelakar Ibu seraya meluruskan jari telunjuknya.Keningku mengerut dengan mata menyipit, apa yang ibu katakan? Masalah di masa lalu? Apa sebetulnya hubungan buruk antara

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-17
  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 93

    "Elia ... Elia ... Sayang, bangun, Nak."Suara ibu membangunkanku. Aku menarik diri dalam kesadaran.Samar-samar dan makin jelas kulihat ibu, bapak dan Mas Nata tengah mematung di sampingku."Lia, ini Ibu Nak, kamu baik-baik saja 'kan?"Aku mengangguk lesu."Bu, bayi Elia baik-baik saja 'kan?" tanyaku lemah.Ibu bergeming, beliau mendadak diam seperti tak bisa menjawab pertanyaanku."Bu, ada apa?"Ibu masih diam. Kutoleh bapak, beliau juga menunduk lesu alih-alih ikut menjawab pertanyaanku."Pak, ada apa? Bayi Lia baik-baik saja 'kan?"Bapak malah meremas wajahnya.Tak menyerah, aku menoleh ke arah Mas Nata yang juga tengah menunduk sambil memijit keningnya."Mas, kenapa? Ada apa ini?"Mas Nata juga tak menjawab. Wajahnya terlihat kalut dan sedih sekali.Kenapa? Kenapa semua orang seperti ingin menghindari pertanyaanku? Dan kenapa mereka juga terlihat sangat sedih? Apa jangan-jangan terjadi sesuatu pada bayiku?"Ada apa, Bu? Kenapa kalian diam? Apa sesuatu telah terjadi pada bayiku?"

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-17

Bab terbaru

  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 103

    Aku terkejut saat mendengar obrolan mereka berubah jadi pertikaian. Dengan gerakan refleks aku pun mendorong pintu kamar itu sampai terbuka lebar. "Hanaa!" Aku teriak spontan saat kulihat wanita itu tengah berusaha mencekik Ayyara.Wanita itu melonjak kaget, dia menatapku dengan wajah pucat pasi. Sementara Ayyara yang tadi sedang dicekiknya cepat menjauhkan diri, gadis itu berlari ke arahku."Apa yang kau lakukan, hah? Kenapa kau mencekik anakku?""Ny-Nyonya, tadi ... tadi itu ... tadi ...." Hana panik, mulutnya bahkan mendadak kelu."Ma, tolong Yara Ma, dia berusaha melenyapkan Yara," kata Ayyara di belakangku.Dapat kurasakan tubuhnya yang gemetar dan napas yang menderu hebat, Ayyara benar-benar ketakutan rupanya."Ti-tidak Nyonya, itu tidak benar, saya hanya sedang bercanda, tadi Non Yara kesulitan minum obat jadi saya ...," tampik wanita itu cepat."Jadi saya apa? Apa perlu kau cekik anakku juga, hah?!""Ti-tidak. Anu ... itu ... anu." Hana mendekat.Braak. Prengg."Aaaw!"Hana

  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 102

    "Itulah aku tidak tahu Mas, makanya kakiku masih lemas saat aku dengar penjelasan dokter itu, aku benar-benar shock, pasalnya bagaimana bisa?"Rahang Mas Nata mengerat, sementara tangannya juga mengepal hebat sampai menampakan urat-urat kehijauannya."Kalau begitu ayo, ayo kita tanya gadis itu, apa alasan dia melakukan ini, dan dari mana dia dapatkan barang terlarang itu." Mas Nata menarik lenganku kuat-kuat. Tanpa melihat wajahnya pun, aku sudah dapat menyimpulkan, betapa ia sedang marah besar sekarang.Aku dibawa jalan terburu-buru, saking buru-burunya aku sampai merasa sedang diseret-seret oleh Mas Nata, gawat, pria ini pasti akan murka semurka murkanya, tapi aku juga tidak bisa mencegah, walau bagaimanapun Ayyara perlu diperingatkan dengan tegas agar gadis itu tidak berulah lagi.Kreet. Bruk.Mas Nata langsung melempar kursi roda yang diletakan di dekat pintu saat kami masuk. Ayyara sampai melonjak kaget, ia terbangun dari tidurnya."Papa, ada apa?" "Ada apa katamu? Bagus sekali

  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 101

    Pulang dari mall, sengaja kubawakan Ayyara kentang goreng kesukaannya itu. Walau aku tahu dia pasti menolak, tapi tak ada salahnya mencoba 'kan? Lagipula aku ikhlas membawakannya makanan, bukan agar dia menerimaku lagi, tapi karena aku memang sedang ingat dia saja, rasanya sayang jika aku pergi ke tempat makan yang biasa kami kunjungi tapi aku tak beli apa-apa untuk Ayyara.Sampai di rumah aku langsung pergi ke kamar gadis itu. Masih pukul 10, aku harap dia belum tidur.Tok tok tok."Yaraa!"Tok tok tok."Yaraa!""Non Yara sudah tidur, Nyonya," kata Hana di belakang.Aku memutar badan. Wanita ini, kenapa selalu muncul di mana saja, huh sebal jadinya."Saya hanya mau memberikan ini." Aku mengangkat kentang goreng dalam plastik yang kubawa."Ya sudah, biar saya saja yang berikan Nyonya, takut Nyonya capek mau istirahat."Hana akan segera meraih plastiknya tapi cepat kutarik ke belakang."Tidak usah, biar saya saja," ucapku ketus."Oh ya sudah Nyonya, kalau begitu saya permisi," katanya

  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 100

    Mas Nata bangkit karena aku terburu-buru menyuruhnya pergi."Ada-ada saja, ya sudah tunggu."Huh, untunglah dia mau, coba kalau Mas Nata ngeyel seperti biasanya, mungkin terpaksa aku harus turun ke jalan lagi.---1 jam kemudian Mas Nata kembali. Aku yang masih mondar-mandir cemas di kamar, cepat turun saat tahu mobil Mas Nata memasuki gerbang rumah."Mas, bagaimana? Apa kamu ketemu sama Ayyara?""Tidak Elia, sudahlah, mungkin mereka memang sedang pergi cari hiburan, yang penting 'kan Ayyara tidak pergi sendiri, kamu tidak usah cemas begini."Aku menghela napas panjang saat Mas Nata malah ceramah di depanku."Mas, kamu ini bagaimana? Sama anak sendiri kok begitu? Justru karena Ayyara tidak pergi sendiri kamu harusnya lebih hati-hati, aku 'kan sudah bilang, meski Hana diambil dari yayasan, tidak ada yang tahu bagaimana hatinya bukan?" Aku mulai emosi karena Mas Nata terkesan santai dan meremehkan firasatku.Ah entahlah, memang aku yang terlalu berlebihan atau Mas Nata yang terlalu sa

  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 99

    "Yaraa, kok bicaranya begitu pada Mama Elia?" Ibu mertua bertanya lembut.Gadis itu tak menjawab, tapi tetap melanjutkan makan malamnya dengan malas. "Kak Yara, kenapa tidak mau pergi jalan-jalan bareng kami?" tanya Adira setelah hening menjeda beberapa menit."Kak Yara sedang banyak urusan penting.""Urusan pentingnya lebih penting dari Mama Elia ya? Sampai-sampai Kak Yara tidak mau ikut pergi bersama kami.""Ya tentu saja," tandasnya tak acuh, gadis itu lalu bangkit dan gegas menaiki anak tangga.Sementara hatiku mendadak nyeri, ucapan dan sikap Ayyara sekarang benar-benar menunjukan bahwa memang ada yang sedang tidak beres pada gadis itu."Ih kenapa Kak Yara bicara begitu? Memangnya boleh ya, Oma?" tanya Adira polos."Tentu tidak Nak, Kak Ayyara mungkin sedang banyak pikiran dan tugas di sekolahnya, karena itu kita lebih baik jangan ganggu dia dulu ya, biarkan saja Kak Ayyara sendiri dulu.""Oh gitu ya Oma." Adira manggut-manggu sambil terus mengunyah makan malamnya."Elia, tolong

  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 98

    "Ya, 10 menit lagi saya turun," balas Ibu.Setelah bicara dengan ibu mertua, Hana kembali keluar."Bu, Hana itu profesional sekali ya kerjanya? Apa Mas Nata ambil dia di yayasan?" tanyaku penasaran.Ibu terkekeh, "hehehe kamu betul sekali, Nak.""Ouuh." Aku manggut-manggut dengan mulut membola.Benar dugaanku ternyata, pantas saja, tidak heran kalau dia terlihat sudah lihai."Oh ya Bu, Ibu ganti langganan laundry ya?""Iya Nak, soalnya di tempat langganan biasa.Hana lebih harum dan rapi hasilnya, maaf ya Ibu jadi pindah akhirnya," jawab beliau sungkan."Eh tidak Bu, tidak apa-apa, tidak perlu sungkan begitu ah, ini 'kan hanya masalah laundry."Memang hanya masalah laundry, tapi sejujurnya aku merasa tersisih, selera si Hana itu ternyata jauh lebih baik dariku."Ya sudah, takut Ibu mau mandi, Elia ke kamar dulu ya Bu, mau sekalian lihat anak-anak juga, tadi hanya sebentar ketemu mereka," ujarku lagi.Ibu mertua mengangguk, "oh ya sudah, sana gih, biasanya Adira jam segini sedang mengga

  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 97

    "Ya terserah bagaimana baiknya saja, Mas." Aku membalas lesu."Ya sudah, biar cepat kelar, aku tutup dulu teleponnya ya.""Ya, Mas."Tut.Lesu lagi, ah tahu bakal begini kemarin saja aku ikut pulang.Tok tok tok."Masuk.""Nak, sarapan dulu, itu nasinya sampe udah dingin gitu loh.""Ya Bu, Elia nanti ke meja.""Loh tidak sekarang? Sudah siang loh."Aku menggeleng lesu. Ibu masuk lalu duduk di dekatku."Kenapa toh, Nak? Seperti sedang sedih, tumben, oh apa ada tetangga yang ngomong macem-macem lagi?""Tidak Bu, Elia hanya sedang malas."Lanjut aku cerita pada ibu soal asisten barunya Mas Nata, ibu ketawa-ketawa saja saat mendengar ceritaku, entah kenapa, apa iya aku terlalu berlebihan."Ya sudah kalau begitu kamu pulang saja sekarang Nak, tidak perlu nunggu dijemput, Nata sedang sibuk bantu pindahan 'kan? Kamu kasih dia kejutan.""Hah? Apa perlu begitu, Bu?""Ya daripada di sini kamu tidak tenang lebih baik kamu pulang 'kan?"Benar juga apa kata ibu, ah tapi ...."Sudah, ayo Ibu antark

  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 96

    "Ya Nyonya, Hana, asisten baru Tuan Nata, sudah 3 hari dia kerja di sini, dia yang urus semua keperluan Tuan Nata dan Nyonya besar, memangnya Tuan Nata tidak cerita?" Bibik bertanya di akhir kalimatnya.Ah aku jadi bingung sendiri, sebagai istri kenapa aku tidak diberitahu soal ini? Memang saat di rumah ibuku kami menyarankan agar Mas Nata mencari pekerja baru untuk membantunya, tapi aku tak menyangka Mas Nata tidak cerita soal ini padaku.Tidak tidak tidak, pikiranku jangan ngaco pelace, mungkin saja Mas Nata hanya lupa mengabari, aku tidak boleh suudzon dulu."Oh ya sudah kalau begitu, makasih ya, Bik.""Ya Nyonya, selamat malam.""Ya, Bibik juga selamat istirahat ya."Tut. Ponsel kumatikan. Aku kembali gusar sampai semalaman tak bisa tidur karena penasaran, kira-kira apa alasan Mas Nata sebenarnya tidak menceritakan soal asisten barunya itu? Ah aku jadi mikir kemana-mana, nama asistennya Hana, itu artinya dia wanita, apa wanita itu cantik? Bagaimana kalau benar cantik? Apa jangan-

  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 95

    Aku mematung. Ya memang benar, kepercayaan Mas Nata padaku adalah hal yang terpenting, tapi saat orang-orang di sekeliling jadi sering menghakimi begini, lama-lama aku jadi tidak tenang juga, aku benar-benar terganggu dan jadi sedih berkepanjangan akhirnya."Sudah jangan sedih lagi, sekarang kamu istirahat saja," ucap Mas Nata lagi.Aku mengangguk.Baru saja aku akan menarik selimut yang diberikan Mas Nata, suara kegaduhan terdengar di luar."Berani-beraninya kalian ngegibahin anak saya ya, mulut kalian itu emang perlu sekali dilakban rupanya!" teriak Ibu."Eh Bu Wening kok marah? Padahal memang begitu kenyataannya 'kan?""Kenyataan apa? Kalian saja yang gampang terhasut sama perempuan tua itu, si Safitri jelantah minyak!""Ya terus kalau semua itu gak bener kenapa sampe harus dihukum arak itu si Lia? Lagian gak mungkin juga Bu Safitri maen fitnah kalau gak begitu kenyataannya, masa dia tega sih sama si Aslan anaknya sendiri.""Bener tuh, emang dasar Bu Wening mah beda aja sama Bu Safi

DMCA.com Protection Status