Semua Bab Anak-Istri Kalah dengan Teman Suami: Bab 101 - Bab 110

135 Bab

Melarikan Diri

Jarot dan Udin berjalan ke belakang. Di sana, mereka menemukan satu ruangan yang tertutup rapat. "Jarot, itu apa?" tanya Udin dengan suara lirih. Jarot seketika menaikkan salah satu alisnya. Dia melirik ke ruangan yang dia tutup. "Wah, aku juga nggak ngerti. Tapi, ayo ke sana," balas Jarot. Dia terus saja memperhatikan ruangan yang tertutup rapat itu. Namun, dia merasa tak yakin, karena di sana terdapat banyak jaring laba-laba."Haduh, gimana ini? Aku nggak berani ke sana, Rot! Liat aja itu, ruangannya. Masa kamu berani buat pergi ke sana? Ada banyak jaring laba-laba loh di sana," ucap Udin dengan suara lirih. Jarot langsung mengarahkan pandangannya ke arah ruangan itu. Yah, ruangan itu memang sangat gelap. Di sekitarnya, terdapat beberapa binatang-binatang seperti laba-laba dan semut berjajaran di sepanjang dinding. Dindingnya pun juga terkesan mengerikan. "Eh, lagian, siapa yang bakalan mau ke sana, ya? Nggak ada, pasti. Ya udah, ayo pergi dari sini," ajak Jarot. Lelaki itu kemb
Baca selengkapnya

Rahasia di Balik Kos Ferel

"Ma, di sini gelap banget, Vasya takut," bisik Vasya dengan suara lirih. Ia menoleh ke arah Ariana dengan tatapan takut. Ariana seketika menganggukkan kepala, berusaha mengelus kepala sang anak. "Sebenernya ini kos atau bukan, sih? Kenapa mesti ada gudang dan banyak tong kosong besar di sini?" batin Ariana. Yah, wanita itu berpikir keras karena untuk ukuran rumah kos-kosan, rumah ini terlalu besar. Bahkan, di beberapa dindingnya pun terdapat beberapa gambaran seperti petunjuk tertentu yang sama sekali tidak dimengerti oleh Ariana. Pula, di sana juga terdapat sebuah tulisan "No Entry" yang semakin membuat rasa penasarannya tinggi. Ariana seketika menelan ludahnya sendiri. Wanita itu akhirnya berdiri ketika sampai di depan sebuah pintu. Beruntungnya, pintu itu terbuka sedikit. Ariana langsung mengeceknya. "Untung aja nggak ada orang di sini," batinnya. Ia buru-buru menggandeng tangan Vasya dan masuk ke dalam ruangan itu. Vasya awalnya sempat menolak. Namun, bagaimana pun Ariana tet
Baca selengkapnya

Jangan Anggap Semuanya Selesai!

"Jadi, ini gimana, Van?" tanya Ferel. Lelaki itu menaikkan salah satu alisnya ke atas. ********"Kamu tahu ini ruangan apa, Rot?" Udin bertanya dengan wajah gelisah. Ia mengedarkan pandangan ke segala ruangan. Di sana, hanya ada beberapa tumpukan peti mati sekaligus sebuah kotak besar nan kosong. "Aku nggak ngerti kita berdua di mana, tapi ini ngeri, ayo balik ke atas, kayanya, kita kejauhan. Aku takut," balas Jarot. Udin manggut-manggut, dia menyetujui usulan itu. Tak lama kemudian, keduanya langsung bergegas kembali ke tangga atas. Ketika melewati tangga atas itu, ada beberapa pajangan dengan gambaran sebuah batu hitam dengan batu hijau emas. Jarot dan Udin sama sekali tak mengerti apa artinya. "Udah, Rot. Kamu nggak usah ngomong dulu, kita harus pergi dari sini," ucap Udin dengan suara lirih. Keduanya langsung bergegas pergi ke atas, mereka menyusuri ruangan yang nampak lengang. Tak ada satu pun yang tahu soal ruangan itu, karena masing-masing ruangan tertutup. Pergerakan kedu
Baca selengkapnya

Diskusi Besar

"Apa katamu? Mantan mafia? Yang bener aja, Ferel! Nggak mungkin mereka mantan mafia!" pekik lelaki itu dengan suara lantang. Ferel seketika menoleh ke arah Devan. "Heum, kamu kok nggak percaya sama aku, sih? Aku ini udah kerja di bidang penyelidikan selama puluhan tahun. Dan sekarang, kamu malah ngeraguin aku? Udah ya, Van. Mulai sekarang, aku saranin, kamu mendingan pergi dari kota ini. Pindah ke kota lain yang buat kamu lebih aman," ucap Ferel. Ia memberikan sebuah arahan kepada Devan untuk menyelamatkan dirinya sendiri dan juga keluarganya. "Kalo aku pindah ke kota lain, di mana aku harus tinggal? Ariana juga nggak bakalan mau, soalnya, kamu tahu, kan? Dai juga kerja di kota ini," ucap Devan dengan wajah pasrah. "Soal itu, kamu tenang aja. Soalnya, tempat Istri kamu kerja itu punya cabangnya sendiri, kok. Dan kebetulan, aku udah lihat kalo di sana aman. Pindah ke Surabaya aja, mereka nggak bakalan ke sana, kok," kata Ferel dengan tegas. Deg!"Hah? Di mana kamu tahu tempat Istrik
Baca selengkapnya

Kejanggalan Adnan

"Jadi, apa tindakanmu sekarang? Kamu masih mau hidup di daerah sini? Atau gimana?" tanya Ferel dengan suara lirih. Ariana menoleh ke arah Devan, berusaha menyikutnya, hendak memberi isyarat agar lelaki itu turut berbicara. "Mas, gimana? Kamu punya tindakan apa?" Ariana kembali melontarkan pertanyaan. Sudah jelas hal itu membuat Devan kebingungan. "Aduh, Ma. Aku nggak ngerti sama jalan pemikiran kamu, serius. Aku dari dulu nggak pernah tahu di mana letak otakmu itu, loh. Bikin pusing orang aja," balas Devan dengan suara lantang. Dia menatap kedua matanya dengan tatapan tajam. "Mas! Jangan ngomong sembarangan kamu! Di sini ada Mas Ferel, loh! Kalo kamu mau ngomong kasar! Seenggaknya mikir-mikir dulu! Dasar suami bobrok!" pekik Ariana dengan wajah kesal. Ferel menghembuskan nafas panjangnya, ia merasa letih jika harus mendengar huru-hara di sana sini. Terlebih, dia sendiri sebenarnya tidak bisa melihat sosok Devan yang selalu bertindak kasar di hadapan Ariana. "Van, jangan ngomong k
Baca selengkapnya

Satu Hari di Cafe

Devan terdiam untuk beberapa saat, sedangkan Ariana hanya bisa menghela nafas panjang. Tak lama kemudian, dia segera pergi, meninggalkan Devan yang ada di dalam ketakutan dan kepanikan. "Heum, gimana sama keadaan Ariana, ya? Aku nggak tahu kenapa dia bisa kayak gitu!" batin Devan sembari menundukkan kepalanya. Sesekali, dia mengepalkan tangan kanan dan langsung mendobrak meja. Tak lama kemudian, Devan berjalan kembali ke rumah, dan langsung pergi bertemu dengan Ariana. "Ma, aku ke luar dulu, ada urusan sama Ferel. Dan, aku juga harus kerja sekarang," ucap Devan dengan suara lirih. Ariana hanya menganggukkan kepala, ia menghiraukan Devan yang dari tadi berusaha untuk berbicara dengannya. ******Devan kini berada di gudang, dia segera melakukan pekerjaannya. Di sana, beberapa orang tengah melakukan pengemasan beberapa barang. "Devan, kamu jangan lupa setoran jumlah barang buat hari ini, ya. Aku udah mau selesai nih, sama pekerjaannya," ucap Ferel sembari tersenyum. "Oke, tenang aj
Baca selengkapnya

Kejanggalan dan Kejutan Kecil

"Ya udah, ayo pergi dari sini setelah selesai minum, Ferel. Aku harus mengurus gudang," ucap Devan dengan nada tegas. Ia tidak ingin bermain-main dengan pekerjaannya sendiri. Ferel menganggukkan kepala, menyetujui perkataan Devan. Mereka berdua menyelesaikannya dengan cepat. Keduanya sempat saling melirik kedua matanya. Masing-masing dari mereka, memikirkan kembali apa yang telah mereka lontarkan satu sama lain. Tak lama kemudian, mereka berdua menyelesaikan makanannya. Sehingga, mereka langsung pergi dari cafe tersebut. Keduanya melesat ke jalanan, lalu pergi ke gudang. Di sana, Devan menghindari Ferel. Devan langsung melakukan kegiatannya dengan baik. Selepas pulang, Devan pulang ke rumahnya sendiri dengan perasaan gelisah. Di tengah-tengah perjalanan, dia memutuskan untuk menenangkan diri sendiri. *********"Astaghfirullah, itu kan Adnan," batin Devan, lelaki itu tengah mengendarai motor. Di sana, kedua matanya melihat sosok Adnan yang sedang berbincang dengan seorang perempuan
Baca selengkapnya

Percakapan dan Kehangatan Malam Hari

Setelah kejadian kemarin, Devan mulai sering melamun. Dia tidak menyangka bila Adnan memeluk perempuan lain kemarin malam. "Heum, bisa aja itu saudara kandung Adnan, kan?" batin Devan. Ia mencoba untuk berpikir positif. Namun, ketika berada di tempat kerja, dia mendapat informasi yang membuatnya tercengang. "Van, kamu harus lihat foto ini," Ferel menepuk pundak Devan sembari menunjukkan sebuah foto di hadapan Devan. Dahi Devan berkerut ketika melihat foto Adnan dengan seorang perempuan yang dia lihat kemarin malam. "Astaga, Ferel. Ini kan perempuan yang aku lihat kemarin malem?" Devan menyerahkan foto itu kembali kepada Ferel. "Oh, kemarin malam kamu juga lihat mereka berdua, ya? Aku sempet lihat kamu, sih. Cuman, aku nggak ngomong apa-apa. Sekarang, kamu harus tahu ini, perempuan yang ada di foto itu adalah pemilik perusahaan ternama di sini," ucap Ferel dengan nada tegas."Hah? Maksud kamu?" tanya Devan dengan suara lirih. "Iya, Devan. Dia itu anak direktur perusahaan tekstil
Baca selengkapnya

Berhati-hatilah

"Ferel! Kayaknya, kamu nggak perlu cari informasi lagi soal Adnan," ucap Devan sembari tersenyum. Ferel menoleh ke arah Devan dengan wajah keheranan. "Heum, kenapa?" tanya Ferel, dia penasaran dengan apa yang terjadi kepada Devan. "Aku udah baikan sama Istri dan anakku, Ferel. Jadi, kita berdua udah mulai dari awal lagi sekarang. Doain aja biar semuanya baik, ya. Soal Adnan, biarin aja udah," balas Devan sembari tersenyum. Lelaki itu menganggukkan kepalanya."Oalah, jadi gitu. Selamat ya, yang udah baikan. Aku ikut seneng dengernya," kata Ferel. "Heum, iya, Rel. Makasih banyak, ya. Ini semua nggak bakal terjadi kalo kamu nggak bantuin aku," balas Devan dengan sembari tersenyum. Ferel menaikkan salah satu alisnya ke atas. "Bantuanku? Nggak, dong, Van. Aku cuman buka jalannya aja, semua itu kan kembali ke kamunya sendiri, hahaha." "Iya, aku ngerti. Tapi, itu semua nggak bakalan terjadi kalo kamu nggak bantuin aku. Jadi, aku bener-bener berterima kasih banyak sama kamu," ucap Devan.
Baca selengkapnya

Pergerakan

"Van! Kamu jangan gerak ke mana-mana dulu, ada temen aku yang bisa aku ajak kerja sama, jangan khawatir!"Devan membaca sebaris pesan yang membuatnya tenang. Di satu sisi, Ferel segera pergi dan berpamitan kepada sang bapak. Setelahnya, dia pergi ke jalanan, memberikan komando kepada teman-temannya. "Ya, Ferel?" "Kita harus ke daerah Cikarang, kamu ngerti, kan? Jangan lupa, bawa anak-anak yang lain! Pastikan kali ini kita berhasil!""Oh! Baguslah! Sasaran polisi yang hilang selama lima tahun itu! Mereka-"Percakapan itu semakin dalam, hingga pada akhirnya. Entah apa yang terjadi, sampai akhirnya, dia menghentikan motornya. Tangan kanannya mengambil sebuah foto yang selama ini dia simpan di dalam sakunya. "Mama tenang aja, aku di sini bakal usahain itu. I love you, Mom," ucap Ferel, ia mencium foto seorang perempuan paruh baya yang tengah menggendong seorang bocah berusia enam tahun."Malam ini!" batin Ferel. ******Ferel kembali fokus ke jalanan, lalu, tak lama kemudian, dua orang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status