Home / Romansa / Mencari Suami Bayaran / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Mencari Suami Bayaran: Chapter 71 - Chapter 80

108 Chapters

71. Kejutan untuk Munos

Fani sedang membuatkan sarapan untuk suaminya tercinta. Rambutnya basah tergerai, baju kaos kebesaran dengan celana pendek sepaha serta apron bergambar hello kitty, menemaninya di dapur pagi ini. Terlalu fokus memasak, Fani tak menyadari kehadiran Tiyan di belakangnya. Lengan Tiyan memeluk pinggul Fani."Astaghfirulloh,kaget Ade Mas!" Fani terpekik sambil mengurut dadanya."Masak apa sih sayang? Sampe ga tau ada suami di dekatnya?" bisik Tiyan mesra.Fani berbalik, menatap senang wajah suaminya yang segar habis mandi."Masak nasi digoreng, Masku," jawab Fani sambil mengedipkan sebelah matanya, lalu berbalik lagi mengaduk nasi dipenggorengan."Seksi banget sih lagi masaknya, Mas jadi... pengen lagi," bisiknya sambil mengecup pundak istrinya, tangannya sudah melancong ke tubuh bagian atas istrinya. Fani hanya mendesah pasrah, alu mematikan kompor dengan kesadaran yang sudah setengah ambyar.Panci, telenan, kompor dan penghuni dapur lainnya menjadi saksi betapa panasnya udara pagi ini, m
last updateLast Updated : 2023-03-25
Read more

72. Tentang Fani

Munos berkeringat dingin, semakin dia yakin bahwa Fani yang dia cari adalah Fani yang dibicarakan Pade Warmo. Tapi dia harus memastikannya."Ehh, kita jadi membicarakan istri orang jadinya, maafin saya Pak," ucap Munos berpura-pura sungkan."Ga papa, Pak, saya maklumin, bapak lagi kangen sama istri di Jakarta ya?" tanya Pakde Warmo."Ehh..iya, Pak," jawab Munos kikuk.Di pusat perbelanjaan kota Malang, Tiyan mengajak Fani masuk ke area pakaian dalam wanita."Mas, mau ngapain ke sini?"tanya Fani heran."Pakaian dalam Ade masih bagus semua Mas, masih baru lagi," lanjut Fani."Mulai sekarang Mas mau kamu tidur pake baju tidur kayak kemarin, apa namanya yaa...itu yang seksi menerawang ada rendanya." Mata Tiyan membayangkan tubuh Fani yang memakainya."Maksud Mas, Ade tidurnya pake lingerie?" mata Fani melotot tak percaya.Tiyan mengangguk pasti."Mbak, carikan lingerie yang seksi yang paling bagus." pinta Tiyan pada pelayan toko.Pelayan toko memberikan empat set lingerie bewarna ungu, hi
last updateLast Updated : 2023-03-25
Read more

73. Bertemu

Sepulang dari menguntit kediaman Fani dan Tiyan, Munos tak bisa memejamkan mata, pikirannya melayang, mengingat kembali wajah manis Fani yang berbalut hijab, tubuh mantan istrinya itu terlihat lebih berisi dan lebih segar."Ah, kenapa gue jadi kepikiran Fani terus, ck, seandainya waktu bisa diulang, gue pasti udah punya anak kembar yang lucu-lucu, dan bundanya yang semok begitu, Ya...nasib, apa bisa dia jadi milik gue lagi?""Waduh, baru begini doang ponakan gue udah puyeng, lhaa...lhaaa..." Mata Munos terbelalak, menatap ke arah pukul enam, sudah hampir setahun ponakannya tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan, tapi baru kepikiran wajah Fani aja, ponakan langsung tersadar dari mati surinya."Alhamdulillah ya Allah akhirnya," ucap Munos penuh sukur diikuti dengan senyum gembira."Baiklah, besok gue uji coba," gumam Munos dengan senyum mesumnya.Dua hari berlalu, Munos belum sempat melakukan test drive untuk ponakannya. Pembangunan kos-kosan membuat waktunya banyak tersita. Tiyan jug
last updateLast Updated : 2023-03-25
Read more

74. Fani yang Syok

Fani mengurung diri dalam kamar, semua pintu di dalam rumah dikunci, Fani menggigil ketakutan. Wajah bengis Munos kala menyiksanya di ranjang, wajah Munos saat mendorongnya hingga jatuh berguling, semua hadir lagi di kepalanya. Fani menangis tersedu dan tak ada seorang pun menenangkannya, Tiyan suaminya masih di lokasi proyek, tempat di mana Munos juga berada. Fani melupakan suatu hal, nama Munos adalah Munos Karim."Kenapa kamu harus hadir lagi di hidup aku, malah begitu dekat, kenapa ya Allah? " isaknya, hingga waktu menjelang sore.Tiyan beberapa kali menelepon Fani, namun ia abaikan. Melihat ponselnya berdering pun, Fani takut, Munoslah yang menghubungi, jadi dia tak ingin melihatnya. Tiyan sangat khawatir, tepat pukul lima sore, Tiyan langsung pamit pulang pada Munos dan juga Pakde Warmo.Tuk!Tuk!"Sayaaang, buka pintunya!"Tak ada jawaban dari dalam rumah.Tuk!Tuk!Mata Tiyan menyapu sekitar teras, ada sepatu sandal yang dipakai Fani saat ke proyek tadi. Itu menandakan bahwa F
last updateLast Updated : 2023-03-25
Read more

75. Permohonan Maaf Munos

I love u, Fani.I love you too husbandSetiap kalimat yang terujar dari mulut Fani dan suaminya, serta pacuan nafas keduanya, semua itu terekam di dalam ingatan Munos. "Cukup! kamu akan segera kembali menjadi milikku Fani, dengan cara apapun!" geram Munos dalam hati lalu meninggalkan rumah Fani dengan perasaan terbakar cemburu.Pagi pun menyambut mereka dengan udara yang cukup dingin, Fani susah payah membuka matanya, mereka kesiangan sholat shubuh karena baru tidur pukul setengah tiga pagi. "Sayaaang..." Fani membangunkan Tiyan."Eehhmm, udah shubuh ya De? "tanya Tiyan malas-malasan tanpa membuka mata."Sarapan aja udah telat, Yang," ucap Fani sambil terkekeh."Astagfirulloh." Tiyan lompat dari tempat tidur dan berlari ke kamar mandi.Pukul setengah sepuluh Fani sudah duduk di meja makan menyiapkan roti bakar yang baru saja dibuatnya untuk sarapan suaminya. Tiyan makan dengan cepat, dia sudah sangat terlambat untuk ke proyek."Hati-hati sayang, ingat pesan Ade ya, jangan terlalu deka
last updateLast Updated : 2023-03-25
Read more

76. Bertemu Bu Sundari

Di sinilah Fani dan Tiyan sekarang, di dalam pesawat kelas bisnis dari Malang menuju Jakarta. Tiyan dan Fani yang belum pernah naik pesawat sama sekali, merasa sedikit aneh, namun mereka menyembunyikan kekhawatirannya. Munos yang duduk di kursi penumpang samping mereka memperhatikannya dengan senyum kecil."Ade masih takut?" bisik Tiyan pada Fani."Ndak Mas, Ade sudah ga papa, cuma ade ga suka tatapan Munos yang tajam seperti itu!" Fani sekilas melirik Munos tatapan mereka beradu. Fani membuang pandangan kepada suaminya."Yah, cuma mandang tak apa De, mungkin Pak Munos masih ada rasa sama ade,"ucap Tiyan menggoda."Ih, ogah amit-amit, kalau ga karena mama Sundari sakit, ade juga ga mau ke Jakarta Mas, terlalu banyak luka di Jakarta," sahut Fani sendu. "Ya sudah masih ada waktu setengah jam lagi sebelum sampai De, sebaiknya kita istirahat," ucap Tiyan sambil mengusap kepala Fani dari balik khimarnya. Tak semenit pun terlewat dari pandangan Munos, bagaimana cara Tiyan begitu manis mem
last updateLast Updated : 2023-03-27
Read more

77. Apa yang Terjadi?

"Ya Allah, ternyata benar ini kamu Nak, wanginya sama, wangi minyak kayu putih. Terimakasih ya Allah, di sisa usiaku yang tak lama lagi, Engkau kembalikan menantuku," isak Bu Sundari, air matanya deras mengalir, pelukannya begitu erat kepada Fani. Pak Karim yang menyaksikan ikut meneteskan air mata, begitu juga Munos dan Tiyan, mereka terharu. Begitu besar kerinduan dan cinta Bu Sundari kepada Fani, wanita yang pernah menjadi menantunya. Bu Sundari merenggangkan pelukannya, menatap Fani dengan seksama, menyentuh lembut pipi Fani. "Ya Allah cantiknya menantuku," puji Bu Sundari menatap Fani dengan berbinar. Khimar yang dipakai Fani sangat pas di wajahnya.Fani tersenyum lalu menunduk malu, pandangannya beralih kepada Pak Karim. "Pa," panggil Fani, lalu menghampiri Pak Karim dan mencium punggung tangannya. Pak Karim balas mengusap lembut kepala Fani."Itu siapa?" tanya Bu Sundari tiba-tiba, saat melihat Tiyan berdiri di samping Munos."Itu..mmm..suami Fani, Ma," ucap Fani ragu, takut
last updateLast Updated : 2023-03-27
Read more

78. Takdir

Bau obat-obatan dan disinfektan begitu menyengat, menyadarkan Fani dari pingsannya. Tampak Munos sedang duduk di kursi samping ranjang Fani, sambil menutup mata. Tampak luka dipelipisnya yang dibalut perban dan sedikit lebam biru di tulang pipinya.Fani menatap sekeliling dengan tatapan layu."Pak," panggilnya lirih."Pak," panggilnya lagi, membuat Munos terbangun dari tidurnya."Eh..kamu sudah sadar, Fan? Alhamdulillah," ucap Munos lega."Mana suami saya?" "Mmmhh...masih di ICU. " "Saya mau ke sana!" "Kamu masih lemah, Fan." "Tidak, bawa aku ke sana!" Fani mencoba duduk dan menurunkan kedua kakinya dari atas ranjang."Sssssttt..." Fani merintih memegang perutnya."Hati-hati, Fan!" Munos mencoba memegang lengan Fani."Lepas! Saya bisa sendiri," ucap Fani ketus sambil menepis tangan Munos. Dengan tertatih sambil memegang perut, Fani mencoba meraih pegangan pintu ruang perawatan."Ssstt..aaahhh." Fani berjongkok menahan nyeri pada perutnya.Munos dengan sigap menghampiri dan membant
last updateLast Updated : 2023-03-27
Read more

79. Takdir 2

"Pak, sa...ya..ti..tiip..anak dan..." Tiyan menarik nafas."Istri...s-saya..ngi..mere..ka..to..long," ucap Tiyan terbata. Munos meneteskan air mata iba. "Saya berjanji, Mas," ucap Munos pelan, karena ia juga menahan air mata."Maas....ya Allah...ya Allah..Mas.. Dokteerr!" jerit Fani histeris sambil memanggil dokter, saat nafas suaminya semakin terengah-engah."Aku...men..cintaiimuu..De..saa..ngaatt...." Air mata Tiyan menetes, nafasnya semakin sesak.Dokter datang memeriksa mencoba segala cara."Asyhadu allaa..ilaa..ha illallah..wa asyhadu annaa muhammadarrasulullah. "Ttiiiiiiit!"Innaalillahi wa inaa ilaihii rooji'un. "Ucap dokter dan perawat."Tidak!Ya Allah.....ya Allah...Mas, jangan tinggalkan aku Mas!" Fani menjerit histeris, Munos berusaha menenangkan dengan merangkulnya, namun tenaga Fani begitu kuat, dada Munos dipukuli oleh Fani."Ini semua gara-gara kamu! Kamu pembunuh! Kamu pembunuh! Aku benci kamu! Pergiiiiiii!" "Faaan...tenang!" Munos masih merangkul Fani walaupun Fani
last updateLast Updated : 2023-03-27
Read more

80. Garis Waktu

Lima Bulan KemudianPerut Fani sudah tampak membuncit di usia kehamilan menginjak lima bulan. Senyum selalu terkembang di bibirnya takkala berbicara atau sekedar mengusap perutnya. Sore ini, Fani tengah duduk di depan mesin jahitnya, fokus mengerjakan sesuatu."Permisi, paket!" suara seorang pria di depan pintu rumahnya.Fani membuka pintu lebar, tampak sang kurir pengantar membawa kotak yang cukup besar yang terbungkus kertas kado yang lucu.Dari : Oma Sundari JakartaFani tersenyum saat tahu siapa pengirim semua barang-barang itu. Sejak meninggalnya Tiyan, Bu Sundari dan Pak Karim rutin mengirimkan barang apa saja kepada Fani, mereka juga rutin menelepon dan juga video call menanyakan kabar Fani dan kandungannya.Setelah mengucapkan terimakasih, Fani masuk dan penasaran segera membuka kotak besar tersebut."Apa itu, Nduk?" tanya si mbok ikut duduk bersama Fani di karpet depan ruang tv."Dari Bu Sundari, Mbok," sahut Fani dengan senyuman. Ibu Tiyan kini tinggal bersama Fani, menemani
last updateLast Updated : 2023-03-29
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status