Home / Romansa / Mencari Suami Bayaran / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Mencari Suami Bayaran: Chapter 81 - Chapter 90

108 Chapters

81. Ke Dokter

"Ya Allah, ya nggak, Fan." Munos mengusap dadanya kaget mendengar sindiran Fani barusan. Tidak ada pembicaraan lagi setelahnya, Fani membungkam mulutnya, begitu juga dengan Munos, ia tidak ingin salah bicara lagi yang bisa mengakibatkan Fani marah."Bapak ga ke kantor?" tanya Fani berbasa-basi saat kini mereka tengah dalam perjalanan.Kota Malang memang tak semacet Jakarta atau Bandung, Fani masih dapat menikmati pemandangan sepanjang perjalanan."Tidak, hari ini saya sengaja libur, paling nanti sore ke proyek, ada perlu dengan Pakde Warmo."Fani mengangguk, tak ada percakapan lagi."Apakah dia sudah mulai bergerak?" tanya Munos menatap perut Fani yang membuncit."Sudah.""Mm...apa saya boleh merasakan gerakannya?" tanya Munos pelan."Tidak!"Bahu Munos melorot, baiklah Fani memang belum bisa benar-benar berdamai dengan dirinya. Bisa seperti ini saja sudah luar biasa sudah alhamdulillah.Beep!Beep!Ponsel Munos berdering.[Hallo Assalamualaikum, Mah][Iya sudah tadi malam, ini sekara
last updateLast Updated : 2023-03-29
Read more

82. Kontraksi

"Kalau Bapak bicara seperti itu lagi, sebaiknya kita tidak perlu bertemu lagi!" ucap Fani ketus sambil memandang jalanan, menghindari tatapan Munos yang terkadang menggoyahkan imannya."Jangan begitu, Bu." Munos akhirnya mengalah."Jangan panggil saya ibu!""Kenapa?""Bukankah kamu calon ibu?""Aneh kalau itu keluar dari mulut bapak!"Fani bersungut manyun. Munos malah merasa wajah manyun itu sangat menggemaskan."Trus kenapa kamu manggil saya bapak?" Munos kembali bertanya dengan tatapan gemasnya."Karena memang dari awal saya manggilnya bapak.""Kalau gitu biar saya manggil kamu ibu, baru pas!""Kecuali kalau kamu ganti panggilan saya menjadi 'sayang'," lanjut Munos sambil menggoda Fani."Ngaco!""Udah ah saya mau pulang!" Fani sudah berdiri dari duduknya. "Aaauuu..." perutnya kembali nyeri."Tuhkaan..marah-marah melulu sih, jadi debaynya protes," ucap Munos bermaksud memapah Fani keluar dari restoran."Lepas!" Fani menghalau tangan Munos."Aaauu...ssstt," rintih Fani lagi."Kamu ke
last updateLast Updated : 2023-03-29
Read more

83. Pendarahan

"Temani Fani, Nak!" pinta si Mbok dengan begitu yakin. Munos mengangguk, lalu masuk ke ruang persalinan. Lelaku itu menemani Fani, memberinya semangat, padahal ia sendiri susah payah menopang tubuhnya agar tidak pingsan di ruang operasi."Sayang, kamu pasti bisa, ada aku di sini.""Aku bukan sayang kamu, ocehan apa itu!" protes Fani tidak terima dengan ucapan Munos. Wanita yang tengah berjuang menahan mulas itu, sungguh sebal dengan Munos dan juga mulut lelaki itu. Seandainya tidak sedang mulas, tentulah ia sudah mencekek sampai mati, duda bantet seperti Munos."Ayo, Bu. Tarik nafas, hembuskan, dorong!""Huuu...aaaahhh...""Ayo Bu, sedikit lagi.""Huuu...aaaahhhh...""Ooeek..oooeek... Alhamdulillah," ucap dokter, perawat, dan Munos bersamaan.Bayinya lahir dengan selamat dan sempurna, tanpa perlu operasi cesar."Ya Allah dok, pasien pendarahan!" dokter dan seluruh perawat di dalam ruangan sibuk, mondar mandir membawa berkantong-kantong darah. Melakukan yang terbaik untuk keselamatan
last updateLast Updated : 2023-03-29
Read more

84. Abi

Dengan mahir Munos menggendong Abi yang baru saja menangis, saat malam menjelang. Sepulang kantor, Munos menyempatkan diri mampir ke rumah Fani, hendak menjenguk cintanya, juga Abi, yang saat ini juga telah mencuri hatinya.Entah sejak kapan, mungkin saat masih di dalam perut sang ibu, Munos sudah jatuh hati dengan sang bayi tampan. Bahkan sang bayi seakan mengenal Munos dengan baik, saat mendengar suaranya saja, maka bayi di dalam perut ibunya itu bergerak dengan sangat lincah, mengingat itu Munos tersenyum gembira.Munos masih menimang-nimang Abi yang mulai terlelap, sedangkan Fani saat ini tengah duduk di sofa menahan kantuk. Sedari pagi, Abi terus terjaga, hanya menyusui dan menyusu lagi, padahal malam hari, Abi juga membuat Fani bergadang semalaman."Tidurlah Bu, biar saya yang gendong Abi!" titah Munos menatap wajah Fani yang sangat kelelahan, ditambah kantung mata yang berwarna hitam, tentulah Fani terjaga sepanjang malam begadang menunggui Abi."Iya Pak, saya lelah banget hari
last updateLast Updated : 2023-03-29
Read more

85. Menyerah

Empat puluh hari sudah usia Abi, tubuhnya semakin montok, pipinya bulat dengan lesung pipi di sebelah kiri, menambah gemas orang-orang yang melihatnya. Fani menyusuinya secara eksklusif, sehingga pertumbuhan Abi sangat baik. Abi juga kini sudah mengenali orang-orang di sekitarnya. Saat melihat wajah mbahnya maka dia tersenyum, jika melihat wajah Fani apalagi, Abi sudah sangat mengenalnya. Lalu bagaimana dengan Munos, Abi bahkan sangat bergantung pada Munos, saat malam Abi hanya akan tertidur bila sudah di gendong Munos.Munos sangat menyayangi Abi seperti anaknya sendiri, membelikan banyak mainan dan selalu menggendongnya. Setiap malam, sudah tiga pekan ini, Munos selalu datang setelah isya, karena jadwal tidurnya Abi setelah isya. [Hari ini saya ada meeting, jadi terlambat ke rumah ya]Isi pesan singkat Munos pada Fani, Fani membaca dan membalasnya."Oke."Munos tersenyum getir, Fani masih bersikap dingin padanya, meskipun setiap hari Munos bertandang ke rumahnya, memberi perhatia
last updateLast Updated : 2023-03-31
Read more

86. Menyerah Part2

"Bapak ke mana ya Bi, kok tumben ga kirim pesan atau telpon?" gumam Fani pada Abi yang kini tengah asik menyusu padanya."Apa aku yang kirim pesan duluan ya. Ah..gak deh, nanti malah dia ke GR-an!" Fani masih bermonolog dengan dirinya sendiri.Begitu juga dengan Abimayu, seharian ini rewel dan menangis, tetapi badannya tidak hangat, buang airnya juga normal. Entah apa yang kini Abi rasakan sehingga begitu tak nyaman. Hingga malam tiba, tak ada kabar apapun dari Munos. Fani mulai khawatir dan bicara pada si Mbok, bagaimana kalau Fani mendatangi apartemen Munos, namun si Mbok melarang, apalagi Fani belum selesai nifas, pamali kalau kata orang tua untuk bepergian. Fani masih terus mencoba menghubungi Munos di hari kedua namun tetap tak tersambung. "Ya Allah ada apa? Semoga Pak Munos baik-baik saja." Fani bergumam.Fani yang tak sabar akhirnya menghubungi Bu Sundari, yang masih dia panggil dengan sebutan mama."Hallo Assalamualaikum, Mah.""Wa'alaykumussalam, Anak mama, apa kabar? ""Se
last updateLast Updated : 2023-03-31
Read more

87. Jeritan Abi

Sorot mata tajam Munos kini tengah memperhatikan proses finishing dari proyek mega kos-kosan yang sedang dibangunnya. Sekelebat bayangan bagaimana tadiannya dia menolak keras perintah papanya untuk mengawasi proyek ini, dan meninggalkan hotel yang dipimpinnya. Tapi siapa sangka dengan dia ada disini, akhirnya dia kembali dipertemukan dengan Fani, wanita yang selama setahun ini dia cari-cari. Mungkinkah ia memang berjodoh, ataukah jodoh yang sedang mempermainkannya? Karena hingga saat ini tak ada tanda-tanda Fani akan kembali ke sisinya. Fani masih sangat mencintai suaminya.Pakde Warmo menghampiri Munos. "Kapan acara peresmiannya, Pak?" "Dua hari lagi, tolong bantu saya menyiapkan segalanya ya Pakde!" "Papa dan mama saya yang akan meresmikannya." Dua hari kemudian, Bu Sundari beserta suaminya sudah berada di kota Malang dalam acara peresmian mega kos-kosan yang dibangun oleh keluarga Karim. Tampak hadir beberapa relasi Pak Karim, Munos serta pejabat dan warga sekitar. Tak lupa Fan
last updateLast Updated : 2023-03-31
Read more

88. Mencari Jodoh

Setahun Kemudian.Munos tengah duduk sarapan bersama dengan kedua orangtuanya, sekarang hari sabtu dan Munos tidak berangkat ke kantor. Bu Sundari membuatkan mie goreng lengkap dengan sambal goreng kentang ati sapi dan acar. Munos menatap masakan kesukaannya yang sama persis dengan Fani. Ah..bagaimana kabarnya Fani dan Abi hampir sebelas bulan sudah tidak pernah berkomunikasi lagi, karena nomor ponsel Fani yang tidak pernah aktif. Ingin rasanya mengunjungi Fani dan Abi, rasa rindu itu membuncah, namun Munos harus tahu diri, jika Fani enggan berhubungan dengannya."Kok bengong, Nak?" tanya Bu Sundari yang memperhatikan Munos, sedari tadi hanya memandangi makanan yang tertata di atas piringnya." Eh..iya, Ma.""Sedang memikirkan apa?" tanya papanya."Mmm...tak ada, Pa," kilahnya kini sembari menyendokkan nasi ke dalam mulutnya."Bagaimana perkenalanmu dengan Lusi?""Biasa aja, Pa Tak ada yang istimewa," sahutnya malas."Dengan Laura? Anaknya Pak Bimo?" tanya papa Munos lagi."Sama, bia
last updateLast Updated : 2023-03-31
Read more

89. Nasihat si Mbok

Flash BackAbi masih terus menangis. Dibujuk dan dirayu oleh Fani dan juga si mbok belum juga mau berhenti. Digendong dan juga sudah disusui asi, tetap saja masih sesegukan. Air matanya terus saja mengalir hingga membuat mata bayi itu sangat merah dan bengkak. Dari hidungnya juga keluar air karena menangis tiada henti. Fani dan si mbok iba dan cukup kaget denga reaksi yang diberikan Abi, begitu mobil Munos menghilang dari pekarangan rumah.Fani sudah kehabisan akal untuk menenangkan Abi. Ia pun merasa sedih yang sama, tetapi ia mencoba untuk menahannya. Bukan ia tak jujur pada diri sendiri. Selama ada Munos yang perhatian padanya dan juga Abi serta si mbok. Tentulah ia sangat berterima kasih. Ia pun kehilangan. Entah kehilangan sebagai saudara, atau teman. Untuk saat ini kesedihan yang anaknya rasakan, ia pun juga merasakannya."Fan, bawa keliling pakai sepeda. Bonceng di depan. Siapa tahu mau berhenti menangis," ujar si mbok saat melihat Abi tak kunjung mereda tangisnya. Fani pun men
last updateLast Updated : 2023-03-31
Read more

90. Kejutan

Setahun Kemudian.Munos tengah duduk sarapan bersama dengan kedua orangtuanya, sekarang hari sabtu dan Munos tidak berangkat ke kantor. Bu Sundari membuatkan mie goreng lengkap dengan sambal goreng kentang ati sapi dan acar. Munos menatap masakan kesukaannya yang sama persis dengan Fani. Ah..bagaimana kabarnya Fani dan Abi hampir sebelas bulan sudah tidak pernah berkomunikasi lagi, karena nomor ponsel Fani yang tidak pernah aktif. Ingin rasanya mengunjungi Fani dan Abi, rasa rindu itu membuncah, namun Munos harus tahu diri, jika Fani enggan berhubungan dengannya."Kok bengong, Nak?" tanya Bu Sundari yang memperhatikan Munos, sedari tadi hanya memandangi makanan yang tertata di atas piringnya." Eh..iya, Ma. ""Sedang memikirkan apa?" tanya papanya."Mmm...tak ada, Pa," kilahnya kini sembari menyendokkan nasi ke dalam mulutnya."Bagaimana perkenalanmu dengan Lusi?" "Biasa aja, Pa! Tak ada yang istimewa." sahutnya malas."Dengan Laura? Anaknya Pak Bimo!"tanya papa Munos lagi."Sama, b
last updateLast Updated : 2023-04-02
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status