Share

78. Takdir

Bau obat-obatan dan disinfektan begitu menyengat, menyadarkan Fani dari pingsannya. Tampak Munos sedang duduk di kursi samping ranjang Fani, sambil menutup mata. Tampak luka dipelipisnya yang dibalut perban dan sedikit lebam biru di tulang pipinya.

Fani menatap sekeliling dengan tatapan layu.

"Pak," panggilnya lirih.

"Pak," panggilnya lagi, membuat Munos terbangun dari tidurnya.

"Eh..kamu sudah sadar, Fan? Alhamdulillah," ucap Munos lega.

"Mana suami saya?"

"Mmmhh...masih di ICU. "

"Saya mau ke sana!"

"Kamu masih lemah, Fan."

"Tidak, bawa aku ke sana!" Fani mencoba duduk dan menurunkan kedua kakinya dari atas ranjang.

"Sssssttt..." Fani merintih memegang perutnya.

"Hati-hati, Fan!" Munos mencoba memegang lengan Fani.

"Lepas! Saya bisa sendiri," ucap Fani ketus sambil menepis tangan Munos. Dengan tertatih sambil memegang perut, Fani mencoba meraih pegangan pintu ruang perawatan.

"Ssstt..aaahhh." Fani berjongkok menahan nyeri pada perutnya.

Munos dengan sigap menghampiri dan membant
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status