Share

82. Kontraksi

"Kalau Bapak bicara seperti itu lagi, sebaiknya kita tidak perlu bertemu lagi!" ucap Fani ketus sambil memandang jalanan, menghindari tatapan Munos yang terkadang menggoyahkan imannya.

"Jangan begitu, Bu." Munos akhirnya mengalah.

"Jangan panggil saya ibu!"

"Kenapa?"

"Bukankah kamu calon ibu?"

"Aneh kalau itu keluar dari mulut bapak!"

Fani bersungut manyun. Munos malah merasa wajah manyun itu sangat menggemaskan.

"Trus kenapa kamu manggil saya bapak?" Munos kembali bertanya dengan tatapan gemasnya.

"Karena memang dari awal saya manggilnya bapak."

"Kalau gitu biar saya manggil kamu ibu, baru pas!"

"Kecuali kalau kamu ganti panggilan saya menjadi 'sayang'," lanjut Munos sambil menggoda Fani.

"Ngaco!"

"Udah ah saya mau pulang!" Fani sudah berdiri dari duduknya. "Aaauuu..." perutnya kembali nyeri.

"Tuhkaan..marah-marah melulu sih, jadi debaynya protes," ucap Munos bermaksud memapah Fani keluar dari restoran.

"Lepas!" Fani menghalau tangan Munos.

"Aaauu...ssstt," rintih Fani lagi.

"Kamu ke
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status