“Ada kirimin boneka di depan. Pacar kamu kasih boneka lagi ke kamu?”Andhira yang sedang menonton televise pun menoleh, menatap Papih yang baru saja dari depan. Dirinya menggeleng, perasaannya kembali resah, segera dia menghubungi Arsenio. Papih mengambil posisi di sisi kanan Andhira, memperhatikan Andhira yang ekspresi wajahnya cemas.“Jangan diterima, Pihh. Itu dari orang yang gak dikenal. Soalnya mas Arsenio gak ada kirim apa-apa ke aku,” ujar Andhira, menatap Papih yang menaikkan sebelah alis.“Kamu tau? Orang yang sama, kah?” tanya Papih, diangguki oleh Andhira. Papih mengerti, “Masih ada di depan pagar, belum Papih simpan. Buang aja kali yaa?”Andhira menggeleng, “Jangan, Pih. Biar mas Arsen aja yang ambil nanti, terus dibuang.”“Halo, sayang. Ada apa?”Andhira bergumam, “Ada yang kirimin boneka ke rumah. Bukan dari mas Arsen, kan?”“Bukan. Biarin aja, nanti siang aku ke rumah, kalau masih ada, nanti aku belah bonekanya. Aku yakin sih, ada sesuatu di dalam. Kalau pas aku dateng,
Read more