All Chapters of Legenda Pendekar Arya Dewantara: Chapter 1 - Chapter 10

20 Chapters

Pembantaian Di Desa Cikulon 

AAAARRRHHH!!!Teriakan orang-orang yang kabur dari kejaran sekelompok pria bertopeng berbentuk barong membuat seluruh desa berada di situasi mencekam. Mereka semua dibunuh secara brutal tanpa ampun bahkan anak-anak dan wanita menjadi korban dari kebengisan para kelompok bertopeng ini. "Apa kau tahu di mana kitab Dhanwantari berada?" Teriak salah satu bandit bertopeng menarik rambut seorang wanita dan berteriak kepadanya.Wanita itu terus saja menangis dan hanya menggelengkan kepalanya. Akhirnya golok tajam menyayat lehernya hingga putus. Desa Cikulon yang berada diujung barat dari wilayah Yawadwipa diduga sebagai tempat seseorang menyembunyikan kitab sakti Dhanwantari yang merupakan pusaka langsung dari Dewa Dhanwantari. Para kelompok bertopeng ini mengejar kitab tersebut untuk mendapatkan keabadian. "Apa maksudmu? Kami tidak memiliki kitab itu!" Teriak salah satu wanita bersikeras melindungi anaknya yang masih berumur dua puluh tahun. Ia berdiri di paling depan dan memasang dada u
Read more

Teknik Pisau Energi!

"De–Dewi Kinanti…?" Ucap Arya Dewantara yang tampak terkejut. "Kau sudah sadar sepenuhnya?" Tanya Dewi Kinanti mengusap air matanya."Aku sudah sadar sepenuhnya. Aku hanya merasa sempoyongan setelah berlarian dari desa ke hutan ini," jawab Arya Dewantara mengusap bekas luka di dadanya. Dewi Kinanti merasa cemas akan keadaan teman semasa kecilnya di desa Cikulon. Ia berhasil melarikan diri dari pembantaian di desanya karena sedang berada diluar desa untuk mencari tanaman obat. Saat ia kembali dan menemukan banyak warga desa yang dibunuh, Dewi Kinanti langsung berbalik arah menuju ke hutan selatan. Ia tidak menyangka bila bisa bertemu dengan Arya Dewantara yang juga berhasil selamat. Ia masih memikirkan nasib ibunya dan para warga desa lainnya yang dibantai oleh kelompok bertopeng."Kau berhasil melarikan diri dari pembantaian di desa. Untunglah…," ucap Arya Dewantara merasa lega."Aku beruntung karena tadi sedang mencari tanaman obat. Aku sangat terkejut saat melihat banyak sekali o
Read more

Pencarian Sang Murid 

Golok hitam milik pria bertopeng hampir saja mengenai tubuh dari Arya Dewantara. Namun untungnya Arya bisa menghindar dan mundur ke belakang. Namun ia segera melancarkan serangan lagi dengan mengandalkan teknik bela diri dari perguruan Cikulon. Meski masih belum terlalu luwes, Arya Dewantara berhasil mencegah pria bertopeng bergerak semaunya."Dasar pemula! Kau pikir bisa melawanku hanya dengan jurus rendahan seperti itu?!" Ungkap pria bertopeng menggunakan ilmu Kanuragan miliknya.Ia menggunakan ilmu macan kumbang untuk menangkis serangan dari Arya Dewantara.SHAT!!!Tebasan golok hitam mengenai bagian lengan kanan Arya. Ia masih kurang pengalaman untuk melawan pria itu."Sial!"Arya Dewantara kehilangan konsentrasinya. Pisau energi miliknya perlahan menghilang dari kedua tangannya."Gawat, Arya belum cukup pengalaman untuk bertarung melawan pria itu!" Pikir Dewi Kinanti. Ia merasa khawatir."Bagaimana rasanya golok hitamku? Bukan hanya sakit, tapi golok ini juga dikenal karena memili
Read more

Bertemu Dengan Orang Asing

"Sungguh melelahkan. Berapa lama lagi kita harus berjalan?" Tanya Arya Dewantara."Sampai kita bisa menemukan laut. Jujur saja, aku sendiri tidak tahu letak lokasi perkampungannya." Dewi Kinanti duduk dibawah pohon untuk beristirahat. "Aku lapar…." Arya Dewantara terus memegangi perutnya. Pengobatan dari Dewi Sari Kencana telah membuahkan hasil yang sangat bagus. Arya Dewantara perlahan telah pulih dan bahkan bisa berjalan dari gua Rawitan ke wilayah selatan selama kurang lebih lima jam. Namun pemuda itu masih terlihat sempoyongan karena akhirnya ia telah sampai pada batasnya."Aku akan mencari beberapa buah. Tunggu di sini," ucap Dewi Kinanti. Ia segera bangkit dan berdiri. "Tunggu! Apa kau tidak dengar sesuatu?" Arya Dewantara menghentikan langkah temannya. "Dengar apa?" Tanya Dewi Kinanti."Ada yang menangis, tapi suaranya lirih. Sepertinya asal suara itu tidak jauh dari sini." Arya Dewantara memfokuskan pendengarannya.Dewi Kinanti mencoba untuk diam dan memperhatikan suara yan
Read more

Wabah Di Perkampungan Nelayan 

"Arya, kau tidak apa-apa?!" Ketika Dewi Kinanti tiba, ada banyak orang mengenakan topeng Barong yang mengerubungi temannya."Oh, jadi ini yang kau maksud dengan temanmu?" Joko Ireng, pemimpin komplotan itu segera mengkonfirmasi ke Arya Dewantara. Joko Ireng adalah salah satu anggota dari 13 Pendekar Topeng Barong yang mengincar kitab Dhanwantari milik Arya Dewantara. Ia memimpin ekspedisi pencarian kitab Dhanwantari dan ia juga yang memerintahkan anak buahnya untuk membantai seluruh warga desa Cikulon. "Hei, jangan bergerak. Kita jelas kalah jumlah, lebih baik mundur." Orang asing itu membidik kepala Joko Ireng dengan busurnya. Ia meminta kepada Dewi Kinanti untuk tidak bertindak gegabah. "Apa maumu!" Tanya Dewi Kinanti."Sederhana dan sangat mudah. Kitab Dhanwantari, itu saja," jawab Joko Ireng."Sudah kubilang, kau tidak akan menemukan kitab itu padaku!" Arya Dewantara merasa gusar. Kedua tangannya diikat.Jaka yang sedang sakit pun juga ikut diikat. Namun untungnya, Cakra berhasi
Read more

Melarikan Diri Dari Kampung Nelayan 

"Kita harus melakukannya dengan cepat, sebentar lagi hujan akan turun," ucap Arya Dewantara. Ia bersama para pria di perkampungan nelayan sedang memindahkan para warga yang mengalami sakit ke dalam pondok-pondok kayu. Awan hitam kian menyebar dan menghantarkan kilat yang begitu keras terdengar. Tiupan angin dari arah laut beserta gelombang air laut pun kian kencang dan tinggi. Beberapa kapal warga nelayan pun terlihat terombang-ambing dan hampir terlepas dari ikatan tali ke dermaga kecil. "Apa sudah semuanya?" Tanya Aji Saka."Sudah tidak ada lagi. Sekarang kita harus jemput Dewi Kinanti." Arya Dewantara segera bergegas menuju ke tempat temannya. Aji Saka mengikuti pemuda itu dari belakang. Ada rasa bersalah karena menilai Arya Dewantara sebagai orang asing yang akan membawa masalah di desanya. Namun setelah mengetahui bs Arya Dewantara adalah putra dari seorang kenalannya yang merupakan ahli dalam pengobatan, ia mulai melunak dan mempercayainya. "Terima kasih sudah membantu kami
Read more

Hutan Siluman Ilusi

"Apa kita akan menepi di pantai ini? Tanya Arya Dewantara."Dari sini bukit Kulon lebih dekat untuk dicapai. Kita butuh berjalan lagi untuk menuju ke sana," ucap Aji Saka. Ia menurunkan jangkar kapal layarnya. "Aku merasa hutan itu sangat berbeda dari hutan kebanyakannya. Entahlah, aku merasa ada yang aneh di dalam hutan itu," pikir Dewi Kinanti sambil menunjuk ke arah hutan lebat.Aji Saja menurunkan satu perahu kayu kecil untuk menyeberangi laut menuju pantai. Karena tidak adanya dermaga, jadi kapal layar tersebut harus berlabuh di tengah laut. "Tenanglah Dewi Kinanti. Itu hanya hutan purba yang konon ada siluman, Buto dan beberapa manusia liar pemakan manusia." Aji Saka mencoba menakuti wanita itu. Arya Dewantara dan Aji Saka mendayung perahu tersebut hingga akhirnya bisa menepi di tepi pantai. Dewi Kinanti merasa ada yang tidak beres dengan hutan di depan dirinya. "Kita butuh semalaman untuk berlayar sampai ke sini, bukankah lebih baik untuk mengisi perut dulu sebelum menyusur
Read more

Relik Ketiga Pusaka Dewa Dhanwantari

"Sial!" Arya Dewantara langsung mencabut pedang dari sarungnya. Ia mendapatkan pedang itu dari pemberian salah satu warga desa yang bekerja sebagai penempa senjata. Meski begitu, Arya Dewantara tidak tahu apakah ia bisa membunuh para siluman itu atau tidak."Dewi Kinanti, sembunyilah di belakang kami!" Ucap Aji Saka.Ketika para siluman itu ingin menyerang, sosok tudung putih yang berada di mimpi Arya Dewantara sebelumnya muncul entah dari mana. Ia lompat ke hadapan para siluman tersebut dan menghentakkan tongkat. DUUUM!!!Seketika semua siluman tersebut berusaha menghindar dan berangsur menghilang karena pancaran dari cahaya putih terang yang berpendar. Arya Dewantara, Dewi Kinanti dan Aji Saka merasa terkejut dan sekaligus bingung. Mereka merasa penasaran dengan sosok bertudung putih yang tidak mau menunjukkan jati dirinya itu. "Tu–tunggu dulu! Kenapa kau ada di sini? Kenapa kau m
Read more

Tiga Senjata Perak

Tujuh hari berlalu setelah Arya Dewantara baru pertama kali datang ke bukit Kulon. Begitu banyak pelajaran yang telah diberikan oleh Ki Semar Ismaya ke dirinya dan dua orang temannya. Arya Dewantara memilih untuk fokus mengembangkan ilmu pengobatan melalui energi. Ia juga belajar cara membedah beberapa binatang untuk mengasah dirinya. "Aku sudah membedah lebih dari dua puluh katak! Apa tidak ada hewan lain yang bisa aku bedah lagi?!" Arya Dewantara merasa bosan harus terus-menerus membedah binatang berisik seperti katak."Jangan mengeluh! Lakukan saja! Bila kau sudah handal dan mengingat beberapa titik vital dan tata letak organ dalam serta pembuluh darahnya, maka aku akan menghentikan latihanmu," teriak Ki Semar Ismaya yang sangat kesal dengan keluhan Arya Dewantara.Ki Semar Ismaya sedang berada di tempat Dewi Kinanti. Ia mengajarkan teknik meracik obat dan bahan-bahan dari alam. Dewi Kinanti belajar dengan giat cara membuat penawar racun
Read more

Wabah Keracunan di Desa Utara

"Cepat kita tolong mereka!" Dewi Kinanti langsung bergegas menghampiri para warga desa.Aji Saka pun ikut di belakangnya. Namun Arya Dewantara merasa sedikit malas untuk melakukannya. Maklum saja, begitu cepat ia berpindah tempat dan terasa membosankan mengurus orang yang sakit lagi setelah ia berkutat dengan penyakit aneh di desa selatan. "Apa yang terjadi di sini? Kami adalah utusan Ki Semar Ismaya," tanya Dewi Kinanti."Mereka baru saja memakan makanan yang diberikan oleh seorang pengelana. Namun beberapa saat setelah pengelana asing itu pergi, beberapa warga yang memakan kue basah malah mengalami kram, pusing, mual dan tiba-tiba jatuh ke tanah," ungkap kepala desa.Dewi Kinanti segera memeriksa salah satu warga yang tergeletak di tanah. Warga tersebut dekat dengan ketiga pemuda itu. Dewi Kinanti langsung memeriksa bagian pupil mata, denyut nadi dan bagian rongga mulutnya. "Racunnya sepertinya berbeda dengan orang yang kita temukan di hutan," ucap Dewi Kinanti."Benar sekali. Rac
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status