Beranda / Fantasi / Legenda Pendekar Arya Dewantara / Pembantaian Di Desa Cikulon 

Share

Legenda Pendekar Arya Dewantara
Legenda Pendekar Arya Dewantara
Penulis: HANACARAKA

Pembantaian Di Desa Cikulon 

Penulis: HANACARAKA
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-27 11:09:20

AAAARRRHHH!!!

Teriakan orang-orang yang kabur dari kejaran sekelompok pria bertopeng berbentuk barong membuat seluruh desa berada di situasi mencekam. Mereka semua dibunuh secara brutal tanpa ampun bahkan anak-anak dan wanita menjadi korban dari kebengisan para kelompok bertopeng ini. 

"Apa kau tahu di mana kitab Dhanwantari berada?" Teriak salah satu bandit bertopeng menarik rambut seorang wanita dan berteriak kepadanya.

Wanita itu terus saja menangis dan hanya menggelengkan kepalanya. Akhirnya golok tajam menyayat lehernya hingga putus. 

Desa Cikulon yang berada diujung barat dari wilayah Yawadwipa diduga sebagai tempat seseorang menyembunyikan kitab sakti Dhanwantari yang merupakan pusaka langsung dari Dewa Dhanwantari. Para kelompok bertopeng ini mengejar kitab tersebut untuk mendapatkan keabadian. 

"Apa maksudmu? Kami tidak memiliki kitab itu!" Teriak salah satu wanita bersikeras melindungi anaknya yang masih berumur dua puluh tahun. 

Ia berdiri di paling depan dan memasang dada untuk melindungi putra satu-satunya yang bernama Arya Dewantara. 

Para bandit bertopeng memasuki rumahnya dan menghunuskan golok tepat di leher wanita paruh baya berumur empat puluh lima tahun itu. 

"Aku tahu kau memiliki kitab Dhanwantari! Kami tahu bila keluargamu yang merupakan tabib di desa ini adalah keluarga yang diwariskan sebuah kitab pengobatan yang maha sakti!" Ujar salah satu bandit bertopeng itu yang semakin menyudutkan Dewi Sekar Harum. 

"Jangan bercanda! Aku bahkan tidak tahu tentang kitab yang kau sebutkan itu! Lalu bagaimana mungkin kami bisa memilikinya?!" Dewi Sekar Harum meradang dengan perkataan dari salah satu bandit itu. 

"Kalau begitu, coba tunjukkan benda yang dipegang oleh pemuda di belakangmu?" Ucap bandit itu sambil  tersenyum. 

Arya Dewantara yang sedang memeluk sebuah benda yang dibungkus rapi dengan selendang hitam langsung melirik ke arah bandit itu. Ia berusaha sekuat mungkin mendekapnya lebih erat. 

"I–itu bukan apa-apa, hanya kumpulan baju saja." ujar Dewi Sekar Harum berusaha mengalihkan pembicaraan.

Namun sayangnya, bandit itu tidak percaya. Ia langsung menarik paksa pemuda lugu itu dan mendorong Dewi Sekar Harum hingga terjatuh. Mereka merebut bungkusan hitam yang dipeluk Arya Dewantara dan setelahnya malah mendorong pemuda itu hingga jatuh ke tanah. 

"Ini apa?!"

"Kau bilang tadi ini hanya baju!"

Bandit itu menemukan sebuah kumpulan kertas-kertas yang tertata rapi menjadi satu buku berwarna coklat tua. Tertulis di bagian depannya, "Kitab Obat Dhanwantari." 

Melihat tulisan Dhanwantari, para bandit langsung sumringah. Mereka mengambil kitab tersebut dan langsung menghampiri Dewi Sekar Harum. 

"Dasar pembohong!" Timpal bandit tersebut.

JLEB!!!

JLEB!!!

Dua kali golok karatan milik salah satu bandit itu menusuk dada Dewi Sekar Harum. 

IBU!!!

Arya Dewantara langsung lari menuju tempat ibunya. Ia mendorong para bandit dan memukul wajah mereka secara asal. Ia berdiri sambil menghunuskan potongan batang kayu runcing ke arah bandit itu. 

"Pergi!"

"Kalian sudah mendapatkan apa yang kalian mau, bukan?!" 

Arya Dewantara menatap tajam mereka semua. 

"Dasar, anak bocah!" Teriak salah satu bandit menyerang Arya Dewantara dan mencekik leher pemuda itu. 

BRAK!!!

Tubuh pemuda itu di dorong sampai ke dinding. Golok yang bekas menusuk Dewi Sekar Harum langsung ditusukkan ke dada Arya Dewantara berulang kali. 

Setelah bersenang-senang dengan pemuda lugu itu, para bandit yang telah mendapatkan kitab tersebut akhirnya pergi dan meninggalkan keduanya dengan keadaan sekarat. 

UUOK!!!

Arya Dewantara memuntahkan darah segar dari mulutnya. Saat bandit itu telah melepaskan genggamannya dari leher kecil pemuda itu. Arya Dewantara langsung jatuh terduduk di lantai. Pandangannya mulai membayang. Kedua telinganya mulai berdengung keras. 

ARYA?

ARYA!!!

Dewi Sekar Harum terus memanggil anaknya. Ia merangkak menghampiri Arya Dewantara. Wanita itu melihat bola tubuh anaknya sudah bersimbah darah. Wajah dari Arya Dewantara pun kian pucat. 

"I–ibu… maafkan Arya…," ucap Arya Dewantara masih berusaha meraih wajah cantik dari ibunya. 

Ia berusaha mengusap air mata yang jatuh dari kedua mata ibunya. 

"Tidak! Ibu tidak rela kamu mati, Nak…."

"Ibu akan berikan ini kepadamu. Salah satu lembaran dari kitab Dhanwantari yang asli. Pelajari lembaran ini dan carilah kitab Dhanwantari yang sesungguhnya! Jadilah titisan sang dewa obat! Dan balaskan dendam ibu kepada mereka!" Ucap Dewi Sekar Harum menggunakan tenaga terakhirnya untuk memanggil lembaran emas yang merupakan bagian dari kitab Dhanwantari yang asli. 

"I–ibu…? Ja–jadi selama ini ibu memilikinya?" Arya Dewantara terkejut. 

"Ini adalah warisan keluarga kita. Kitab yang dibawa oleh para bandit itu adalah yang palsu. Ibu akan mengobatimu. Pergi dari sini dan menghilanglah sejauh mungkin. Cari Ki Semar Ismaya, ia akan membantumu," ucap Dewi Sekar Harum menggunakan ilmu kanuragan miliknya untuk menutup luka dan meregenerasi sel dari Arya Dewantara.

Perlahan-lahan, luka akibat tusukan dari golok mulai menutup. Namun Arya Dewantara malah menggenggam erat tangan ibunya yang sedang mengobati dirinya. 

"To–tolong hentikan, Bu…."

"Ibu bisa mati!"

"Lebih baik ibu saja yang pergi dan cari Ki Semar Ismaya…."

"Tinggalkan Arya di sini!" 

Arya Dewantara memilih untuk membiarkan ibunya yang pergi. Namun rasa sayang seorang ibu lebih besar dari milik putranya. Dewi Sekar Harum tersenyum untuk yang terakhir kalinya ke arah putranya. 

"Jaga baik-baik lembaran emas itu, seperti ibu menjaga dirimu sedari ke… cil…." 

Dewi Sekar Harum ambruk ke lantai. Ia langsung tidak sadarkan diri. Darah dari luka di dadanya menggenang di lantai. 

"Ibu…?"

"Ibu!" 

IBU!!!

Luka dari Arya Dewantara telah pulih sepenuhnya dengan ilmu kanuragan milik ibunya. Namun sayangnya ia harus menyaksikan kematian sang ibu yang sungguh merenggut hatinya. Arya Dewantara berteriak sangat keras dan memeluk erat tubuh sang ibu. 

AAAAAARRRHHHH!!!

AAAAAARRRHHHH!!!

Berkali-kali ia berteriak untuk meluapkan kesedihan dan rasa amarahnya. 

Dari arah luar, para bandit yang tahu akan teriakan Arya Dewantara segera mendatangi rumah lagi karena berarti Arya Dewantara masih hidup di desa Cikulon. 

BRAK!!!

"Di mana bocah cengeng itu?" tanya salah satu bandit.

Dan saat bandit mendobrak pintu, mereka tidak menemukan siapa pun. Yang ada hanyalah mayat dari Dewi Sekar Harum yang tergeletak dan telah ditutupi oleh selendang hitam.

"Cepat cari pemuda itu! Ia pasti belum jauh dari desa ini!" 

"Bila sudah ketemu, bunuh dan bawa kepalanya kepadaku!" Teriak salah satu bandit yang merupakan pemimpin kelompok tersebut.

Para bandit bertopeng langsung menyebar memeriksa setiap sudut desa.  Namun, untungnya Arya Dewantara menggunakan jalur rahasia untuk menuju ke hutan selatan dan terus berlari menuju ke arah pantai, sambil membawa lembaran emas dari kitab Dhanwantari, ia berlari dengan air mata menetes di pipinya. 

"Ibu, aku bersumpah akan membalaskan dendammu!" Ucap Arya Dewantara mengutuk para bandit tersebut. 

Saat berhasil menjauh dari desa Cikulon, tubuhnya yang baru saja pulih dari luka tusuk langsung merasakan efek sampingnya. Sejujurnya, butuh waktu pemulihan untuk luka serius seperti milik Arya Dewantara. Luka tersebut memang sudah ditutup, namun regenerasi sel di dalam luka tersebut masih berlangsung jadi Arya Dewantara seharusnya beristirahat dahulu sekitar tiga hari untuk penyembuhan total dari luka tersebut.

"Ke–kenapa tiba-tiba kepalaku pusing?" 

"Tubuhku seperti goyang…."

Arya Dewantara berpegangan pada pohon di dekatnya. Ia memegang kepalanya. Tanpa sadar, pandangannya langsung buram, kabur dan gelap. Tubuhnya terjatuh ke tanah, namun ia kedua matanya masih terbuka. 

"Se–sepertinya Arya akan mati di sini, Bu…."

Perlahan kedua mata Arya Dewantara menutup. Namun sebelum menutup sepenuhnya, Arya Dewantara melihat ada seseorang yang datang berlari menuju ke arah dirinya. 

Tubuhnya yang langsing dan mengenakan selendang di pundaknya. Ia yakin bila yang dilihatnya adalah sosok seorang wanita. Namun ia tidak tahu, siapa sosok wanita itu?

"Hei, Arya?"

"Arya!"

"Sadarlah!"

Suara lembut nan lantang terus memanggil dirinya. Semakin lama suara itu semakin memudar. Arya pun terpaksa melepaskan fokusnya pada suara tersebut dan setelahnya ia tidak sadarkan diri.

"Siapa yang sedari tadi terus-menerus memanggilku?"  pikir Arya Dewantara sambil berusaha memfokuskan pendengarannya. 

Dengung keras yang ia dengar di kedua telinganya perlahan mulai menghilang. Matanya pun perlahan terbuka. Ia masih mencerna pantulan cahaya matahari dan mencoba untuk memfokuskan pandangannya ke benda yang ada di depannya. 

"Di–di mana aku?" 

Pemulihan luka Arya Dewantara masih berlangsung. Dalam posisinya yang sedang berada di keadaan sadar dan tidak sadar, Ia mendengar dengan seksama suara pelan dari seorang wanita yang terus-menerus meneriaki namanya. Arya berusaha untuk membuka kedua matanya dan melihat sosok wanita itu.  

Arya Dewantara mulai melihat sekitar. Ia menoleh ke sosok wanita muda yang sedang mendekap erat tubuhnya. Wajahnya begitu cantik, matanya yang berwarna coklat terus memandangi dirinya dengan raut wajah khawatir. 

"Arya?"

"Arya! Kau sudah sadar?" Teriak wanita itu.

Bab terkait

  • Legenda Pendekar Arya Dewantara   Teknik Pisau Energi!

    "De–Dewi Kinanti…?" Ucap Arya Dewantara yang tampak terkejut. "Kau sudah sadar sepenuhnya?" Tanya Dewi Kinanti mengusap air matanya."Aku sudah sadar sepenuhnya. Aku hanya merasa sempoyongan setelah berlarian dari desa ke hutan ini," jawab Arya Dewantara mengusap bekas luka di dadanya. Dewi Kinanti merasa cemas akan keadaan teman semasa kecilnya di desa Cikulon. Ia berhasil melarikan diri dari pembantaian di desanya karena sedang berada diluar desa untuk mencari tanaman obat. Saat ia kembali dan menemukan banyak warga desa yang dibunuh, Dewi Kinanti langsung berbalik arah menuju ke hutan selatan. Ia tidak menyangka bila bisa bertemu dengan Arya Dewantara yang juga berhasil selamat. Ia masih memikirkan nasib ibunya dan para warga desa lainnya yang dibantai oleh kelompok bertopeng."Kau berhasil melarikan diri dari pembantaian di desa. Untunglah…," ucap Arya Dewantara merasa lega."Aku beruntung karena tadi sedang mencari tanaman obat. Aku sangat terkejut saat melihat banyak sekali o

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-29
  • Legenda Pendekar Arya Dewantara   Pencarian Sang Murid 

    Golok hitam milik pria bertopeng hampir saja mengenai tubuh dari Arya Dewantara. Namun untungnya Arya bisa menghindar dan mundur ke belakang. Namun ia segera melancarkan serangan lagi dengan mengandalkan teknik bela diri dari perguruan Cikulon. Meski masih belum terlalu luwes, Arya Dewantara berhasil mencegah pria bertopeng bergerak semaunya."Dasar pemula! Kau pikir bisa melawanku hanya dengan jurus rendahan seperti itu?!" Ungkap pria bertopeng menggunakan ilmu Kanuragan miliknya.Ia menggunakan ilmu macan kumbang untuk menangkis serangan dari Arya Dewantara.SHAT!!!Tebasan golok hitam mengenai bagian lengan kanan Arya. Ia masih kurang pengalaman untuk melawan pria itu."Sial!"Arya Dewantara kehilangan konsentrasinya. Pisau energi miliknya perlahan menghilang dari kedua tangannya."Gawat, Arya belum cukup pengalaman untuk bertarung melawan pria itu!" Pikir Dewi Kinanti. Ia merasa khawatir."Bagaimana rasanya golok hitamku? Bukan hanya sakit, tapi golok ini juga dikenal karena memili

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-29
  • Legenda Pendekar Arya Dewantara   Bertemu Dengan Orang Asing

    "Sungguh melelahkan. Berapa lama lagi kita harus berjalan?" Tanya Arya Dewantara."Sampai kita bisa menemukan laut. Jujur saja, aku sendiri tidak tahu letak lokasi perkampungannya." Dewi Kinanti duduk dibawah pohon untuk beristirahat. "Aku lapar…." Arya Dewantara terus memegangi perutnya. Pengobatan dari Dewi Sari Kencana telah membuahkan hasil yang sangat bagus. Arya Dewantara perlahan telah pulih dan bahkan bisa berjalan dari gua Rawitan ke wilayah selatan selama kurang lebih lima jam. Namun pemuda itu masih terlihat sempoyongan karena akhirnya ia telah sampai pada batasnya."Aku akan mencari beberapa buah. Tunggu di sini," ucap Dewi Kinanti. Ia segera bangkit dan berdiri. "Tunggu! Apa kau tidak dengar sesuatu?" Arya Dewantara menghentikan langkah temannya. "Dengar apa?" Tanya Dewi Kinanti."Ada yang menangis, tapi suaranya lirih. Sepertinya asal suara itu tidak jauh dari sini." Arya Dewantara memfokuskan pendengarannya.Dewi Kinanti mencoba untuk diam dan memperhatikan suara yan

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-30
  • Legenda Pendekar Arya Dewantara   Wabah Di Perkampungan Nelayan 

    "Arya, kau tidak apa-apa?!" Ketika Dewi Kinanti tiba, ada banyak orang mengenakan topeng Barong yang mengerubungi temannya."Oh, jadi ini yang kau maksud dengan temanmu?" Joko Ireng, pemimpin komplotan itu segera mengkonfirmasi ke Arya Dewantara. Joko Ireng adalah salah satu anggota dari 13 Pendekar Topeng Barong yang mengincar kitab Dhanwantari milik Arya Dewantara. Ia memimpin ekspedisi pencarian kitab Dhanwantari dan ia juga yang memerintahkan anak buahnya untuk membantai seluruh warga desa Cikulon. "Hei, jangan bergerak. Kita jelas kalah jumlah, lebih baik mundur." Orang asing itu membidik kepala Joko Ireng dengan busurnya. Ia meminta kepada Dewi Kinanti untuk tidak bertindak gegabah. "Apa maumu!" Tanya Dewi Kinanti."Sederhana dan sangat mudah. Kitab Dhanwantari, itu saja," jawab Joko Ireng."Sudah kubilang, kau tidak akan menemukan kitab itu padaku!" Arya Dewantara merasa gusar. Kedua tangannya diikat.Jaka yang sedang sakit pun juga ikut diikat. Namun untungnya, Cakra berhasi

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-30
  • Legenda Pendekar Arya Dewantara   Melarikan Diri Dari Kampung Nelayan 

    "Kita harus melakukannya dengan cepat, sebentar lagi hujan akan turun," ucap Arya Dewantara. Ia bersama para pria di perkampungan nelayan sedang memindahkan para warga yang mengalami sakit ke dalam pondok-pondok kayu. Awan hitam kian menyebar dan menghantarkan kilat yang begitu keras terdengar. Tiupan angin dari arah laut beserta gelombang air laut pun kian kencang dan tinggi. Beberapa kapal warga nelayan pun terlihat terombang-ambing dan hampir terlepas dari ikatan tali ke dermaga kecil. "Apa sudah semuanya?" Tanya Aji Saka."Sudah tidak ada lagi. Sekarang kita harus jemput Dewi Kinanti." Arya Dewantara segera bergegas menuju ke tempat temannya. Aji Saka mengikuti pemuda itu dari belakang. Ada rasa bersalah karena menilai Arya Dewantara sebagai orang asing yang akan membawa masalah di desanya. Namun setelah mengetahui bs Arya Dewantara adalah putra dari seorang kenalannya yang merupakan ahli dalam pengobatan, ia mulai melunak dan mempercayainya. "Terima kasih sudah membantu kami

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-14
  • Legenda Pendekar Arya Dewantara   Hutan Siluman Ilusi

    "Apa kita akan menepi di pantai ini? Tanya Arya Dewantara."Dari sini bukit Kulon lebih dekat untuk dicapai. Kita butuh berjalan lagi untuk menuju ke sana," ucap Aji Saka. Ia menurunkan jangkar kapal layarnya. "Aku merasa hutan itu sangat berbeda dari hutan kebanyakannya. Entahlah, aku merasa ada yang aneh di dalam hutan itu," pikir Dewi Kinanti sambil menunjuk ke arah hutan lebat.Aji Saja menurunkan satu perahu kayu kecil untuk menyeberangi laut menuju pantai. Karena tidak adanya dermaga, jadi kapal layar tersebut harus berlabuh di tengah laut. "Tenanglah Dewi Kinanti. Itu hanya hutan purba yang konon ada siluman, Buto dan beberapa manusia liar pemakan manusia." Aji Saka mencoba menakuti wanita itu. Arya Dewantara dan Aji Saka mendayung perahu tersebut hingga akhirnya bisa menepi di tepi pantai. Dewi Kinanti merasa ada yang tidak beres dengan hutan di depan dirinya. "Kita butuh semalaman untuk berlayar sampai ke sini, bukankah lebih baik untuk mengisi perut dulu sebelum menyusur

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-14
  • Legenda Pendekar Arya Dewantara   Relik Ketiga Pusaka Dewa Dhanwantari

    "Sial!" Arya Dewantara langsung mencabut pedang dari sarungnya. Ia mendapatkan pedang itu dari pemberian salah satu warga desa yang bekerja sebagai penempa senjata. Meski begitu, Arya Dewantara tidak tahu apakah ia bisa membunuh para siluman itu atau tidak."Dewi Kinanti, sembunyilah di belakang kami!" Ucap Aji Saka.Ketika para siluman itu ingin menyerang, sosok tudung putih yang berada di mimpi Arya Dewantara sebelumnya muncul entah dari mana. Ia lompat ke hadapan para siluman tersebut dan menghentakkan tongkat. DUUUM!!!Seketika semua siluman tersebut berusaha menghindar dan berangsur menghilang karena pancaran dari cahaya putih terang yang berpendar. Arya Dewantara, Dewi Kinanti dan Aji Saka merasa terkejut dan sekaligus bingung. Mereka merasa penasaran dengan sosok bertudung putih yang tidak mau menunjukkan jati dirinya itu. "Tu–tunggu dulu! Kenapa kau ada di sini? Kenapa kau m

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-15
  • Legenda Pendekar Arya Dewantara   Tiga Senjata Perak

    Tujuh hari berlalu setelah Arya Dewantara baru pertama kali datang ke bukit Kulon. Begitu banyak pelajaran yang telah diberikan oleh Ki Semar Ismaya ke dirinya dan dua orang temannya. Arya Dewantara memilih untuk fokus mengembangkan ilmu pengobatan melalui energi. Ia juga belajar cara membedah beberapa binatang untuk mengasah dirinya. "Aku sudah membedah lebih dari dua puluh katak! Apa tidak ada hewan lain yang bisa aku bedah lagi?!" Arya Dewantara merasa bosan harus terus-menerus membedah binatang berisik seperti katak."Jangan mengeluh! Lakukan saja! Bila kau sudah handal dan mengingat beberapa titik vital dan tata letak organ dalam serta pembuluh darahnya, maka aku akan menghentikan latihanmu," teriak Ki Semar Ismaya yang sangat kesal dengan keluhan Arya Dewantara.Ki Semar Ismaya sedang berada di tempat Dewi Kinanti. Ia mengajarkan teknik meracik obat dan bahan-bahan dari alam. Dewi Kinanti belajar dengan giat cara membuat penawar racun

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-16

Bab terbaru

  • Legenda Pendekar Arya Dewantara   Ki Lumia Ralang Melawan Arya

    Di padang rumput nan luas, tepat di belakang desa Tenumbang, Arya Dewantara bersama dengan Ki Lumia Ralang berhadapan satu sama lain. Keduanya dibatasi dengan jarak kira-kira dua puluh meter jauhnya. Ki Semar Ismaya, Dewi Kinanti dan Aji Saka memilih untuk berteduh menunggu keduanya menyelesaikan urusan mereka. Ketiganya berteduh di bawah pohon mangga. "Kau yakin Arya bisa melawan kakek itu?" Tanya Aji Saka. "Entahlah, Ki Lumia Ralang dikenal begitu sakti. Apa lagi ajian dan ilmu kanuragan yang ia miliki setingkat dengan pendekar kelas atas," ungkap Ki Semar Ismaya."Kuharap Arya berhasil melakukannya. Kita sangat membutuhkan lembaran kitab itu." Dewi Kinanti merasa risau. Arya Dewantara menarik napas panjang dan membuangnya. Kedua matanya menatap tajam memandangi Ki Lumia Ralang dengan begitu waspada. Ia mempersiapkan teknik pisau energi miliknya."Kau terlihat bersungguh-sungguh. Tapi itu saja belum cukup!""Majulah!" Ucap Ki Lumia Ralang.Arya Dewantara menggunakan ilmu berpind

  • Legenda Pendekar Arya Dewantara   Tenumbang; Perkampungan Tersembunyi

    "Luar biasa, bagaimana bisa?" Aji Saka merasa tidak percaya. "Mereka menggunakan tipu muslihat ini untuk menjauhkan orang-orang yang berasal dari kerajaan. Kampung ini dikenal tersembunyi sejak seratus tahun yang lalu. Kau akan terkejut bila tahu siapa kepala desanya," jelas Ki Semar Ismaya."Memangnya siapa?" Aji Saka merasa penasaran.Mereka bertiga memutuskan untuk memasuki kawasan perkampungan tersembunyi. Arya Dewantara merasa bila seluruh mata yang menatap mereka seakan ingin melahap habis tubuhnya. Mereka seperti orang miskin yang masuk ke istana para bangsawan, begitu banyak ucapan yang terlontar di belakang mereka. "Siapakah kalian ini?" Salah seorang menyambut mereka. Namun nada bicaranya begitu menekan. Banyak prajurit mengenakan tombak telah bersiaga di belakang orang itu. "Kami adalah tamu dari sang kepala desa. Tolong bilang kepadanya bahwa temannya, Ki Semar Ismaya, telah datang." Ki Semar Ismaya tersenyum ke orang aneh yang mencegah jalan mereka. "Kau kenal denga

  • Legenda Pendekar Arya Dewantara   Berlabuh Di Selatan Swarnadwipa

    Setelah berlayar selama semalaman akhirnya mereka bisa melihat darat Swarnadwipa bagian selatan. Ki Semar Ismaya berada di dek depan kapal. Ia berdiri sambil menatap daratan luas itu. "Akhirnya kita sampai di Swarnadwipa," ucap Arya Dewantara. Ini baru pertama kalinya bagi Arya Dewantara mengunjungi daratan lain selain Yawadwipa. Ia terpaku melihat keindahan bentangan alam dari Swarnadwipa yang hijau dan memiliki lautan biru nan bersih."Apa kita langsung mencari pusaka kitab Dhanwantari?" Arya Dewantara menoleh ke gurunya."Tentu saja tidak. Kita harus menemui temanku dahulu. Pencarian pusaka Dhanwantari seperti mencari jarum di tumpukan jerami. Tanpa adanya petunjuk, ini akan menjadi perjalanan tanpa ujung." Ki Semar Ismaya merasa khawatir, ia takut bila perjalanan tersebut malah akan menjadi musibah. Kapal mulai menyandar ke area laut yang lebih dangkal. Jaka mengatur agar kapal tidak memasuki wilayah air yang lebih dangkal lagi. "Semuanya, kita sudah sampai di Swarnadwipa," uc

  • Legenda Pendekar Arya Dewantara   Ilmu Kanuragan Baru 

    HAHAHAHA!!!"Tidak sopan menanyakan itu kepada kakek tua. Lebih baik cepat kuasai ilmu kanuragannya dahulu!" Tawa keras Ki Semar Ismaya perlahan berubah membentak dan terlihat serius. "Cih, dasar kakek jompo!" Ucap Arya Dewantara dalam hatinya. Selagi mereka berdua berlatih, di dalam kamar, Dewi Kinanti juga sedang mencoba menggunakan salah satu ilmu kanuragan yang ia dapatkan dari seorang nenek penjual tanaman obat saat di pelabuhan tadi. Nenek itu begitu misterius. Ia hanya memiliki toko kecil di ujung gang dan untuk masuk ke dalamnya butuh kerja keras yang ekstra. Dewi Kinanti mendapatkan ilmu tersebut dengan menukarkan resep racikan obat rahasia milik ibu Arya Dewantara. "Semoga ilmu ini berhasil," ucapnya. Ia menggunakan ilmu kanuragan khusus untuk menarik energi alam ke dalam tubuhnya, lalu mengikat energi tersebut ke satu titik yang ia gunakan sebagai penampung dari energi besar tersebut. Dalam hal ini, Dewi Kinanti menggunakan dahinya untuk menampung energi besar itu. S

  • Legenda Pendekar Arya Dewantara   Berlayar Ke Swarnadwipa

    "Guru, apa kau mengajari Arya Dewantara ilmu kanuragan untuk berpindah tempat? Aku terkejut ketika ia bisa membunuh komplotan Joko Ireng di desa nelayan." Aji Saka merasa penasaran."Ia belajar sendiri. Aku hanya memberikan sedikit motivasi dengan mengajarkannya satu ilmu segel kanuragan. Selebihnya, anak itu yang mengubahnya menjadi ajian atau teknik yang ia gunakan," jelas Ki Semar Ismaya."Saat pertama kali mempelajari teknik pisau energi, Arya Dewantara mampu menggabungkannya dengan ajian tapak dewa milik kakeknya. Lalu sekarang ia bisa mengubah dan memanipulasi segel kanuragan darimu. Itu menakjubkan!" Dewi Kinanti merasa takjub.Ki Semar Ismaya tahu bila di dalam diri Arya Dewantara mengalir kekuatan yang begitu deras. Energi itu masih tertidur dan segera ingin dibangkitkan. Ada alasan kenapa ia bisa mempelajari teknik pisau energi dari selembaran kitab Dhanwantari yang begitu sulit bagi pendekar biasa."Keturunan dari pewaris kitab Dhanwantari memang luar biasa. Apa lagi yang b

  • Legenda Pendekar Arya Dewantara   Komplotan Kardi Wilaga

    "Perkenalkan, ini adalah Jaka, ia yang bisa mengantar kalian ke Swarnadwipa." Jaya berhasil membawa mereka semua ke rumah Jaka yang berada di dekat dermaga kecil di ujung barat Sundakalpa. Jaka mempersilahkan mereka semua untuk masuk ke pondok kayu miliknya. Ki Semar Ismaya memberi alasan kenapa mereka harus ke Swarnadwipa. Keduanya saling berembuk masalah harga yang cocok untuk mengantar mereka ke pulau seberang."Aku akan mengantarkan kalian dengan bayaran sepuluh koin emas, bagaimana?" Jaka memberi harganya."Tunggu dahulu, sepuluh koin emas untuk kita semua?" Arya Dewantara bertanya balik. "Benar sekali. Harga itu sudah berada di setengah harga normal. Namun bila kalian tidak mau, silahkan kunjungi pemilik kapal lainnya," ucap Jaka. "Apa sudah termasuk upeti saat kita Tina ke Swarnadwipa?" Tanya Dewi Kinanti."Tidak. Kau harus membayar sendiri untuk upetinya. Aku tidak akan berlabuh di dermaga Swarnadwipa. Aku akan menurunkan kalian di dekat pantai. Dari situ, kalian bisa mengg

  • Legenda Pendekar Arya Dewantara   Terungkap!

    "Dasar sampah, rupanya kalian semua ingin mati!" Perampok itu menyerang Arya Dewantara dan Aji Saka. Semua perampok bergantian menyerang kedua pemuda itu. Namun sayangnya, permainan pisau milik Aji Saka lebih lihai dan mampu menyayat beberapa bagian tubuh dari perampok. Lima orang mengalami luka sayatan dan tidak bisa bangun untuk sementara waktu. "Arya, kuserahkan sisanya padamu!" Aji Saka menghadapi satu orang lagi.Arya Dewantara langsung menggunakan tapak dewa miliknya, namun ia menurunkan energinya agar para perampok tidak mati saat terkena serangan itu.BUAK!!!Pukulan keras mengenai dada masing-masing perampok tersebut. Keempat perampok terhempas ke belakang dan kesulitan untuk bangun kembali. Serangan tapak dewa berhasil membuat pembuluh darah mereka menjadi tidak teratur atau mengalami malfungsi. "Selesai juga akhirnya," ucap Arya Dewantara.Aji Saka mendatangi ia yang memiliki topeng Barong. Pemuda itu mencekik lehernya dan menyuruh perampok itu duduk bersandar di dinding

  • Legenda Pendekar Arya Dewantara   Selamat Datang Di Sundakalpa

    "Apa lukamu sudah sembuh sepenuhnya?" Tanya Arya Dewantara."Belum, masih ada rasa nyeri setiap kali aku menggerakkan pinggang atau perutku." Aji Saka masih merasakan dampak dari tusukan pisau Joko Ireng lusa kemarin. Sudah dua hari berlalu ketika penyerangan Joko Ireng ke desa nelayan di pantai Utara. Ki Semar Ismaya telah mendapat kabar bila beberapa warga yang sakit satu per satu telah kembali sehat. Lalu pemakaman kepala desa dilakukan cepat dan ditunjuk kepala desa yang baru. Ki Semar Ismaya memberikan perlindungan kepada desa nelayan dengan memasang empat tiang energi yang digunakan untuk menghalau ada orang asing selain warga desa yang masuk."Kenapa kita harus ke pelabuhan Sundakalpa? Memangnya kita mau ke mana?" Tanya Arya Dewantara. Ia menoleh ke arah gurunya. "Ada kabar burung yang mengatakan tentang keberadaan kitab Dhanwantari di Swarnadwipa bagian Utara. Kita akan mengeceknya ke sana. Namun untuk menuju ke sana, kita perlu ikut dengan kapal pedagang di pelabuhan Sunda

  • Legenda Pendekar Arya Dewantara   Joko Ireng Melawan Arya Dewantara 

    "Lepaskan wanita itu, atau kepala kalian akan menggelinding." Arya Dewantara mengancam mereka semua. "Bunuh pemuda sombong itu," ucap Joko Ireng. Beberapa bandit langsung berlarian menyerang Arya Dewantara. Mereka mengayunkan pedang dan golok mereka secara bergantian. Satu per satu menyerang Arya Dewantara tanpa rasa takut dan jeda. JLEB! JLEB!Dua tebasan membuat dua kepala menggelinding jatuh ke bawah. Arya Dewantara memang pendekar pemula yang bahkan belum lulus dari padepokan milik saudara jauhnya, namun soal keahlian berpedang, ia sangat jago memainkannya. "Majulah," ucap Arya Dewantara.Pedang pisau perak yang diselubungi oleh teknik pisau energi menari dengan indah di genggaman tangan Arya Dewantara. Begitu tajamnya pedang itu, sampai dalam sekali tebasan bisa memutilasi bagian tubuh para bandit tersebut. Bahkan Arya Dewantara bisa mencincang satu tubuh bandit menjadi delapan potong seperti memotong ayam. "Cepat bawa Aji Saka pergi. Obati lukanya dan sembunyilah. Biar aku

DMCA.com Protection Status