Tujuh hari berlalu setelah Arya Dewantara baru pertama kali datang ke bukit Kulon. Begitu banyak pelajaran yang telah diberikan oleh Ki Semar Ismaya ke dirinya dan dua orang temannya. Arya Dewantara memilih untuk fokus mengembangkan ilmu pengobatan melalui energi. Ia juga belajar cara membedah beberapa binatang untuk mengasah dirinya.
"Aku sudah membedah lebih dari dua puluh katak! Apa tidak ada hewan lain yang bisa aku bedah lagi?!" Arya Dewantara merasa bosan harus terus-menerus membedah binatang berisik seperti katak."Jangan mengeluh! Lakukan saja! Bila kau sudah handal dan mengingat beberapa titik vital dan tata letak organ dalam serta pembuluh darahnya, maka aku akan menghentikan latihanmu," teriak Ki Semar Ismaya yang sangat kesal dengan keluhan Arya Dewantara.Ki Semar Ismaya sedang berada di tempat Dewi Kinanti. Ia mengajarkan teknik meracik obat dan bahan-bahan dari alam. Dewi Kinanti belajar dengan giat cara membuat penawar racun"Cepat kita tolong mereka!" Dewi Kinanti langsung bergegas menghampiri para warga desa.Aji Saka pun ikut di belakangnya. Namun Arya Dewantara merasa sedikit malas untuk melakukannya. Maklum saja, begitu cepat ia berpindah tempat dan terasa membosankan mengurus orang yang sakit lagi setelah ia berkutat dengan penyakit aneh di desa selatan. "Apa yang terjadi di sini? Kami adalah utusan Ki Semar Ismaya," tanya Dewi Kinanti."Mereka baru saja memakan makanan yang diberikan oleh seorang pengelana. Namun beberapa saat setelah pengelana asing itu pergi, beberapa warga yang memakan kue basah malah mengalami kram, pusing, mual dan tiba-tiba jatuh ke tanah," ungkap kepala desa.Dewi Kinanti segera memeriksa salah satu warga yang tergeletak di tanah. Warga tersebut dekat dengan ketiga pemuda itu. Dewi Kinanti langsung memeriksa bagian pupil mata, denyut nadi dan bagian rongga mulutnya. "Racunnya sepertinya berbeda dengan orang yang kita temukan di hutan," ucap Dewi Kinanti."Benar sekali. Rac
"Kurang ajar! Ternyata ini semua ulah kalian?!" Kepala desa membentak para bandit bertopeng barong. Ia tidak merasa takut sama sekali saat menunjuk wajah Joko Ireng dengan telunjuk kanannya. Sayangnya, hal itu tidak berlangsung lama. Saat Joko Ireng memberi tanda kepada salah satu anak buahnya, satu anak panah melesak dan menusuk dahi kepala desa.JLEB!!!AAAARGH!!!Para warga yang lain berteriak saat tubuh kepala desa jatuh ke tanah. Arya Dewantara langsung menggapai tubuh pria tua itu dengan tatapan kesal. "Apa yang kalian mau!" Dewi Kinanti berdiri melindungi para warga lainnya. "Beberapa hari berlalu, sekarang kau jadi berani sekali. Apa kau punya ilmu kebal atau sejenisnya?" Joko Ireng menyindir."Mungkin saja. Kau mau mencobanya?" Dewi Kinanti malah menyulut reaksi si pemimpin bandit. "Menarik sekali! Bunuh wanita itu," ucap Joko Ireng. Salah satu
"Lepaskan wanita itu, atau kepala kalian akan menggelinding." Arya Dewantara mengancam mereka semua. "Bunuh pemuda sombong itu," ucap Joko Ireng. Beberapa bandit langsung berlarian menyerang Arya Dewantara. Mereka mengayunkan pedang dan golok mereka secara bergantian. Satu per satu menyerang Arya Dewantara tanpa rasa takut dan jeda. JLEB! JLEB!Dua tebasan membuat dua kepala menggelinding jatuh ke bawah. Arya Dewantara memang pendekar pemula yang bahkan belum lulus dari padepokan milik saudara jauhnya, namun soal keahlian berpedang, ia sangat jago memainkannya. "Majulah," ucap Arya Dewantara.Pedang pisau perak yang diselubungi oleh teknik pisau energi menari dengan indah di genggaman tangan Arya Dewantara. Begitu tajamnya pedang itu, sampai dalam sekali tebasan bisa memutilasi bagian tubuh para bandit tersebut. Bahkan Arya Dewantara bisa mencincang satu tubuh bandit menjadi delapan potong seperti memotong ayam. "Cepat bawa Aji Saka pergi. Obati lukanya dan sembunyilah. Biar aku
"Apa lukamu sudah sembuh sepenuhnya?" Tanya Arya Dewantara."Belum, masih ada rasa nyeri setiap kali aku menggerakkan pinggang atau perutku." Aji Saka masih merasakan dampak dari tusukan pisau Joko Ireng lusa kemarin. Sudah dua hari berlalu ketika penyerangan Joko Ireng ke desa nelayan di pantai Utara. Ki Semar Ismaya telah mendapat kabar bila beberapa warga yang sakit satu per satu telah kembali sehat. Lalu pemakaman kepala desa dilakukan cepat dan ditunjuk kepala desa yang baru. Ki Semar Ismaya memberikan perlindungan kepada desa nelayan dengan memasang empat tiang energi yang digunakan untuk menghalau ada orang asing selain warga desa yang masuk."Kenapa kita harus ke pelabuhan Sundakalpa? Memangnya kita mau ke mana?" Tanya Arya Dewantara. Ia menoleh ke arah gurunya. "Ada kabar burung yang mengatakan tentang keberadaan kitab Dhanwantari di Swarnadwipa bagian Utara. Kita akan mengeceknya ke sana. Namun untuk menuju ke sana, kita perlu ikut dengan kapal pedagang di pelabuhan Sunda
"Dasar sampah, rupanya kalian semua ingin mati!" Perampok itu menyerang Arya Dewantara dan Aji Saka. Semua perampok bergantian menyerang kedua pemuda itu. Namun sayangnya, permainan pisau milik Aji Saka lebih lihai dan mampu menyayat beberapa bagian tubuh dari perampok. Lima orang mengalami luka sayatan dan tidak bisa bangun untuk sementara waktu. "Arya, kuserahkan sisanya padamu!" Aji Saka menghadapi satu orang lagi.Arya Dewantara langsung menggunakan tapak dewa miliknya, namun ia menurunkan energinya agar para perampok tidak mati saat terkena serangan itu.BUAK!!!Pukulan keras mengenai dada masing-masing perampok tersebut. Keempat perampok terhempas ke belakang dan kesulitan untuk bangun kembali. Serangan tapak dewa berhasil membuat pembuluh darah mereka menjadi tidak teratur atau mengalami malfungsi. "Selesai juga akhirnya," ucap Arya Dewantara.Aji Saka mendatangi ia yang memiliki topeng Barong. Pemuda itu mencekik lehernya dan menyuruh perampok itu duduk bersandar di dinding
"Perkenalkan, ini adalah Jaka, ia yang bisa mengantar kalian ke Swarnadwipa." Jaya berhasil membawa mereka semua ke rumah Jaka yang berada di dekat dermaga kecil di ujung barat Sundakalpa. Jaka mempersilahkan mereka semua untuk masuk ke pondok kayu miliknya. Ki Semar Ismaya memberi alasan kenapa mereka harus ke Swarnadwipa. Keduanya saling berembuk masalah harga yang cocok untuk mengantar mereka ke pulau seberang."Aku akan mengantarkan kalian dengan bayaran sepuluh koin emas, bagaimana?" Jaka memberi harganya."Tunggu dahulu, sepuluh koin emas untuk kita semua?" Arya Dewantara bertanya balik. "Benar sekali. Harga itu sudah berada di setengah harga normal. Namun bila kalian tidak mau, silahkan kunjungi pemilik kapal lainnya," ucap Jaka. "Apa sudah termasuk upeti saat kita Tina ke Swarnadwipa?" Tanya Dewi Kinanti."Tidak. Kau harus membayar sendiri untuk upetinya. Aku tidak akan berlabuh di dermaga Swarnadwipa. Aku akan menurunkan kalian di dekat pantai. Dari situ, kalian bisa mengg
"Guru, apa kau mengajari Arya Dewantara ilmu kanuragan untuk berpindah tempat? Aku terkejut ketika ia bisa membunuh komplotan Joko Ireng di desa nelayan." Aji Saka merasa penasaran."Ia belajar sendiri. Aku hanya memberikan sedikit motivasi dengan mengajarkannya satu ilmu segel kanuragan. Selebihnya, anak itu yang mengubahnya menjadi ajian atau teknik yang ia gunakan," jelas Ki Semar Ismaya."Saat pertama kali mempelajari teknik pisau energi, Arya Dewantara mampu menggabungkannya dengan ajian tapak dewa milik kakeknya. Lalu sekarang ia bisa mengubah dan memanipulasi segel kanuragan darimu. Itu menakjubkan!" Dewi Kinanti merasa takjub.Ki Semar Ismaya tahu bila di dalam diri Arya Dewantara mengalir kekuatan yang begitu deras. Energi itu masih tertidur dan segera ingin dibangkitkan. Ada alasan kenapa ia bisa mempelajari teknik pisau energi dari selembaran kitab Dhanwantari yang begitu sulit bagi pendekar biasa."Keturunan dari pewaris kitab Dhanwantari memang luar biasa. Apa lagi yang b
HAHAHAHA!!!"Tidak sopan menanyakan itu kepada kakek tua. Lebih baik cepat kuasai ilmu kanuragannya dahulu!" Tawa keras Ki Semar Ismaya perlahan berubah membentak dan terlihat serius. "Cih, dasar kakek jompo!" Ucap Arya Dewantara dalam hatinya. Selagi mereka berdua berlatih, di dalam kamar, Dewi Kinanti juga sedang mencoba menggunakan salah satu ilmu kanuragan yang ia dapatkan dari seorang nenek penjual tanaman obat saat di pelabuhan tadi. Nenek itu begitu misterius. Ia hanya memiliki toko kecil di ujung gang dan untuk masuk ke dalamnya butuh kerja keras yang ekstra. Dewi Kinanti mendapatkan ilmu tersebut dengan menukarkan resep racikan obat rahasia milik ibu Arya Dewantara. "Semoga ilmu ini berhasil," ucapnya. Ia menggunakan ilmu kanuragan khusus untuk menarik energi alam ke dalam tubuhnya, lalu mengikat energi tersebut ke satu titik yang ia gunakan sebagai penampung dari energi besar tersebut. Dalam hal ini, Dewi Kinanti menggunakan dahinya untuk menampung energi besar itu. S