Home / Pernikahan / Kaulah Jodohku / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Kaulah Jodohku: Chapter 41 - Chapter 50

110 Chapters

PINDAH SEMENTARA

“Nanti kamu akan tahu. Sekarang kamu istirahat saja,” kata Azril tersenyum.Seketika kaki Safa turun dan langsung dicegah oleh Azril. Belum juga ucapannya kering di tenggorokan. “Mau ke mana?”Safa mengembuskan napas pelan. Hanya luka kecil, tetapi Azril sudah banyak perintah yang menurutnya berlebihan.“Aku mau bebersih, Mas, seharian aku habis dari luar. Bau tahu,” ujar Safa sembari mengendus tubuhnya sendiri. Rasanya tidak betah dan ingin segera mengganti baju.“Lagipula yang luka itu pipi bukan kaki. Jadi aku masih sehat untuk berjalan.”Safa kembali mengingatkan, lalu berdiri jika dirinya mampu. Kepalanya menggeleng dan bergegas pergi sebelum ditahan oleh Azril. Keesokan harinya, Safa merasa berat meninggalkan rumah. Entah ke mana suaminya akan membawa pergi hingga tatapannya tak lepas dari ruangan kamar yang penuh kenangan.“Kenapa?” tanya Azril menyadari sikap Safa yang tak baik.Safa pun langsung menoleh saat Azril menyentuh kedua bahunya dan air mata seolah kembali ditarik a
Read more

NIAT MENIKAH

“Ish, ko kamu malah ketawa sih.” Safa memandang heran, memang ada yang salah dengan permintaannya.“Iya kamu, aku pikir mau meminta rumah padahal aku udah serius atau mungkin mau meminta untuk menikah lagi,” kekeh Azril meledek.“Hmm, jadi kamu berniat untuk menikah lagi?” Tatapan Safa berubah nyalang yang akhirnya menjewer telinga Azril dengan keras.Azril pun meringis dan mengaduh ampun. Ia hanya bercanda dan tidak sedikit pun berniat untuk menikah lagi. Berhasil naik pelaminan saja butuh perjuangan, bagaimana jika nambah lagi, tidak akan sanggup rasanya.“Tidak mungkin, Sayang. Aku hanya ingin bersamamu sampai surga,” kata Azril tersenyum sembari memegangi telinganya yang ngilu. Pengang rasanya jeweran Safa.“Aku hanya bercanda, tidak usah cemberut begitu.”Azril membujuk istrinya, lalu menangkup kedua pipinya dengan mengusap lembut. Tidak sama sekali bermaksud merubah mood Safa.“Nanti aku sampaikan sama Amih untuk berbicara Bahasa Indonesia saja, tetapi nanti kamu juga bisa belaj
Read more

MEMBUAT KERIBUTAN

Amarah pria itu memuncak hingga ubun-ubun. Apinya meluap di dada dan ingin segera dikeluarkan. Langkahnya begitu cepat, memandang tajam kepada seseorang yang memerhatikannya.“Maaf, Pak, ada yang bisa kami bantu?” sapanya sopan.“Saya ingin bertemu dengan seseorang yang bernama Muntasir Azril.” Faqih menatap serius sang resepsionis di hadapan.“Maaf, Bapak siapanya Pak Azril?” Wanita itu harus teliti mengenai tamu yang hendak menemui para karyawan.Faqih jengah sekali, perusahaannya terlalu banyak peraturan. Namun, tidak boleh kalap agar bisa menemui pria sialan itu.“Saya rekannya. Cepat, katakan di mana ruangan Pak Azril yang terhormat.” Faqih berbicara tegas penuh penekanan.Wanita itu merasa takut. Baru kali ini menerima tamu yang keras kepala dan tidak sopan santun sesuka hati.“Mohon maaf, Pak, kebetulan Pak Azril tidak ada di kantor dikarenakan sedang cuti.”Kedua tangan Faqih sudah mengepal kuat. Ingin sekali mengumpat keras di hadapan wanita tersebut. Ia sudah sabar dan menah
Read more

PERNIKAHAN YANG SESUNGGUHNYA

“Ayah!” Safa mengerjap saat tak sengaja berpapasan dengan sang ayah. Tanpa izin, wanita itu langsung merengkuh kuat tubuhnya. Hampir tiga hari tidak bertemu dan rasa rindu sudah menumpuk di dalam dada. “Ayah kenapa tidak bilang kalo mau datang?”“Sudah kubilang kuasanya pindah padaku,” timpal Azril yang berada tak jauh darinya.Safa yang kesal hanya melirik, lalu memandang ayah seolah menganggap tidak ada orang. Sedangkan Marlan, terkekeh senang melihat sikap kedua sejoli itu yang tak ingat umur.“Ayah sudah kirim pesan, tetapi kamunya tidak balas.” Marlan mencubit hidung Safa.Wanita itu mengernyit, seingatnya tidak ada pesan masuk. Di saat saling diam, Azril pun mengajak ayah masuk karena tidak sopan membiarkan ayah mertua terlalu lama berdiri.Kemudian Safa sibuk bermanjaan pada ayahnya, tak peduli dengan sekitar sekalipun diperhatikan oleh mertua atau suaminya sendiri.“Ayah baik-baik saja, ‘kan?” tanyanya penuh khawatir.“Alhamdulillah, kalo nggak baik. Ayah nggak mungkin ada di
Read more

HANYA MENJAGA

Safa sendiri hanya tersenyum menghendikkan bahu tanpa rasa bersalah. Sedangkan, Azril merengek bagai anak kecil karena tak terima dengan apa yang Safa lakukan.“Jangan diganti.” Safa menahan saat Azril hendak menghapusnya.“Kenapa?”Bibir Safa melengkung senang. Kemudian, mengambil ponsel Azril, lalu diletakkan di samping dan tangannya digenggam erat oleh Safa.“Mas tahu nggak kenapa aku memotong fotonya?” tanya Safa menatap intens.Safa sengaja memotong foto bagian wajahnya sehingga yang terpajang hanya bagian tangan yang sedang memegang buket bunga sampai kaki.Azril pun menggeleng bingung. Safa yang mengetahui itu kembali tersenyum, tatapannya begitu intens dan berharap suaminya mengerti dengan keinginan Safa.“Karena aku ingin menjaga. Aku nggak mau fotoku yang sudah menjadi istri orang lain menjadi fitnah. Meski terbilang sepele, tetapi foto wanita bisa menjadi dosa jariyah baginya. Aku sedang belajar menjaga diri untuk tidak membuat dosa yang nantinya akan mengalir pada, Mas.”S
Read more

KEPUTUSAN ALLAH

Grep!Safa tersentak saat merasakan beban berat di belakangnya. Ia tengah mengetik pun seakan buyar dan langsung menoleh kepada sang pelaku.“Loh, Mas, ko sudah pulang?” Safa mengernyit bingung. Matahari masih menyorot dan suaminya sudah tiba di rumah.Masih terhitung beberapa jam ke depan seharusnya untuk bisa pulang. Namun, entah apa yang terjadi hingga suaminya ada di hadapan sekarang.“Mas sakit?” Punggung tangannya langsung menyentuh dahi Azril untuk memastikan.Kedua alisnya kembali berkerut, tidak ada rasa panas yang menjalar dan suaminya justru tersenyum di saat Safa begitu khawatir.“Ko malah senyum, sih?” Safa heran sendiri.Azril pun terkekeh, lalu membawa Safa duduk di tepi ranjang. Kemudian mengeluarkan amplop dan diberikan kepada Safa.Seolah Safa memberi kode, ia meminta istrinya untuk membacanya sendiri. Biarkan dia berekspresi sesuai apa yang dilihat.Safa mengembuskan napas, lalu membuka amplop itu perlahan dan dibacanya dengan seksama. Seketika matanya membulat tert
Read more

AYO IBADAH

Dengan hati yang gugup, Safa hanya bisa tertunduk memerhatikan para lawan bicaranya yang memandang. Mereka tak berhenti bercakap mengenai dirinya.“Ma syaa Allah geulis pisan,” katanya.Meski membicarakan dengan Bahasa Sunda, Safa masih bisa tahu maknanya. Hanya saja tak bisa menjawab dan diwakili oleh Amih, terkadang Safa menimpali menggunakan Bahasa Indonesia.Lucu memang, tetapi bagaimana lagi keseharian Safa terlalu banyak di kota sehingga lebih sering menggunakan bahasa negaranya.“Ayo, Neng mampir,” sapanya sopan.“Muhun, Ibu.” Safa pun tak kalah ramah.“Di sini sudah seperti keluarga. Jangan heran jika memang banyak yang mengajakmu nanti,” kata Amih memberitahu.Safa mengangguk mengerti dan tibanya di rumah, Safa langsung ke kamar untuk beristirahat. Jika tidak ada Amih, Safa akan semakin merasa jenuh.Saat hendak merebahkan tubuh, terdengar ketukan pintu membuat Safa segera beranjak. Bibirnya melengkung melihat Amih di depan kamar.“Amih mau ke tempat Bu RT karena ada acara sy
Read more

IKATAN BATIN

Azril tersenyum melihat ekspresi Safa, tubuhnya bangkit dan turun dari ranjang memerhatikan Safa yang terdiam.“Ayo, Sayang!” Ia membuyarkan lamunan Safa.Tangannya menarik lengan Safa untuk turun dan membawanya ke kamar mandi. Ia meminta Safa untuk berwudu. Masih dalam keadaan bingung, Safa pun menuruti perintah suaminya.Setelah Safa, lalu Azril yang bergantian berwudu. Safa masih berdiri memerhatikan suaminya di dalam kamar mandi. Tubuhnya gugup dan kikuk.“Hmm, kenapa masih di sini, ayo!” Azril memperingati dan berjalan lebih dulu.Kemudian, Safa mengikutinya dan duduk di samping Azril. Wajahnya tertunduk malu sedangkan Azril tersenyum gemas menghadap Safa.Seketika mendekat membuat Safa mengerjap. Matanya saling pandang tanpa berkedip sedikit pun. Jantungnya sangat tidak aman untuk saat ini.“Dipakai dulu, Sayang.”Bagai terhipnotis, Safa pun menurut dan memakainya hingga sempurna. Tak lama, Azril kembali sembari memberikan mushaf di tangannya.“Kita mau me-mengaji, Mas?” tanya S
Read more

LEMAH

“Are you okay?” tanya Azril melihat wajah istrinya sedikit pucat.“It’s oke, Mas,” kata Safa tersenyum.Azril menuntun istrinya menuju ranjang. Rasanya tidak tega melihat istrinya yang begitu lemah. “Kita ke dokter, ya?” tawar Azril.Safa menggeleng. Ia paling tidak suka ke dokter, terlebih tidak bisa meminum obat. Safa lebih suka minum obat herbal daripada obat dari dokter.“Nggak usah, Mas, mungkin aku hanya masuk angin biasa, nanti minum tolak angin atau jamu juga baikan ko,” ujar Safa.Azril mengalah, lalu bangkit untuk mengambil sarapan. Meski sempat ditolak, tetapi ia tetap meminta Safa agar terbaring saja di ranjangnya. Biarkan kali ini Azril yang melayani.“Neng Safa mana? Ko kamu sendiri?” tanya Hamidah melihat putranya seorang diri.“Lagi tidak enak badan, Mih. Jadi Azril mau bawakan sarapannya ke kamar.”Pria itu mengambil sedikit nasi juga lauk yang tersaji di meja. Hal itu tak lepas pandangan dari Hamidah dengan perhatian sang putra.“Dari kapan, A?” Hamidah kembali berta
Read more

MENJADI ORANG TUA

Belum dijawab, Azril mendengar suara pintu terbuka dan langsung menoleh dengan cepat. “Sayang, mau ke mana?”“Loh, Mas Azril sudah pulang?” Safa terkejut melihat suaminya yang sudah datang.Azril mengangguk. “Iya, Sayang, baru saja.” Kemudian pandangannya melirik ke tangan Safa yang membawa gelas. “Kamu mau minum? Sini biar aku ambilkan.”Namun, sebelum itu Azril meminta Safa untuk kembali beristirahat. Safa yang diam pun menurut, padahal suaminya baru pulang dan pasti lelah. Tak lama kemudian, Azril datang membawa minum yang Safa inginkan.“Kenapa nggak ngabarin aku kalo kamu belum mendingan?” Azril duduk, lalu menyentuh kening Safa yang tidak terasa panas.Senyum Safa tersenyum simpul. Tangannya pun meraih punggung tangan Azril dan dikecupnya berulang kali.“Safa minta maaf sudah membuat Mas khawatir. Safa lemes banget jadi seharian cuma rebahan dan nggak ngabarin, tetapi in syaa Allah baik-baik saja.”“Baik gimana, kata Amih dari tadi kamu muntah terus. Wajah kamu juga pucat, Sayan
Read more
PREV
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status