Semua Bab Belenggu Hati Mantan Suami: Bab 71 - Bab 80

93 Bab

BAB 38B

Mata Haidar tak lepas dari rumah Ahmad dan Rista. Bahkan, saat adzan isya’ berkumandang, dia masih betah di tempatnya semula. Berharap Kiran keluar dari rumah hingga dia bisa menatap wajah wanita itu untuk terakhir kalinya sebelum menjadi milik Pras seutuhnya.Haidar hampir melonjak bahagia saat melihat Kiran keluar dengan piyama tidur dan hijab senada. Namun, tak lama, wajah itu kembali muram melihat Pras yang ikut keluar rumah dan menggandeng istrinya mesra menuju rumah sebelah. Rumah yang dia ketahui memang sudah dibeli Kiran beberapa waktu yang lalu.Apakah Kiran dan Pras akan tinggal disana? Haidar terus bertanya dan menerka-nerka. Lelaki itu menggeram saat melihat Pras mencubit hidung Kiran gemas. Dia akhirnya mengalihkan pandang. Tidak tahan melihat pasangan itu yang sejak siang tadi terus tertawa-tawa bahagia.Saat Haidar menoleh kembali. Kiran dan Pras sudah masuk ke dalam rumah. Lelaki itu menarik napas panjang. Hening. Perumahan itu terasa hening. Dia melirik jam di tangan
Baca selengkapnya

BAB 39 A+B

Keukenhof merupakan taman bunga terbesar di dunia yang terletak di Lisse, Belanda. Menurut informasi yang Kiran baca di situs resmi taman itu sebelum terbang kemari, terdapat tujuh puluh kuntum bunga tulip yang ditanam sekali dalam setahun pada pertengahan Desember.Senyum mengembang di wajah Kiran saat memasuki Keukenhof Garden. Sejauh mata memandang, terlihat hamparan tulip berbagai warna hingga membuat mata menjadi sejuk dan terasa menentramkan jiwa. Merah, oranye, kuning, hijau, biru, ungu dan berbagai gradasi warna langsung menyambut kedatangan mereka. Ribuan tulip seakan menyapa pengantin baru itu. “Ini apa?” Kiran terpekik melihat dua lembar tiket Emirates tujuan ke Amsterdam beberapa waktu yang lalu. Wanita itu langsung menatap Pras yang sedang menyantap telur mata sapi buatan Kiran dengan nikmat.“Pras?” Kiran langsung menarik kursi dan duduk di samping Pras. Dia memegang tangan suaminya dan mengguncangnya pelan karena lelaki itu bersikap seperti tidak ada dia di sana.“Pr
Baca selengkapnya

BAB 40A

"Bu Kiran? Pak Haidar sudah datang." Rusdi masuk setelah mengetuk pintu.Kiran yang sedang membuat laporan rekap pencairan mingguan menoleh pada Rusdi. Wanita itu menarik napas panjang dan mengangguk pelan. “Temani dulu di ruang meeting bisa ya, Mas Rusdi? Saya selesaikan dulu laporan sekitar sepuluh menit lagi. Sudah diminta kirim sama kantor pusat. Nanti kalau sudah selesai biar enak kita bicara di sini saja.”“Baik, Bu.”Kiran menarik napas panjang setelah Rusdi menutup pintu. Kepalanya berdenyut sakit. Sepulang dari Belanda dan kembali aktif bekerja, Kiran langsung mendapat laporan Haidar ingin melunasi pembiayaan di Bank mereka.Sebenarnya sudah dari akhir bulan Haidar mengajukan pelunasan, tapi sebisa mungkin Kiran minta Rusdi menahan dulu agar bisa bicara dengannya lebih dulu. Kiran menghembuskan napas kencang. Dia kembali fokus pada laporan di depannya sebelum pikirannya bercabang kemana-mana.“Beres!” Kiran melemaskan badan. Sejak pagi dia sibuk berkutat di depan laptop kanto
Baca selengkapnya

BAB 40B

Kiran memijat kening saat pintu tertutup kembali. Kepalanya pusing karena Haidar mengajukan pelunasan menjelang evaluasi tengah tahun. Kinerja mereka akan tercatat menurun di kantor pusat karena ada pelunasan dalam jumlah besar.Andai dia masih menjadi account officer, tentu dia tidak akan sepusing ini. Kiran hanya tinggal memikirkan meningkatkan target pribadi. Sementara sekarang, dia harus memeras otak agar buahnya bisa tutup target semua.Kiran tersentak saat ponselnya berdering. Wanita itu mengambil tas dan melihat sejenak pada layar ponsel. Garis bibirnya tertarik membentuk senyuman saat melihat nama Pras di sana.“Assalamualaikum, Pi?”“Waalaikumsalam, Amih, sudah makan siang?” Suara Pras terdengar riang di seberang sana. “Belum ya? Papi sudah pesankan makanan, tunggu ya.”Kiran tersenyum mendengar ucapan Pras. Matanya melirik jam di layar laptop, jam dua belas lewat sepuluh menit. Akhir-akhir ini dia memang sibuk sekali sehingga sering melewatkan makan siang. Pekerjaannya menum
Baca selengkapnya

BAB 41 A

“Masak apa, Mih?” Pras memeluk pinggang Kiran dan mengintip ke arah wajan yang sedang mengepul.“Nasi goreng aja yang cepet. Aku kesiangan.” Kiran melepaskan tangan Pras dan menariknya agar duduk di kursi. Wanita itu melirik ke arah jam dinding, jam enam lewat lima menit. Kiran mengangguk senang, masih banyak waktu untuk menikmati sarapan dan secangkir herbal resep Ustad Zaidul Akbar untuk detoks rahim hangat bersama Pras, pikirnya.“Apapun itu, semua yang Amih masak selalu enak.” Pras tersenyum lebar saat sepiring nasi goreng kecoklatan dengan telur dadar lebar mendarat di hadapannya. “Juara! Hidup Chef Amih Kiran!” Pras mengangkat kedua jempol setelah mencicipi sesendok nasi goreng buatan Kiran.“Lebay!” Kiran tertawa kecil melihat tingkah suaminya. “Sebenarnya, lebih enak lagi kalau ditraktir makan diluar sih. Sesekali gitu.”“Kode nih?” Haidar tertawa sambil menggetok pelan kening istrinya. “Karyawan di toko sekarang banyak yang mengeluh, pagi-pagi aku sudah di toko. Biasanya kan
Baca selengkapnya

BAB 41B

Setelah menenangkan diri beberapa saat. Kiran keluar menuju ruang pinca. Di belakangnya, Risdi mengikuti sambil menunduk.“Ada apa?” Nurman tersenyum saat dua bawahannya sudah duduk di hadapannya. Dia memang langsung mengecek CCTV saat mendengar keributan tadi sehingga tahu siapa yang sedang berseteru.“Hanya salah paham biasa, Pak.” Kiran tersenyum pada Nurman. Sementara di sampingnya, Rusdi bungkam dan terus menunduk sejak tadi. “Biasalah ada ribut-ribut sedikit. Cuma karena bicaranya tadi nyaring saja jadi terdengar seperti ada keributan.”Setelah membicarakan target dan lain-lainnya, Kiran dan Risdi diperbolehkan kembali ke ruangan. Kiran menarik napas panjang. Dia tidak mau memperpanjang masalah. Wanita itu tahu betul keadaan Risdi bagaimana.Bawahannya itu mempunyai dua anak. Dia juga menanggung kebutuhan kedua orangtuanya yang sudah tua. Tambahan lagi, Risdi harus membiayai adiknya yang masih kuliah. Kalau dia buka suara, bisa jadi akan mempengaruhi karir Risdi ke depan. Bahkan
Baca selengkapnya

BAB 42A

“Buah?” Kiran menyodorkan irisan mangga arum manis pada Pras yang sedang duduk sambil menyelonjorkan kaki di teras. Lelaki itu mengelap keringat di pelipis. Kaos putih Pras terlihat menempel di tubuhnya yang sixpack.“Sini.” Pras menepuk lantai, mengajak Kiran duduk di sampingnya. Lelaki itu mengambil garpu yang diberikan Kiran. Sepotong daging mangga berwarna kuning kemerahan yang tebal dan berair masuk ke mulut Pras. Dia langsung mengangguk saat mulutnya dipenuhi oleh rasa manis dan aroma harum dari mangga yang sedang dia kunyah.“Bapak sama Ibu kapan pulang?” Pras menunjuk rumah mertuanya yang tertutup rapat. Sudah tiga hari ini Ahmad dan Rista tidak di rumah. Orangtua Kiran itu pergi mengunjungi saudara yang lama tidak berjumpa. Mumpung Ahmad mendapat jatah libur dari pabrik, jadi mereka memutuskan mengunjungi sanak saudara.“Mungkin minggu sore sudah di sini, Pi. Bapak ‘kan senin pagi sudah harus masuk kerja lagi.” Kiran ikut menyelonjorkan kaki. Mereka baru saja menyelesaikan ol
Baca selengkapnya

BAB 42B

“Sudah makan belum, Vi?” Rini menjawil Revi sambil menunjukkan piringnya yang penuh. “Sana makan dulu, biar Pijar dijaga Rizal. Tuh dia baru selesai makan. Nanti kemalaman pulangnya loh.” Rini melambaikan tangan pada Rizal.“Kasian nanti anaknya loh, Mbak Kiran. Kalau kelamaan hamil, nanti pas anaknya lulus kuliah Mbak dan Mas Pras sudah tua. Jangan-jangan malah tidak sempat mendampingi saat anaknya menikah.” Revi mengabaikan Rini.“Ngomong apa kamu ini, Revi!” Linda melotot pada keponakannya. “Sudah mau pulang?” Linda tersenyum pada Kiran yang masih menunggu Pras bersalaman dengan keluarga lain.“Iya, Ma.” Kiran menyalami Linda. Dia membalas pelukan Linda saat mertuanya itu memeluknya erat.“Benarkan, Tante, apa kata Revi? Mbak Kiran jangan terlalu fokus ke kerjaan. Wanita karir mah begitu. Sudah merasa hebat karena ada uang sendiri, jadi agak susah diatur. Padahal kurang mapan apa Mas Pras coba?”“Ssshhh!” Linda melotot kembali pada Revi. “Pras! Ini Kiran sudah menunggu.” Linda meng
Baca selengkapnya

BAB 43A

“BERHENTI MENGUCAPKAN NAMA HAIDAR DI DEPANKU!” Pras berteriak kencang. “KEPALAKU PUSING SETIAP MENDENGAR NAMA HAIDAR KELUAR DARI MULUTMU!”“AH!” Pras melepaskan Kiran dan memukul kemudi sekali lagi. Lelaki itu terdiam dengan pandangan lurus ke depan. Di sampingnya, Kiran mulai terisak. Wanita itu terlihat sangat terkejut karena Pras tiba-tiba mengamuk.Semenit kemudian, Pras memilih keluar. Dia bersandar pada badan mobil dengan kepala mendongak. Di atas sana, beberapa bintang terlihat berkelip. Bayangan pohon-pohon tinggi dan rimbun di samping jalan sedikit menghalangi pandangannya.Pras menghembuskan napas kencang. Angin malam mulai terasa menusuk kulit. Daun-daun bergoyang pelan menimbulkan suara gemerisik. Pras menoleh pada lampu jalan di depan sana. Serangga malam terlihat berterbangan mengelilingi sekitar lampu.Pras menunduk. Lelaki itu menarik napas panjang dan menghembuskannya pelan. Setelah merasa sedikit lebih tenang dan dapat mengemudikan mobil, Pras masuk kembali. Dalam di
Baca selengkapnya

BAB 43B

“Tidak apa-apa.” Pras mengelus pelan kepala Kiran. “Ayo siap–siap? Hari ini jadwal kita main ke rumah Mama Papa.”“Ah iya, Kiran sampai lupa.”Jam sembilan pagi, mobil Pras dan Kiran memasuki halaman. Sakti dan Linda yang sedang duduk santai menunggu mereka langsung tersenyum lebar melihat anak dan menantunya tiba.“Ma.” Kiran memeluk Linda erat setelah menyalaminya.“Nginep ya?”“Bulan depan saja, Ma. Kiran bulan ini lagi padat. Kasian kalau berangkat kerja dari sini, jauh.” Pras langsung bergabung.“Jangan terlalu kecapean. Apa uang bulanan dari Pras kurang? Kalau kurang minta tambah saja. Banyak uangnya dia.” Linda mengedipkan mata pada Kiran hingga membuat menantunya itu tertawa-tawa. “Mama serius loh, Nak Kiran. Siapa lagi yang akan menghabiskan uang suami kalau bukan anak dan istri?”“Betul, Ma, betul.” Kiran mengangguk-angguk sambil melirik Pras yang menatap dengan mata menyipit. Kiran menjulurkan lidah hingga Pras ikut terkekeh akhirnya.“Ya memang seharusnya begitu. Lelaki ka
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status