Share

BAB 39 A+B

Penulis: Asda Witah busrin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Keukenhof merupakan taman bunga terbesar di dunia yang terletak di Lisse, Belanda. Menurut informasi yang Kiran baca di situs resmi taman itu sebelum terbang kemari, terdapat tujuh puluh kuntum bunga tulip yang ditanam sekali dalam setahun pada pertengahan Desember.

Senyum mengembang di wajah Kiran saat memasuki Keukenhof Garden. Sejauh mata memandang, terlihat hamparan tulip berbagai warna hingga membuat mata menjadi sejuk dan terasa menentramkan jiwa. Merah, oranye, kuning, hijau, biru, ungu dan berbagai gradasi warna langsung menyambut kedatangan mereka. Ribuan tulip seakan menyapa pengantin baru itu.

“Ini apa?” Kiran terpekik melihat dua lembar tiket Emirates tujuan ke Amsterdam beberapa waktu yang lalu. Wanita itu langsung menatap Pras yang sedang menyantap telur mata sapi buatan Kiran dengan nikmat.

“Pras?” Kiran langsung menarik kursi dan duduk di samping Pras. Dia memegang tangan suaminya dan mengguncangnya pelan karena lelaki itu bersikap seperti tidak ada dia di sana.

“Pr
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Emi Susanti
otor nih berbaik hatilah sedikit, kasih kuran baby dong biar seru dan biar Haidar tambah gilanya..kalo.bisa.double.up.dong thor..
goodnovel comment avatar
Ria Kusuma
Haidar ini laki2 yg gak berperasaan ya, maunya dimengerti..gak sadar sikapnya sudah menyakiti..gitu kok minta kembali Semoga sepulang bulan madu ada kabar baik dari Pras dan Kiran
goodnovel comment avatar
Umriyah Purnawati Sholikhah
semoga cpt hamil ya Ran
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Belenggu Hati Mantan Suami   BAB 40A

    "Bu Kiran? Pak Haidar sudah datang." Rusdi masuk setelah mengetuk pintu.Kiran yang sedang membuat laporan rekap pencairan mingguan menoleh pada Rusdi. Wanita itu menarik napas panjang dan mengangguk pelan. “Temani dulu di ruang meeting bisa ya, Mas Rusdi? Saya selesaikan dulu laporan sekitar sepuluh menit lagi. Sudah diminta kirim sama kantor pusat. Nanti kalau sudah selesai biar enak kita bicara di sini saja.”“Baik, Bu.”Kiran menarik napas panjang setelah Rusdi menutup pintu. Kepalanya berdenyut sakit. Sepulang dari Belanda dan kembali aktif bekerja, Kiran langsung mendapat laporan Haidar ingin melunasi pembiayaan di Bank mereka.Sebenarnya sudah dari akhir bulan Haidar mengajukan pelunasan, tapi sebisa mungkin Kiran minta Rusdi menahan dulu agar bisa bicara dengannya lebih dulu. Kiran menghembuskan napas kencang. Dia kembali fokus pada laporan di depannya sebelum pikirannya bercabang kemana-mana.“Beres!” Kiran melemaskan badan. Sejak pagi dia sibuk berkutat di depan laptop kanto

  • Belenggu Hati Mantan Suami   BAB 40B

    Kiran memijat kening saat pintu tertutup kembali. Kepalanya pusing karena Haidar mengajukan pelunasan menjelang evaluasi tengah tahun. Kinerja mereka akan tercatat menurun di kantor pusat karena ada pelunasan dalam jumlah besar.Andai dia masih menjadi account officer, tentu dia tidak akan sepusing ini. Kiran hanya tinggal memikirkan meningkatkan target pribadi. Sementara sekarang, dia harus memeras otak agar buahnya bisa tutup target semua.Kiran tersentak saat ponselnya berdering. Wanita itu mengambil tas dan melihat sejenak pada layar ponsel. Garis bibirnya tertarik membentuk senyuman saat melihat nama Pras di sana.“Assalamualaikum, Pi?”“Waalaikumsalam, Amih, sudah makan siang?” Suara Pras terdengar riang di seberang sana. “Belum ya? Papi sudah pesankan makanan, tunggu ya.”Kiran tersenyum mendengar ucapan Pras. Matanya melirik jam di layar laptop, jam dua belas lewat sepuluh menit. Akhir-akhir ini dia memang sibuk sekali sehingga sering melewatkan makan siang. Pekerjaannya menum

  • Belenggu Hati Mantan Suami   BAB 41 A

    “Masak apa, Mih?” Pras memeluk pinggang Kiran dan mengintip ke arah wajan yang sedang mengepul.“Nasi goreng aja yang cepet. Aku kesiangan.” Kiran melepaskan tangan Pras dan menariknya agar duduk di kursi. Wanita itu melirik ke arah jam dinding, jam enam lewat lima menit. Kiran mengangguk senang, masih banyak waktu untuk menikmati sarapan dan secangkir herbal resep Ustad Zaidul Akbar untuk detoks rahim hangat bersama Pras, pikirnya.“Apapun itu, semua yang Amih masak selalu enak.” Pras tersenyum lebar saat sepiring nasi goreng kecoklatan dengan telur dadar lebar mendarat di hadapannya. “Juara! Hidup Chef Amih Kiran!” Pras mengangkat kedua jempol setelah mencicipi sesendok nasi goreng buatan Kiran.“Lebay!” Kiran tertawa kecil melihat tingkah suaminya. “Sebenarnya, lebih enak lagi kalau ditraktir makan diluar sih. Sesekali gitu.”“Kode nih?” Haidar tertawa sambil menggetok pelan kening istrinya. “Karyawan di toko sekarang banyak yang mengeluh, pagi-pagi aku sudah di toko. Biasanya kan

  • Belenggu Hati Mantan Suami   BAB 41B

    Setelah menenangkan diri beberapa saat. Kiran keluar menuju ruang pinca. Di belakangnya, Risdi mengikuti sambil menunduk.“Ada apa?” Nurman tersenyum saat dua bawahannya sudah duduk di hadapannya. Dia memang langsung mengecek CCTV saat mendengar keributan tadi sehingga tahu siapa yang sedang berseteru.“Hanya salah paham biasa, Pak.” Kiran tersenyum pada Nurman. Sementara di sampingnya, Rusdi bungkam dan terus menunduk sejak tadi. “Biasalah ada ribut-ribut sedikit. Cuma karena bicaranya tadi nyaring saja jadi terdengar seperti ada keributan.”Setelah membicarakan target dan lain-lainnya, Kiran dan Risdi diperbolehkan kembali ke ruangan. Kiran menarik napas panjang. Dia tidak mau memperpanjang masalah. Wanita itu tahu betul keadaan Risdi bagaimana.Bawahannya itu mempunyai dua anak. Dia juga menanggung kebutuhan kedua orangtuanya yang sudah tua. Tambahan lagi, Risdi harus membiayai adiknya yang masih kuliah. Kalau dia buka suara, bisa jadi akan mempengaruhi karir Risdi ke depan. Bahkan

  • Belenggu Hati Mantan Suami   BAB 42A

    “Buah?” Kiran menyodorkan irisan mangga arum manis pada Pras yang sedang duduk sambil menyelonjorkan kaki di teras. Lelaki itu mengelap keringat di pelipis. Kaos putih Pras terlihat menempel di tubuhnya yang sixpack.“Sini.” Pras menepuk lantai, mengajak Kiran duduk di sampingnya. Lelaki itu mengambil garpu yang diberikan Kiran. Sepotong daging mangga berwarna kuning kemerahan yang tebal dan berair masuk ke mulut Pras. Dia langsung mengangguk saat mulutnya dipenuhi oleh rasa manis dan aroma harum dari mangga yang sedang dia kunyah.“Bapak sama Ibu kapan pulang?” Pras menunjuk rumah mertuanya yang tertutup rapat. Sudah tiga hari ini Ahmad dan Rista tidak di rumah. Orangtua Kiran itu pergi mengunjungi saudara yang lama tidak berjumpa. Mumpung Ahmad mendapat jatah libur dari pabrik, jadi mereka memutuskan mengunjungi sanak saudara.“Mungkin minggu sore sudah di sini, Pi. Bapak ‘kan senin pagi sudah harus masuk kerja lagi.” Kiran ikut menyelonjorkan kaki. Mereka baru saja menyelesaikan ol

  • Belenggu Hati Mantan Suami   BAB 42B

    “Sudah makan belum, Vi?” Rini menjawil Revi sambil menunjukkan piringnya yang penuh. “Sana makan dulu, biar Pijar dijaga Rizal. Tuh dia baru selesai makan. Nanti kemalaman pulangnya loh.” Rini melambaikan tangan pada Rizal.“Kasian nanti anaknya loh, Mbak Kiran. Kalau kelamaan hamil, nanti pas anaknya lulus kuliah Mbak dan Mas Pras sudah tua. Jangan-jangan malah tidak sempat mendampingi saat anaknya menikah.” Revi mengabaikan Rini.“Ngomong apa kamu ini, Revi!” Linda melotot pada keponakannya. “Sudah mau pulang?” Linda tersenyum pada Kiran yang masih menunggu Pras bersalaman dengan keluarga lain.“Iya, Ma.” Kiran menyalami Linda. Dia membalas pelukan Linda saat mertuanya itu memeluknya erat.“Benarkan, Tante, apa kata Revi? Mbak Kiran jangan terlalu fokus ke kerjaan. Wanita karir mah begitu. Sudah merasa hebat karena ada uang sendiri, jadi agak susah diatur. Padahal kurang mapan apa Mas Pras coba?”“Ssshhh!” Linda melotot kembali pada Revi. “Pras! Ini Kiran sudah menunggu.” Linda meng

  • Belenggu Hati Mantan Suami   BAB 43A

    “BERHENTI MENGUCAPKAN NAMA HAIDAR DI DEPANKU!” Pras berteriak kencang. “KEPALAKU PUSING SETIAP MENDENGAR NAMA HAIDAR KELUAR DARI MULUTMU!”“AH!” Pras melepaskan Kiran dan memukul kemudi sekali lagi. Lelaki itu terdiam dengan pandangan lurus ke depan. Di sampingnya, Kiran mulai terisak. Wanita itu terlihat sangat terkejut karena Pras tiba-tiba mengamuk.Semenit kemudian, Pras memilih keluar. Dia bersandar pada badan mobil dengan kepala mendongak. Di atas sana, beberapa bintang terlihat berkelip. Bayangan pohon-pohon tinggi dan rimbun di samping jalan sedikit menghalangi pandangannya.Pras menghembuskan napas kencang. Angin malam mulai terasa menusuk kulit. Daun-daun bergoyang pelan menimbulkan suara gemerisik. Pras menoleh pada lampu jalan di depan sana. Serangga malam terlihat berterbangan mengelilingi sekitar lampu.Pras menunduk. Lelaki itu menarik napas panjang dan menghembuskannya pelan. Setelah merasa sedikit lebih tenang dan dapat mengemudikan mobil, Pras masuk kembali. Dalam di

  • Belenggu Hati Mantan Suami   BAB 43B

    “Tidak apa-apa.” Pras mengelus pelan kepala Kiran. “Ayo siap–siap? Hari ini jadwal kita main ke rumah Mama Papa.”“Ah iya, Kiran sampai lupa.”Jam sembilan pagi, mobil Pras dan Kiran memasuki halaman. Sakti dan Linda yang sedang duduk santai menunggu mereka langsung tersenyum lebar melihat anak dan menantunya tiba.“Ma.” Kiran memeluk Linda erat setelah menyalaminya.“Nginep ya?”“Bulan depan saja, Ma. Kiran bulan ini lagi padat. Kasian kalau berangkat kerja dari sini, jauh.” Pras langsung bergabung.“Jangan terlalu kecapean. Apa uang bulanan dari Pras kurang? Kalau kurang minta tambah saja. Banyak uangnya dia.” Linda mengedipkan mata pada Kiran hingga membuat menantunya itu tertawa-tawa. “Mama serius loh, Nak Kiran. Siapa lagi yang akan menghabiskan uang suami kalau bukan anak dan istri?”“Betul, Ma, betul.” Kiran mengangguk-angguk sambil melirik Pras yang menatap dengan mata menyipit. Kiran menjulurkan lidah hingga Pras ikut terkekeh akhirnya.“Ya memang seharusnya begitu. Lelaki ka

Bab terbaru

  • Belenggu Hati Mantan Suami   BAB 50B [TAMAT]

    Namun, tak sekalipun dia membicarakan mantan istrinya itu di hadapan istrinya. Bahkan sampai usia pernikahan mereka yang ke empat, Kamila tidak tahu kalau Haidar pernah menikah sebelum dengan Raya. Kamila hanya tahu Haidar pernah menikah dan itu dengan Raya.Bagi Haidar, tidak ada gunanya menceritakan semua yang telah berlalu. Cukup dia dan hatinya saja yang merasakan. Cinta yang tersimpan rapi di dalam hati. Perasaan yang terus ada walau telah coba dia lupakan dan tak pernah lagi dia ucapkan.Untuk Kamila, dia mempersembahkan hati yang baru. Cinta dan rasa hormat yang berdasarkan pada komitmen dan tanggung jawab pada wanita yang sebentar lagi akan memberinya dua buah hati. Cinta dan kasih untuk ibu dari anak-anaknya.“Ah iya, hati-hati di jalan.”Kiran menatap Pras bingung. Sejak pulang dari bertemu Haidar tadi, entah sudah berapa belas kali Pras mengulangi kalimat terakhir yang Haidar ucapkan. Wanita itu menarik napas panjang. Dia melirik jam di dinding, sudah hampir jam sembilan

  • Belenggu Hati Mantan Suami   BAB 50A

    “Kiran?”Kiran dan Pras yang baru saja keluar dari menebus vitamin kehamilan di bagian farmasi menoleh berbarengan. Pras langsung melingkarkan tangan dengan posesif di bahu Kiran mengetahui siapa yang menyapa.“Mas Haidar?” Kiran tersenyum lebar. Dia menoleh pada Pras hingga mereka saling berpandangan. Suaminya itu meremas bahu istrinya pelan. Kiran hampir kelepasan tertawa melihat sorot mata Pras yang seolah mengatakan “jangan tebar pesona”.“Pras, sehat?” Haidar mengulurkan tangan pada Pras saat menyadari dia terpaku cukup lama menatap Kiran barusan. Ah … hampir lima tahun tak berjumpa, Kiran tak berubah. Wajah mulus, hidung mancung, bibir kecil dan penuh, kombinasi yang menciptakan keindahan di mata Haidar.Perlahan, pandangannya turun ke bawah. Mata Haidar mengembun. Mendadak perasaannya buncah. Hampir saja isaknya keluar tak tertahankan menyadari perut Kiran yang membuncit. Sungguh, walau bukan dia yang menjadi Ayah dari anak yang Kiran kandung saat ini, dia bahagia.“Kapan Kiran

  • Belenggu Hati Mantan Suami   BAB 49B

    “Untuk proses bayi tabung, ada beberapa tahapan yang harus kita lalui. Secara simpel saja saya jelaskan ya, pertama adalah tahapan induksi ovulasi. Nanti akan ada penyuntikan hormon untuk merangsang proses pembentukan sel telur. Nanti bisa dilakukan secara mandiri di rumah setelah saya berikan petunjuknya.Nah selama proses ini, Ibu harus kontrol setiap beberapa hari karena saya harus memantau ukuran telur yang ada. Setelah dirasa ukurannya sesuai, nanti disuntik dengan hormon lagi untuk membantu proses pematangannya.Maaf sebelumnya, apa menstruasi Ibu sudah teratur?”Kiran menggeleng. “Kadang dua bulan sekali, pernah sampai tiga bulan tidak halangan.” Kiran menjawab dengan bibir bergetar.“Baik, berarti kemungkinan besar tidak ada sel telur yang matang sehingga tidak terjadi pembuahan. Nah, setelah penyuntikan hormon untuk pematangan telur dilakukan, kita bisa mulai mengambil sel telur. Kemudian pengambilan sp**ma, proses pembuahan dan terakhir transfer embrio. Singkatnya seperti it

  • Belenggu Hati Mantan Suami   BAB 49A

    “Wa ja’alna minal-maa-I kulla syai’in hayyin. Afala yu’minuna.” (QS. Al-Anbiya: 30).“Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”"Alhamdulillah." Kiran langsung mengucap hamdalah begitu turun dari mobil. Waktu sudah senja saat mereka tiba. "Bu, Pak." Kiran berjalan menghampiri orangtuanya yang memang sudah menunggu kedatangan mereka.Kiran menatap sekitar. Dia benar-benar merindukan suasana rumah mereka. Dua belas hari perjalanan umroh ditambah dengan masa karantina membuat dia dan Pras cukup lama meninggalkan tempat itu."Istirahat dulu." Linda yang menjemput mereka di tempat karantina tadi menepuk punggung Kiran pelan. Wanita itu membantu membawakan beberapa bawaan khas oleh-oleh dari tanah suci. Rista dan Ahmad bergegas ikut bergabung membawakan barang-barang dari mobil.Tidak terasa, azan isya’ berkumandang saat mereka baru saja selesai merapikan barang bawaan agar tidak terlalu berantakan.Setelah membersihkan diri dan makan m

  • Belenggu Hati Mantan Suami   BAB 48B

    Kesyahduan itu terhenti saat dua kanak-kanak berteriak riang di dekat mereka. Anak lelaki berusia sekitar enam tahun sedang mengejar anak wanita berusia sekitar empat tahun yang tertawa-tawa. “Oh!” Kiran menutup mulut. Matanya membelalak lebar pada Pras. Sedetik kemudian tawa Kiran berderai saat kedua anak itu berlarian di bawah meja mereka. Dia benar-benar senang melihat anak-anak itu bercanda.“Sini!” Teriak si anak laki-laki.“Tangkap ayo tangkap!” Anak wanita itu menjulurkan lidah dari seberang meja.“Nina, Fajar, kemari!” Wanita muda yang seusia dengan Kiran dan Pras berteriak galak pada kedua anaknya. “Maaf ya, Mas, Mbak, anak saya mengganggu makan malamnya.” Wanita itu mengangguk sungkan.“Tidak apa-apa, anaknya lucu.” Kiran menuntun anak itu memutari meja dan menyerahkannya pada ibunya. Kiran masih sempat mencubit gemas pipi gembil itu sebelum mereka berlalu.Pras dan Kiran tersenyum berbarengan saat meja mereka kembali sepi. Mereka mulai menikmati hidangan penutup malam itu.

  • Belenggu Hati Mantan Suami   BAB 48A

    "Makan yang banyak, biar cepat pulih. Ini Mama bawakan buah-buahan, bolu gulung, dimsum, ayo dimakan." Linda mengeluarkan barang bawaannya di meja. Satu persatu makanan itu diletakkan di hadapan Kiran. "Atau kalau nggak selera, biar Mama pesankan, Nak Kiran mau apa?"Kiran menggeleng pelan sambil tersenyum pada Linda. "Terima kasih, Ma." Tangannya terulur mengambil sumpit, dia mengangguk-angguk saat satu gigitan dimsum masuk ke mulutnya. "Enak, Ma." Kiran mengacungkan jempol."Sama-sama." Linda ikut duduk di meja makan. Wanita itu mengelus bahu Kiran pelan. "Habiskan." Linda tersenyum lembut."Diminum, Bu Linda, Pak Sakti." Rista meletakkan teh hangat. Dia lalu mengambil beberapa buah dan mengupasnya untuk dimakan bersama. Sementara Ahmad dan Sakti mulai asyik dengan topik obrolan mereka berdua."Kata Pras, Nak Kiran susah makan. Masih kepikiran ya?" Linda mengelus bahu Kiran. "Paksakan makan biar cepat pulih. Ajak Pras liburan, mumpung Nak Kiran dapat jatah cuti, toko nanti biar Papa

  • Belenggu Hati Mantan Suami   BAB 47B

    “Dugaan awal saya, kemungkinan janin tidak berkembang, Pak, Bu.” Dokter menjelaskan dengan hati-hati. Dia tahu sekali bagaimana perasaan dua orang di hadapannya ini. Mereka yang tadi datang dengan wajah cerah dan penuh rona bahagia kini terlihat pucat pasi seolah tak ada aliran darah di wajahnya.“Tidak berkembang bagaimana?” Pras mengepalkan tangan. Suaranya terdengar meninggi karena merasa dokter begitu lambat menjelaskan. Napasnya terengah menahan perasaan yang tidak karuan di dalam sana.“Begini, saya akan resepkan obat.” Dokter berdehem menyadari kondisi Kiran dan Pras yang mulai tidak bisa mengendalikan diri. “Semoga kontrol bulan depan, janinnya sudah bergerak aktif dan terdengar detak jantung. Dalam beberapa kasus, hal seperti ini sering terjadi. Kita usahakan yang terbaik.”Pras menekan matanya dengan jari. Sebisa mungkin dia mengendalikan diri dan menahan tangis. Dalam keadaan seperti ini, Pras menyadari ada Kiran yang pasti sangat terpukul mengetahui hasil pemeriksaan. Kala

  • Belenggu Hati Mantan Suami   BAB 47A

    "Berhenti dulu, Pi, beliin rujak buah itu." Kiran mencengkram tangan Pras sambil menunjuk ke pinggir jalan. "Mual, pengen yang asem-asem." Kiran nyengir melihat wajah Pras yang kesal karena dia minta berhenti mendadak."Ini Dedek yang mau, bukan aku.” Kiran mengelus perutnya pelan. Dia menahan tawa saat Pras memperhatikan dia dengan pandangan curiga.Pras menatap istrinya penuh selidik. Setelahnya, Pras tertawa dengan pandangan tidak percaya. “Dedek yang mau?” Pras tersenyum menggoda dengan sebelah alis terangkat. Dia mengelus pelan perut Kiran yang masih rata.“Iya.” Kiran mengangguk dengan raut wajah lucu hingga membuat Pras merasa gemas. Lelaki itu mencubit pipi istrinya sebelum membuka pintu mobil dan menyeberang jalan menuruti keinginan Kiran.Pras menggeleng pelan sambil menyerahkan plastik berisi irisan buah segar pada Kiran. Sejak tadi malam, istrinya itu mulai merasakan “ngidam”. Kiran bahkan menjadi lebih manja padanya. Pras sedikit heran karena sebelum mengetahui sedang ham

  • Belenggu Hati Mantan Suami   BAB 46

    Mata Kiran membelalak lebar melihat testpack di tangannya. Garis dua. Seketika sekujur tubuh wanita itu bergetar hebat hingga dia harus berpegangan pada dinding agar tidak terjatuh.Kiran akhirnya jongkok di toilet kantor. Dia masih menatap tidak percaya pada hasil tes di tangannya. Dia bahkan berkali-kali memastikan bahwa itu adalah alat tes kehamilan, bukan testpack ovulasi untuk mengetahui masa subur."Ran?"Gedoran di pintu terdengar. Sementara Kiran masih tercekat tidak percaya dengan testpack di tangannya. Pagi tadi, Mira mendadak membawakan alat pengecek kehamilan dan memberikannya pada Kiran."Sana cek dulu!" Melihat Mira yang sangat ngotot bahkan sampai meminta OB membelikan alat itu tadi, Kiran akhirnya menerima walau dengan sedikit enggan.Sudah lama sekali dia tidak menggunakan testpack, dia takut kecewa dan sakit hati saat hasilnya tidak garis dua. Bahkan, selama menjalani program kehamilan dengan Pras, Kiran juga tidak menggunakannya. Untuk Kiran yang PCOS, telat dapat s

DMCA.com Protection Status