“Jaga mulutnya ya, Mbak Lira!” Kiran menatap Lira tajam. “Kenapa? Masih jadi barisan sakit hati sama saya kalian, hah?!”“Ya kan saya bilang mungkin, Bu, kalau nggak ya sudah.” Lira terkekeh. “Tapi ya, Pak Pras itu aduuuuh, kalau saya jadi dia, mending cari yang masih gadis.” Lira menggeleng pelan. Dia terlihat sangat puas bisa menyindir Kiran habis-habisan.“Kenapa memang kalau janda?” Risdi menangkap umpan dari Lira. “Janda tuh, aduuuuh. Maksudku ‘kan Pak Pras masih lajang ya, tampan dan mapan pula, mau-maunya sama barang bekasan. Heran.”“Jaga ucapannya, Mbak Lira!” Kiran berkata tegas. Dia akhirnya memutuskan meladeni omongan dua seniornya itu.Kiran paham sekali, beberapa karyawan senior memang kurang menyukai dirinya. Bahkan menurut kabar yang dia dengar, mereka akan melakukan segala cara agar dia merasa tidak kerasan dan akhirnya keluar dengan sendirinya.“Lah? Memang iya ‘kan barang bekas?” Lira mengangkat bahu dan menoleh pada Risdi. “Nih ya, Ran, aku kasih tahu. Pandangan o
Baca selengkapnya