Semua Bab Ganjaran Untuk Mantan Menyebalkan: Bab 11 - Bab 20

156 Bab

BAB 11 MENOLAK

"Iya, mereka berdua. Mereka yang sudah kuras uang saya." Mas Anang menunjuk Mas Yoga dan aku.BAB 11"Betul sekali, Bu Owner. Jadi gini, wanita ini mantan istri pacar saya yang ganteng dan yang memiliki jabatan General Manager ini. Tadi mereka itu jajan di pinggir jalan. Ya, karena kasihan lihat orang miskin di jalan, kami pun ajak mereka makan. Sekali-kali lah orang miskin makan di resto mewah milik Ibu ya." Aku amat terenyah dengan penjelasan dari wanita yang menjadi pacar Mas Anang. Dia berani sekali menghina anak di depan ibunya. Apalagi sebut-sebut miskin dengan tatapan meledek. Tak ada sopan santun."Oh, jadi kalian berdua ingin traktir mereka berdua tapi tak ada uang?" kata Bu Ine menanggapi."Bu, jaga bicara Ibu. Kalau Ibu bukan owner resto mewah ini, saya mungkin sudah adukan kata-kata Ibu ini ke hukum. Saya bukan tidak ada uang, tapi uang saya masih ada di rumah. Saya akan bawa dulu, apa susahnya sih? Restoran macam apa ini?" Degh!Mas Anang malah nyolot. Sepertinya dia be
Baca selengkapnya

BAB 12 SULTAN DILAWAN

Bu Ine pun menanggapi balik. "Pelanggan adalah Raja. Tapi tidak ada Raja semacam Mas Ini ya? Kalau ingin dihormati dan dihargai orang, hormatilah dan hargailah diri kamu sendiri. Silahkan bayar, baru boleh pergi!" gertak Bu Ine. Sepertinya saat ini Mas Anang benar-benar dipermalukan. Betul juga kata Bu owner, mana ada Raja semacam Mas Anang?"Lalu mau Anda apa?" Mas Anang nyolot sekali.~~~ Kom Komala ~~~***"Mau saya, Anda bayar sekarang juga, atau diam di sini bersih-bersih. Anda boleh pulang setelah resto ini tutup. Kalau tak ada orang yang datang untuk membayar ganti rugi, Anda dan Mbak ini tidak boleh pergi. Kalian bantu beres-beres di resto ini. Mengerti!"Wow, sungguh ini benar-benar membuatku tertawa lebar. Bu Ine dengan yakin meminta si general manager itu untuk bersih-bersih?"Apa? Anda menghina saya?" bentak Mas Anang."Mas, nurut saja, Mas. Lagipula, saya sejak tadi mendengar kesombongan Mas pada mantan istri Mas dan pacarnya itu. Saya pikir Mas mau bayar dan banyak uang.
Baca selengkapnya

BAB 13 PEMILIK RESTO MEWAH

"Kalian lagi ngapain di sini? Bukannya kalian ada meeting dengan WP?" Bu Ine bertanya kepada aku dan juga anaknya.Kami sekarang ngobrol di luar restoran karena akan segera pergi, sedangkan Mas Anang dan pacarnya mau tidak mau harus menuruti apa yang telah jadi konsekuensinya. Rasakan kamu, Mas. Ini mungkin baru permulaan secara tak direncana.Sepertinya dia tak ada yang membantu. Jangankan kalau miskin, teman Mas Anang saat ia sedang di atas saja tak ada yang bantu. Buktinya, tadi beberapa kali dia menghubungi sahabat, tak ada satupun yang nyangkut. "Ya, kami memang ada pertemuan dengan WP, Mah. Tapi mereka kecegat itu, ada pohon tumbang di arah ke sini. Mama kok bisa di sini? Tak kena macet?" tanya sang anak pada ibunya."Mama sejak tadi juga di sini. Dengar ada keributan dari pelayan, Mama langsung hampiri. Mama kaget sih saat lihat kamu." Bu Ine memberi kami alasan. Tapi bisa sekali beliau berakting. Tapi bukan akting juga, memangnya harus apa yang ia katakan tadi untuk bahas ana
Baca selengkapnya

BAB 14 MANTAN MERTUA

"Mama? Apa kabar, Mah?"Ternyata itu adalah mantan mertuaku. Ya, Ibu Mas Anang. Aku sodorkan tangan untuk menyalaminya. Bagaimanapun juga, dia adalah orang tua yang harus dihormati. Mantan mertua bersedia kusalami, namun wajahnya tetap angkuh sekali. Mas Anang juga keangkuhannya turun dari sang Ibu sepertinya."Baik. Kamu ngapain? Makan?" tanyanya sembari menyelidik penampilanku dari ujung kaki ke ujung kepala. Heuh, sebenarnya aku kesal dengan tatapannya itu, tapi mau bagaimana lagi."Iya, Mah. Maya akan makan di sini. Mama baru datang?" ujarku kembali."Enggak, saya ke sini cuma mau pesan makan untuk dibawa ke rumah. Oh ya, jangan panggil saya Mama lagi dong. Kamu sudah bukan menantu saya. Saya sudah punya lagi calon menantu yang lebih cantik dan baik dari kamu."Degh!Aku benar-benar terenyah dengan perkataan mantan Ibu mertua. Benar juga, kenapa aku harus panggil dia Mama? Mungkin karena sudah kebiasaan, jadi masih belum lupa."Baik, Bu. Saya panggil Ibu saja," ucapku."Nah, gitu
Baca selengkapnya

BAB 15 POV ANANG

PoV Anang***Namaku Anang Wiguna. Sebenarnya disingkat saja, namaku masih ada tengahnya.Hari ini aku lagi-lagi bertemu dengan Maya si mantan istri di jalanan. Dia sedang membeli kerak telor bersama pacarnya yang miskin itu.Dari penampilan dan wajah, memang pria itu lumayan, tapi, kalau dari segi ekonomi, ya dia apa? Jalan ke sana kemari dengan kaki saja. Tak ada kendaraan yang layak.Setelah bercerai denganku, sepertinya Maya tak bisa lagi dapatkan pria yang lebih dariku. Yang lebih kaya maksudnya. Sepertinya Maya malu mengakui kalau dirinya itu kalah di hadapanku. Sepertinya menyesal juga telah memilih kata talak daripada dimadu.Saat itu, aku dan sekretaris memang menjalin hubungan. Ya, sekadar ingin menikmati hal baru lah. Tapi saat itu Maya malah memergoki kami berdua. Bahkan mantan sekretaris itu, telah menyerahkan kehormatannya padaku. Dia itu seorang janda muda, jelaslah aku tertarik.Kenapa sekarang dia kusebut mantan sekretaris? Karena posisinya telah tergantikan. Sejak p
Baca selengkapnya

BAB 16 COPOT MASKER

-Anang-"Saya sudah merendahkan harga diri saya ya Bu untuk kerja di sini. Ibu jangan pancing emosi saya!" ucapku kesal."Jangan sombong! Andai kamu bisa bayar, kamu tidak akan kerja seperti ini! Sok-soan makan sampai puluhan juta dengan songong, tapi tidak bisa bayar," kritiknya semakin membuatku malu oleh para pelayan lain. Sepertinya mereka menertawakanku atas ini. Awas saja, setelah ini aku pastikan restoran ini sepi. Akan kuhasut semua orang supaya tidak makan di restoran ini."Saya bisa beli restoran ini, jangan sombong, Bu!" ujarku lagi dengan kesal padanya."Jangan sok mau beli, 35 juta saja kamu cuma bayar separuhnya. Ayok, cepat kerja! Oh ya, coba saya ingin lihat cara kamu melayani tamu!"Aku kaget dengan permintaan wanita tua di dekatku ini."Maksud Ibu bagaimana?" "Kamu coba layani tamu. Kamu ke depan dan sambut pelanggan. Ayok!" titahnya."Saya gak mau! Saya hanya bertugas di belakang ya, Bu?" Aku menolak dengan tegas.Sebenarnya cara bicara wanita tua ini adem sekali,
Baca selengkapnya

BAB 17 BIKIN MALU

- Anang -Aku benar-benar malu tingkat Dewa. Wajahku sepertinya masak sekali saat diejek oleh Tante rekan Ibu. Mati aku, mati!Ibu seketika menolehku dengan tatapan super kaget dipenuhi kemurkaan. "A … Anang? Kamu ngapain di sini? Kamu … kok pakek baju pelayan sih?" ucap Ibu dengan nada jijik. Mampus aku sekarang! Sudah sial, kena malu juga."Anang? Kamu!" Ibu mendekat lalu menyelidik."Bu! Aku … aku gak bisa bayar makan di resto ini. Uangku habis gara-gara si Maya dan pacarnya. Mereka kuras uangku!" Aku menjelaskan dengan cara bisik-bisik pada telinga Ibu. "Apa? Kok bisa?" Dia kaget."Selamat siang, ada apa ini?" Suara owner datang. "Kamu cepat layani pelanggan! Jangan berdiri saja!" titahnya padaku yang sedang ada di dekat Ibu. Ibu pun menganga tak habis pikir."Hah? Jeng? Jadi beneran? Anakmu pelayan?" Rekan Ibu kaget sekali mendengar apa yang diucapkan oleh owner. "Jeng, Jeng, Jeng jangan salah paham. Em, mungkin saja ini candaan anak saya. Dia memang begitu. Hehe." Ibu coba m
Baca selengkapnya

BAB 18 LESU

PoV Anang***"Aduh, lelah banget nih, Mas! Kamu harus ganti rugi semuanya. Kulitku kusam gara-gara kelamaan di dapur!" Sindy merengek kala kami baru saja keluar dari resto tepat pukul sepuluh malam. Lelah sekali hari ini. Apalagi dua bodyguard pemilik hotel terus stand by di tempat. Mereka tak memberikan aku dan Sindy napas lega. Menyesal sekali gara-gara si Maya, uangku habis banyak. Mana itu untuk sambung hidup. Untuk gaji asisten rumah tangga juga. Yang terpenting, bagian Ibu. Kalau Ibu sampai tak dapat bulanan, ia akan ngoceh."Aku juga sama, kamu pikir kamu doang?" ketusku terus berjalan di pinggir jalan yang ramai. Mungkin saja banyak yang mentertawakan kami dari dalam mobil sana. Kami bak gembel, jalan kaki dengan wajah lusuh sekali.Saat ini kami juga harus berjalan untuk bawa kendaraan di jarak seratus meteran. Hah, semoga saja mobil tak dicuri orang.Lampu-lampu pinggir kota menerangi setiap langkah kami berdua. Kalau saja mereka hidup, pasti saat ini sedang tertawa terbah
Baca selengkapnya

BAB 19 PESONA MANTAN

Tubuh Ibu terhempas ke sofa. Kalau ngamuk ya begini, Ibu tak bisa dicegah. Ah, biarakan saja, aku selalu menganggapnya kaleng rombeng saja."Udah ah, Bu, aku mau masuk! Mau mandi dan berendam air hangat. Tubuhku bau keringat!" Gegas aku bangkit dan tinggalkan Ibu sendiri yang sedang riweuh karena kena malu oleh rekannya. Sebenarnya aku juga sama, Bu, tapi malas untuk cerita. Sepertinya otakku sudah benar-benar muak sekali.***"Eh, tahu enggak? Aku lihat GM kita jadi pelayan di restoran? Aku kemarin ke resto diajak pacarku. Eh, dari kejauhan aku benar-benar lihat kalau Pak Anang sedang jadi pelayan!"Jleb!Terdengar bisik-bisik karyawanku saat langkah kaki ini mulai mendekat ke arah mereka. Karena posisi duduk balik dinding, jadi mereka tak tahu kalau aku sedang ada di sekitar."Ah, masak sih? Masak Pak Anang jadi pelayan? Dia kan angkuh sekali!"Kedua bola mataku membuka lebar. Ternyata kemarin ada karyawan yang melihatku jadi pelayan? Mati aku. "Masak sih?""Iya, katanya pas makan
Baca selengkapnya

BAB 20 DUNIA SEMPIT

PoV Maya***Hari ini aku resmi telah menjadi tunangan Mas Yoga. Semalam, acara lamaran dilangsungkan di rumahku secara sederhana. Yang hadir hanya keluarga saja. Dari apa yang kuketahui mengenai keluarga calon suami, nampak sekali mereka tidak gengsian. Meskipun lamaran tidak mewah, tapi yang penting sakral.Malam itu aku serasa di awang-awang. Bagaimana tidak? Aku yang bukan konglomerat malah selangkah lagi akan dipersunting oleh seorang pria keturunan Medan dan Minang.Sebenarnya untuk jadi istri keturunan orang daerah luar itu banyak sekali peraturan dan adat istiadat ternyata. Mungkin saja bila nanti aku sudah menjadi istri Mas Yoga, aku akan membeli marga dengan cara upacara adat kata Mas Yoga. Aku sih belum begitu paham. Ah, nanti saja bahas itu. Sekarang aku harus fokus kerja dulu.Sebenarnya setelah bertunangan aku merasa malu dan canggung bila bertemu dengan Mas Yoga. Ini rasanya seperti mimpi, karena ada rasa malu akan status, sehingga aku pun bersikap layaknya bos dan kary
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
16
DMCA.com Protection Status