"Mama? Apa kabar, Mah?"Ternyata itu adalah mantan mertuaku. Ya, Ibu Mas Anang. Aku sodorkan tangan untuk menyalaminya. Bagaimanapun juga, dia adalah orang tua yang harus dihormati. Mantan mertua bersedia kusalami, namun wajahnya tetap angkuh sekali. Mas Anang juga keangkuhannya turun dari sang Ibu sepertinya."Baik. Kamu ngapain? Makan?" tanyanya sembari menyelidik penampilanku dari ujung kaki ke ujung kepala. Heuh, sebenarnya aku kesal dengan tatapannya itu, tapi mau bagaimana lagi."Iya, Mah. Maya akan makan di sini. Mama baru datang?" ujarku kembali."Enggak, saya ke sini cuma mau pesan makan untuk dibawa ke rumah. Oh ya, jangan panggil saya Mama lagi dong. Kamu sudah bukan menantu saya. Saya sudah punya lagi calon menantu yang lebih cantik dan baik dari kamu."Degh!Aku benar-benar terenyah dengan perkataan mantan Ibu mertua. Benar juga, kenapa aku harus panggil dia Mama? Mungkin karena sudah kebiasaan, jadi masih belum lupa."Baik, Bu. Saya panggil Ibu saja," ucapku."Nah, gitu
Baca selengkapnya