All Chapters of Karma Pengkhianatan Calon Suamiku: Chapter 1 - Chapter 10

26 Chapters

BAB 1

Terdengar suara pintu kamar Hana diketuk pelan ketika Hana baru saja selesai sholat. Dengan cepat, Hana melepas mukena yang masih menempel di tubuhnya setelah selesai. "Ada apa, Bu?" tanya Hana pada ibunya yang berdiri di depan pintu saat pintu sudah terbuka. "Ali di luar," jawab ibu dengan senyum yang tersembunyi di balik bibirnya. Mendengar nama Ali disebut, Hana tersentak. Baru ingat, ia ada janji bertemu dengannya. Ia buru-buru merapikan mukena yang tergeletak di lantai, lalu mengambil khimar yang terjuntai di sana. "Al ... tunggu bentar, ya. Tunggu di dalam saja." "Gak apa-apa, di sini aja," jawab Ali dengan nada santai. "Ya sudah, tunggu sebentar, ya," jawab Hana sambil cepat-cepat masuk ke dalam kamar. Dengan tergesa, Hana memilih baju di lemari, yang bisa langsung dipakai tanpa perlu disetrika agar Ali tidak terlalu lama menunggu. Ia teringat, semestinya Ali sudah menghubunginya siang tadi untuk memastikan apakah mereka jadi bertemu atau tidak. Beberapa menit b
last updateLast Updated : 2023-01-21
Read more

BAB 2

"Hana! Ayo sarapan," suara Ibu terdengar dari dapur, nyaring seperti biasa. Sejak tadi pagi, Ibu sudah sibuk memasak, menyiapkan sarapan sebelum berangkat kerja. "Iya, Bu! Sebentar!" sahut Hana, sedikit meninggikan suara. Tangannya sibuk merapikan hijab segi empat berwarna krem yang serasi dengan tunik berbahan ceruty yang ia kenakan. Sentuhan makeup minimalis semakin menonjolkan kecantikannya, memberi kesan elegan namun tetap sederhana. Aroma nasi goreng khas buatan Ibu sudah tercium dari kamarnya, membuat perutnya semakin tak sabar untuk diisi. Saat duduk di meja makan, Hana langsung bertanya, "Bu, hari ini jadi ke rumah Tante Mila?" Ibu mengangguk sambil menuangkan teh hangat ke cangkir Hana. "Jadi. Oh ya, Ibu juga undang Ali." Sendok di tangan Hana terhenti sesaat. "Ali?" ulangnya ragu. "Iya, Ali. Kenapa? Kalian nggak akrab?" Hana menatap piringnya. "Bukan itu, Bu... Ali ternyata teman Yudha." Mata Ibu langsung membulat. "Yudha? Maksud kamu Yudha yang itu?" Hana m
last updateLast Updated : 2023-01-21
Read more

BAB 3

Flashback “Hana ikut keluar kota sama Anisa dan yang lain,” ucap Marco tiba-tiba, menghentikan kesibukan Hana di meja kerjanya. Mata Hana berbinar. Ini pertama kalinya ia mendapat kesempatan untuk ikut proyek luar kota setelah beberapa bulan bekerja. Semangatnya langsung meningkat. Sudah lama ia ingin pergi ke luar kota, apalagi untuk urusan pekerjaan. "Loh, kenapa Hana, Mas?" suara Risa menyela, nada suaranya terdengar kurang senang. "Biar Hana bisa belajar. Kamu kan sudah sering," jawab Marco santai sebelum melangkah keluar dari ruangan tim administrasi dan kreatif. Hana menangkap sekilas ekspresi tak suka di wajah Risa. Perasaan tak enak mulai muncul di benaknya. "Ini nggak apa-apa, kan, Nis?" bisik Hana pelan kepada Anisa, masih ragu. "Tenang aja, Bos sendiri yang nyuruh," jawab Anisa, menepuk punggung tangan Hana untuk meyakinkannya. "Udah, jangan dipikirin si Risa. Memang dia kayak gitu..." tambah Anisa dengan suara lebih pelan. ✨✨✨ Pagi itu, mereka semua berkumpul di s
last updateLast Updated : 2023-01-23
Read more

BAB 4

"Seru, kan, Han, kerja di luar?" ucap Anisa pada Hana yang duduk di sampingnya. Mereka sedang melihat proses pengambilan video di setiap ruangan vila. "Seru... kerja sambil healing, hehe," balas Hana, diikuti tawa kecil mereka berdua. Namun, perhatian Hana tak pernah lepas dari Yudha sedetik pun. Ia terus memperhatikan setiap gerakan pria itu—dari cara Yudha mengarahkan tim, mengatur pencahayaan, hingga menyusun tampilan ruangan agar terlihat lebih menarik. Setelah pekerjaan selesai, mereka berencana langsung pulang, mengingat sebelumnya sudah sempat berjalan-jalan. Namun, bagi Hana, perjalanan kerja kali ini lebih dari sekadar pengalaman baru. Setiap gerakan Yudha terasa menarik di matanya. Jika dalam keseharian Yudha sudah terlihat memesona, saat bekerja pesonanya justru semakin bertambah. Postur tinggi, mata teduh, alis tebal, kulit sawo matang, serta rambut yang selalu tertata rapi—semua itu membuat Hana semakin sulit mengalihkan pandangan. "Han, tolong ambilkan skrip yan
last updateLast Updated : 2023-01-23
Read more

BAB 5

Begitu memasuki rumah, Hana langsung disambut oleh ibunya yang tengah duduk di ruang tamu. "Gimana, Bu, tadi di rumah Tante?" tanyanya sambil melepas tas. "Alhamdulillah, hampir semua beres. Kamu sudah minta izin untuk lusa? Ada acara keluarga, kan?" Hari ini, ibu Hana baru saja pulang dari rumah Tante Mila, yang tengah mempersiapkan lamaran untuk anaknya. Hana menggeleng pelan. "Belum, Bu. Besok rencananya Hana mau bilang ke Mas Marco." Setelah itu, ia bergegas masuk ke kamar dan meletakkan tas di atas meja rias di samping tempat tidurnya. Tubuhnya terasa begitu lelah setelah perjalanan dari puncak. Namun, ada sesuatu yang mengganjal di hatinya—kekhawatiran setiap kali menghadiri acara keluarga. Pertanyaan yang sama akan selalu muncul. "Kapan nikah?" "Udah punya calon belum?" Hana sudah bosan mendengar itu semua, meskipun sering disampaikan dengan nada bercanda. Kalau boleh memilih, ia lebih suka tak menghadiri acara seperti itu. "Ya sudah, mandi dulu sana. Baru tidur," ujar
last updateLast Updated : 2023-01-25
Read more

BAB 6

"Hana berangkat dulu, Bu. Assalamu'alaikum," ujar Hana, mencium tangan ibunya sebelum pergi. Sebenarnya, ia masih lelah setelah perjalanan kemarin, ditambah lagi tidurnya larut malam. Tapi pekerjaan menunggunya, jadi ia tetap berangkat. Perjalanan ke studio memakan waktu sekitar dua puluh menit. Begitu sampai, ia baru saja mematikan motor ketika melihat Yudha keluar. "Mau ke mana, Yud?" tanyanya sambil melepas helm. "Ada urusan sebentar, aku keluar dulu, ya," jawab Yudha singkat sebelum melangkah pergi. Hana hanya mengangguk, lalu masuk ke dalam studio. Di meja kerja, Anisa sudah duduk sambil memainkan ponselnya. "Assalamu'alaikum," sapa Hana. "Wa’alaikumsalam. Kurang tidur, ya?" Anisa menatapnya dengan pandangan menilai. "Kelihatan banget?" Hana merogoh tasnya, mengambil cermin kecil. Ia mendesah pelan saat melihat bayangannya—matanya masih sedikit bengkak akibat kurang tidur. "Kamu nggak capek?" "Udah biasa, Han," jawab Anisa santai, menaik-turunkan alisnya. Wajar, Anisa sud
last updateLast Updated : 2023-02-02
Read more

Bab 7

Berikut revisi naskah agar lebih mengalir, jelas, dan memiliki emosi yang lebih kuat: "Aku mau berangkat. Ketemuan di sana, ya." Sebuah pesan dari Hana untuk Yudha. Hari ini mereka berencana makan malam bersama. Sejak perjalanan mereka ke puncak, hubungan mereka semakin dekat. Mereka sepakat bertemu di sebuah kafe yang lokasinya berada di tengah-tengah antara rumah mereka. Jarum jam di pergelangan tangan Hana menunjukkan pukul tujuh lewat lima belas. Lima belas menit berlalu dari waktu yang dijanjikan, tetapi Yudha belum juga muncul. Pesannya pun belum dibaca. Hana mulai gelisah. Ada sesuatu yang terjadi? pikirnya. Beberapa kali ia memeriksa ponsel. Tetap tidak ada pemberitahuan dari Yudha. Ting! Sebuah pesan masuk. Anisa: Han, keluar yuk! Ternyata dari Anisa. Hana sempat berpikir untuk mengajaknya ke kafe. Namun, bagaimana kalau tiba-tiba Yudha datang? Apa yang harus ia katakan? Ia mencoba menghubungi Yudha. Hanya nada sambungan yang terdengar. Hana mendesah kesal.
last updateLast Updated : 2023-03-11
Read more

Bab 8

"Ok... Aku udah mulai ngerti. Jadi, setelah Risa diterima di pemerintahan, Yudha batalin... karena itu tadi, ibunya?" "Dia bilang gak bisa menikah dalam waktu dekat. Katanya gak mau aku nunggu lama tanpa kepastian. Dia kasih aku kebebasan kalau mau jalan sama siapa pun..." Hana menarik napas dalam sebelum melanjutkan, "Tau-taunya beberapa bulan kemudian, dia nikah sama Risa." Anisa menatap Hana dengan iba. Sekarang semua masuk akal—kenapa Hana tidak datang ke pernikahan Yudha, kenapa dia menghapus pertemanan di media sosial, dan kenapa di kantor dia lebih banyak diam. Bahkan saat diajak keluar, selalu ada alasan untuk menolak. Semua itu karena Yudha. "Gila sih," ujar Anisa dengan nada geram. "Cuma gara-gara Risa diterima kerja di pemerintahan, Yudha langsung nikahin dia? Aku udah curiga, Han. Risa itu sering banget cari perhatian Yudha. Terus suka pamer kebersamaan mereka di sosmed. Kamu gak curiga?" Hana tersenyum kecut. "Curiga pasti. Tapi, kamu tahu sendiri kan, An... Yudha sela
last updateLast Updated : 2023-03-16
Read more

Bab 9

"Yud, tadi di kantor gimana?" tanya Ibu Yudha begitu Yudha tiba di rumah. Baru saja ia meletakkan tas di kamar, ibunya langsung masuk tanpa mengetuk. "Seperti biasa. Memangnya kenapa, Bu?" "Enggak, cuma ... kali aja Hana cerita sesuatu ke kamu. Soalnya tadi Ibu ketemu dia," kata Ibu Yudha sambil berjalan ke pintu, bersiap keluar kamar. "Ketemu di mana?" Yudha sedikit penasaran. "Di tempat makan. Tapi cuma saling sapa aja, kok," jawab Ibu Yudha singkat, lalu buru-buru keluar. Ia bersyukur Hana tidak menceritakan pertemuan mereka—terutama soal pinjaman uang. Dalam hati, Ibu Yudha sebenarnya merasa malu. Ia baru saja meminjam uang dengan alasan untuk kebutuhan pokok, tapi nyatanya malah bersantai dengan teman-temannya. Tring! Tring! Ponsel Yudha bergetar dari dalam tas. Ia mengeluarkannya dan segera mengangkat panggilan. "Halo, Yang ...," sapa Yudha pada penelepon yang ternyata adalah Risa, istrinya. "Besok jemput aku, ya? Aku ada pelatihan tiga hari di hotel. Jam tiga sore sampa
last updateLast Updated : 2023-03-17
Read more

Bab 10

Setelah pulang dari luar, Yudha dan Risa masuk ke kamar untuk berganti pakaian dan membersihkan diri. Setelahnya, mereka berkumpul bersama di ruang tengah, menikmati martabak yang Yudha beli sambil menonton acara televisi. "Ris, jalan-jalan dulu yuk sebelum kamu balik ke tempat kerja?" ajak Ibu Yudha dengan wajah sumringah. Ia selalu mengajak Risa pergi setiap kali menantunya pulang. Harapannya, ia bisa mendapatkan sesuatu, entah baju, tas, sepatu, atau kosmetik seperti dulu sebelum Risa menikah dengan Yudha. Risa yang asyik menatap layar ponsel hanya menjawab santai, tanpa mengalihkan pandangan. "Lihat nanti ya, Bu, kalau Risa gak capek." Ibu Yudha langsung kesal mendengar jawabannya. Ekspresinya berubah, meskipun ia berusaha menyembunyikannya. Yudha yang duduk di samping Risa menyenggol lengannya pelan. "Main ponselnya bisa nanti aja, gak? Ibu lagi ngomong sama kamu." "Aku lagi periksa kerjaan, Beb," sahut Risa tanpa sedikit pun menurunkan ponselnya. "Iya, tapi bisa nanti kan?
last updateLast Updated : 2023-03-18
Read more
PREV
123
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status