Home / Romansa / Karma Pengkhianatan Calon Suamiku / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Karma Pengkhianatan Calon Suamiku: Chapter 11 - Chapter 20

26 Chapters

Bab 11

“Kamu kapan, Han? tuh Syifa udah lamaran, kamu nya masih aja belum ada pasangan,” celetuk Tante Mila. Hana yang mendengar perkataan itu, merasa sedikit risih saat pertanyaan itu di lontarkan di depan keluarga yang lain. Entah pertanyaan keberapa kali yang sudah ia dengar. Hana menatap tante Mila. “Doakan cepet nyusul Syifa, Tante …,” tak mudah bagi Hana untuk tersenyum. Seolah semua baik-baik saja padahal hati sudah perih. Apalagi kejadian ia batal tunangan masih jelas di ingatannya. “Jodoh gak ada yang tau kapan datangnya, cukup doakan semoga dapat yang terbaik,” kali ini paman Syakir yang begitu dihormati dikeluarga Hana buka suara. Beliau kakak tertua Ibu Hana sementara tante Mila adalah adik dari Ibunya. Mereka tiga bersaudara. ‘Alhamdulillah masih ada yang belain’ ucap Hana dalam hati. Jika ada Ifa, Tante Mila pasti tidak akan berkata seperti itu, karena ifa “Kamu kapan, Han? Tuh, Syifa udah lamaran. Kamu masih aja sendiri,” celetuk Tante Mila dengan nada setengah meledek. Ha
last updateLast Updated : 2023-03-19
Read more

Bab 12

"Kamu pulang malam ini, Ris?" tanya Ibu Yudha pada Risa yang baru saja pulang dari pelatihan. Ia datang sendirian karena Yudha masih sibuk dengan pekerjaannya. "Iya, Bu. Biar subuh sudah sampai di sana," jawab Risa sambil duduk di ruang tamu. Ia meneguk air mineral yang dibawanya dari tempat pelatihan. "Bu, aku rencana mau beli motor baru. Biar lebih gampang ke mana-mana di tempat kerja. Gak enak terus-terusan nebeng atau pinjam motor teman." "Ya, beli aja. Asal ada uangnya," sahut Ibu Yudha setuju, meski dalam hati ia merasa khawatir. Kalau-kalau Risa minta dibelikan oleh Yudha. Sejak menikah, uang bulanan yang diberikan Yudha padanya berkurang drastis. Suaminya memang masih bekerja, tapi hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari—tidak bisa memenuhi gaya hidupnya. "Ada, kok. Aku cari yang bekas aja." "Bekas? Kenapa gak kredit yang baru? Eh, Ris, kenapa gak sekalian beli mobil aja? Kan bisa pakai SK kamu buat jaminan di bank," usul Ibu Yudha. Pikirannya melayang pada pertemuannya den
last updateLast Updated : 2023-03-25
Read more

Bab 13

Hana baru saja hendak menyalakan motornya ketika tiba-tiba Yudha muncul di depan rumah. Jantungnya berdegup kencang. Untuk apa Yudha datang pagi-pagi begini? Jika saja Yudha masih lajang, mungkin tak ada masalah. Tapi sekarang, dia sudah berstatus suami. Bagaimana jika ada yang melihat mereka? Atau ada yang mengenali Yudha? Apa jadinya nanti? “Berangkat sama aku aja, Han,” ujar Yudha sambil turun dari motornya. “Gak usah. Aku pakai motor sendiri aja,” Hana menolak, tetap duduk di atas motornya. “Sekalian aja, toh hari ini kita kerja bareng. Lumayan jauh juga.” Yudha berusaha membujuknya. Hana ragu. Memang benar, hari ini mereka ada pekerjaan di luar kota bersama rekan-rekan lain. Perjalanan akan memakan waktu sekitar satu jam. “Udahlah,” tanpa aba-aba, Yudha mengambil kunci motor Hana. “Sama aku aja.” “Berangkat barengnya nanti dari studio aja. Biar ke studio aku naik motor sendiri.” Hana tetap menolak. “Gak enak dilihat yang lain.” “Kenapa? Takut Ali tahu?” Yudha menatapnya taj
last updateLast Updated : 2023-04-12
Read more

Bab 14

“Nis, coba baca ini?” Hana menyerahkan ponselnya pada Anisa, memperlihatkan pesan dari Risa. “Dih… apaan sih, si rebut-rebut. Udah abaikan aja, Han.” Anisa mengembalikan ponsel sambil mendecak kesal. Sementara itu, mereka berdua menatap ke arah Yudha yang sibuk mengambil foto. Hana terdiam, pikirannya kembali dipenuhi pertanyaan yang tak kunjung mendapatkan jawaban. Kenapa Yudha bisa memilih Risa? Jika dipikirkan lagi, dia pun tak kalah dengan Risa. Bedanya, Risa adalah AS*, sementara dirinya hanya karyawan biasa. Hal itu sering membuatnya merasa tidak percaya diri. Apa karena dia tidak cukup cantik? Atau karena statusnya yang hanya karyawan biasa ini? Merasa bosan dengan pikirannya sendiri, Hana membuka YouTube. Akhir-akhir ini, dia sering menonton video tentang nasihat romansa. Matanya tertuju pada sebuah kalimat yang tiba-tiba menyadarkannya: "Jika seseorang tidak memilihmu, bukan berarti kamu buruk. Orang yang benar-benar mencintaimu tidak akan menjadikanmu pilihan, tetapi menj
last updateLast Updated : 2023-04-29
Read more

Bab 15

Suara mobil berhenti di depan rumah. Yudha tetap berbaring, tidak berniat beranjak. Tubuhnya terasa lelah setelah seharian bekerja. Ia mengira itu hanya mobil tetangga yang lewat. Tak lama, pintu depan terbuka. "Assalamu'alaikum...." Suara ibunya terdengar. Saat Yudha pulang tadi, rumah terlihat sepi. Ternyata hanya ada adiknya di rumah sendirian. Menurut adiknya, ibu pergi membeli martabak dengan temannya, lalu menyuruh adiknya pulang lebih dulu. Tiba-tiba, suara kunci berputar terdengar. Pintu kamar terbuka, dan di ambangnya berdiri ibunya dengan sebuah kantong plastik berisi martabak. "Di depan ada Hana. Sama temannya, katanya teman sekolah kamu dulu. Temuin bentar," ujar sang ibu santai. Mata Yudha menyipit. Teman sekolah? Apa mungkin Ali?. Tanpa banyak tanya, ia bergegas keluar. Begitu membuka pintu, pandangannya langsung tertuju pada mobil hitam yang terparkir di depan rumah. Kaca mobil terbuka, memperlihatkan wajah Ali yang tersenyum ke arahnya. Dugaan Yudha benar. "Tadi
last updateLast Updated : 2023-06-16
Read more

Bab 16

Suasana yang ramai itu, mendadak terasa hening bagi Hana itu mendadak hening. "Ada apa?" Sani, yang sejak tadi bicara seenaknya, kini justru bertanya ketika melihat suasana berubah tegang. Tatapannya berpindah dari satu orang ke orang lainnya, mencari jawaban. "Jangan bilang, Hana belum cerita?" ucapnya lagi, kali ini dengan nada canggung. Baru sekarang dia menyadari ucapannya bisa menimbulkan masalah. Sementara itu, Yudha tetap berdiri di tempatnya, diam. Rahangnya mengeras, jelas tidak senang dengan situasi ini. Hana, yang sejak tadi menunduk, merasa kepalanya berdenyut. Apa yang harus aku lakukan? batinnya. Aku belum siap menjelaskan semuanya ke Ali, tapi sekarang dia justru tahu dari orang lain. “Nanti aku jelasin,” akhirnya Hana berkata, suaranya pelan tapi tegas. Tangannya terangkat, menggenggam tangan Ali seakan mencari kekuatan. Dari posisinya, Hana bisa mendengar Yudha menghela napas berat. Lalu, terdengar tawa kecil, sinis. "Eh, foto keluarga dulu, yuk!" suara c
last updateLast Updated : 2023-06-28
Read more

Bab 17

"Hana pulang duluan, ya, Bu," pamit Hana kepada ibunya. Setelah mendapat izin, ia berpamitan kepada keluarga yang lain. Lagipula, beberapa orang juga sudah lebih dulu meninggalkan acara. "Jangan lama-lama, Han. Cepetan nyusul!" seru Tante Mila saat Hana berpamitan padanya. "Doain aja, Tan. Jangan lupa nanti ikut bantuin dananya kalau Hana nikah," balas Hana santai. Ekspresi Tante Mila langsung berubah, dan Hana hanya bisa tersenyum sinis. Ia sudah terlalu jengah dengan kebiasaan tantenya yang selalu ikut campur. Sekilas, ia melihat Yudha masih berbicara dengan Sani. Hana memilih mengabaikannya, bahkan tidak berpamitan. Hanya Ali yang berpamitan, katanya tidak enak kalau pergi tanpa izin. "Aku gak nyangka Yudha berani datang. Apa dia gak punya malu?" gumam Ifa begitu Ali menjauh. "Yudha ngomong apa tadi?" tanya Ifa lagi, penasaran. "Ya, gitu lah," jawab Hana enggan menjelaskan lebih jauh. Ifa menghela napas, lalu menyeruput minumannya. Pandangannya tak lepas dari dua pria
last updateLast Updated : 2023-07-01
Read more

Bab 18

Flashback Risa mendengus pelan. "Kenapa sih harus Hana?" Kesal benar rasanya. Kenapa bos menyuruhnya bekerja sama dengan Hana? Ada Anisa dan Ayu, tapi tetap saja yang dipilih Hana. Dari awal masuk, Risa memang tidak suka dengan perempuan itu. Wajahnya memang manis, diakui atau tidak. Tidak heran jika Yudha terus melirik ke arahnya. Bukan hanya Yudha, banyak rekan kerja lain juga seperti itu. Apalagi waktu itu, Hana yang ditunjuk untuk ikut pemotretan ke Puncak. Sialan. Baru satu hari Risa tidak masuk, perempuan itu sudah mengambil peran besar. Dulu, saat Risa baru bekerja di sini, tidak ada kesempatan seperti itu. Hampir setahun ia bekerja, barulah mendapat proyek luar kota. Itu pun masih lebih banyak ditempatkan di bagian customer service. Sementara Hana? Baru beberapa bulan sudah dilibatkan dalam berbagai proyek besar. Apa karena kecantikannya si bos jadi lebih memperhatikannya? Tidak, Risa tidak bisa diam saja. "Woy, kenapa melamun?" Suara Ayu membuyarkan lamun
last updateLast Updated : 2023-07-02
Read more

Bab 19

Ayu… Yudha udah di kantor. Risa mengirim pesan itu kepada Ayu. Sejak tadi, Yudha tidak bisa dihubungi. Bahkan pesan terbarunya pagi ini pun tak dibalas. Hal itu semakin membuatnya kesal. Pesan terakhir yang dibalas Yudha adalah tengah malam tadi. Gila aja, seharian hampir gak bisa dihubungi, gerutunya. Ketidakhadiran Yudha di ponsel membuat Risa kurang fokus bekerja. Matanya terus tertuju pada layar ponsel, menunggu balasan. Jam di layar menunjukkan pukul 08.49—harusnya Yudha sudah tiba di kantor. Udah nih, baru aja datang. Kenapa? balas Ayu, tak lupa mengirim foto Yudha yang baru saja memasuki kantor. Risa menatap foto itu. Yudha mengenakan jaket cokelat muda—sama seperti yang ia punya. Seperti jaket couple jika mereka mengenakannya bersama. Padahal, Yudha membelinya lebih dulu, dan Risa membelinya belakangan. Bilangin sama Yudha buka chat. Ayu langsung membalas Oke dan berjalan ke arah Yudha yang baru saja duduk. “Yud, kata Risa buka pesan,” ucapnya. "Ok, thank you, Ayuu…," j
last updateLast Updated : 2023-07-03
Read more

Bab 20

"Udah lama banget kita gak liburan berdua ya, Han?" ucap Ifa saat mereka dalam perjalanan menuju Kota M. Dari sana, mereka akan melanjutkan perjalanan ke Kota J dengan kereta, sesuai rencana yang sudah mereka buat jauh-jauh hari. Karena hari ini Jumat, Hana meminta izin cuti sehari. Biasanya, ia dan Ifa libur di hari Sabtu dan Minggu, kecuali ada permintaan mendadak dari kantor. Sejak mulai bekerja, Hana sudah jarang liburan, terlebih saat pandemi melanda. Bahkan ketika sedang galau sekalipun, ia lebih memilih berdiam diri di rumah. "Bener, Fa. Ali tadinya mau ikut, tapi kerjaan lagi gak bisa ditinggal," jawab Hana saat mereka sudah duduk di dalam pesawat. "Nanti aja kalian berdua," goda Ifa sambil mengangkat alisnya. Hana hanya bisa tertawa kecil mendengar candaan sepupunya itu. Mereka hanya terpaut satu tahun, dan Ifa adalah sepupu yang paling dekat dengannya. Dengan Ria, kakak Ifa, Hana juga cukup akrab, tapi tidak seerat dengan Ifa. Berbeda dengan Syifa dan Sani, anak dari Tant
last updateLast Updated : 2023-08-11
Read more
PREV
123
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status