Share

Bab 9

Penulis: Ana
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-17 22:19:19
"Yud, tadi di kantor gimana?" tanya Ibu Yudha begitu Yudha tiba di rumah. Baru saja ia meletakkan tas di kamar, ibunya langsung masuk tanpa mengetuk.

"Seperti biasa. Memangnya kenapa, Bu?"

"Enggak, cuma ... kali aja Hana cerita sesuatu ke kamu. Soalnya tadi Ibu ketemu dia," kata Ibu Yudha sambil berjalan ke pintu, bersiap keluar kamar.

"Ketemu di mana?" Yudha sedikit penasaran.

"Di tempat makan. Tapi cuma saling sapa aja, kok," jawab Ibu Yudha singkat, lalu buru-buru keluar. Ia bersyukur Hana tidak menceritakan pertemuan mereka—terutama soal pinjaman uang.

Dalam hati, Ibu Yudha sebenarnya merasa malu. Ia baru saja meminjam uang dengan alasan untuk kebutuhan pokok, tapi nyatanya malah bersantai dengan teman-temannya.

Tring! Tring!

Ponsel Yudha bergetar dari dalam tas. Ia mengeluarkannya dan segera mengangkat panggilan.

"Halo, Yang ...," sapa Yudha pada penelepon yang ternyata adalah Risa, istrinya.

"Besok jemput aku, ya? Aku ada pelatihan tiga hari di hotel. Jam tiga sore sampa
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Karma Pengkhianatan Calon Suamiku   Bab 10

    Setelah pulang dari luar, Yudha dan Risa masuk ke kamar untuk berganti pakaian dan membersihkan diri. Setelahnya, mereka berkumpul bersama di ruang tengah, menikmati martabak yang Yudha beli sambil menonton acara televisi. "Ris, jalan-jalan dulu yuk sebelum kamu balik ke tempat kerja?" ajak Ibu Yudha dengan wajah sumringah. Ia selalu mengajak Risa pergi setiap kali menantunya pulang. Harapannya, ia bisa mendapatkan sesuatu, entah baju, tas, sepatu, atau kosmetik seperti dulu sebelum Risa menikah dengan Yudha. Risa yang asyik menatap layar ponsel hanya menjawab santai, tanpa mengalihkan pandangan. "Lihat nanti ya, Bu, kalau Risa gak capek." Ibu Yudha langsung kesal mendengar jawabannya. Ekspresinya berubah, meskipun ia berusaha menyembunyikannya. Yudha yang duduk di samping Risa menyenggol lengannya pelan. "Main ponselnya bisa nanti aja, gak? Ibu lagi ngomong sama kamu." "Aku lagi periksa kerjaan, Beb," sahut Risa tanpa sedikit pun menurunkan ponselnya. "Iya, tapi bisa nanti kan?

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-18
  • Karma Pengkhianatan Calon Suamiku   Bab 11

    “Kamu kapan, Han? tuh Syifa udah lamaran, kamu nya masih aja belum ada pasangan,” celetuk Tante Mila. Hana yang mendengar perkataan itu, merasa sedikit risih saat pertanyaan itu di lontarkan di depan keluarga yang lain. Entah pertanyaan keberapa kali yang sudah ia dengar. Hana menatap tante Mila. “Doakan cepet nyusul Syifa, Tante …,” tak mudah bagi Hana untuk tersenyum. Seolah semua baik-baik saja padahal hati sudah perih. Apalagi kejadian ia batal tunangan masih jelas di ingatannya. “Jodoh gak ada yang tau kapan datangnya, cukup doakan semoga dapat yang terbaik,” kali ini paman Syakir yang begitu dihormati dikeluarga Hana buka suara. Beliau kakak tertua Ibu Hana sementara tante Mila adalah adik dari Ibunya. Mereka tiga bersaudara. ‘Alhamdulillah masih ada yang belain’ ucap Hana dalam hati. Jika ada Ifa, Tante Mila pasti tidak akan berkata seperti itu, karena ifa “Kamu kapan, Han? Tuh, Syifa udah lamaran. Kamu masih aja sendiri,” celetuk Tante Mila dengan nada setengah meledek. Ha

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-19
  • Karma Pengkhianatan Calon Suamiku   Bab 12

    "Kamu pulang malam ini, Ris?" tanya Ibu Yudha pada Risa yang baru saja pulang dari pelatihan. Ia datang sendirian karena Yudha masih sibuk dengan pekerjaannya. "Iya, Bu. Biar subuh sudah sampai di sana," jawab Risa sambil duduk di ruang tamu. Ia meneguk air mineral yang dibawanya dari tempat pelatihan. "Bu, aku rencana mau beli motor baru. Biar lebih gampang ke mana-mana di tempat kerja. Gak enak terus-terusan nebeng atau pinjam motor teman." "Ya, beli aja. Asal ada uangnya," sahut Ibu Yudha setuju, meski dalam hati ia merasa khawatir. Kalau-kalau Risa minta dibelikan oleh Yudha. Sejak menikah, uang bulanan yang diberikan Yudha padanya berkurang drastis. Suaminya memang masih bekerja, tapi hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari—tidak bisa memenuhi gaya hidupnya. "Ada, kok. Aku cari yang bekas aja." "Bekas? Kenapa gak kredit yang baru? Eh, Ris, kenapa gak sekalian beli mobil aja? Kan bisa pakai SK kamu buat jaminan di bank," usul Ibu Yudha. Pikirannya melayang pada pertemuannya den

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-25
  • Karma Pengkhianatan Calon Suamiku   Bab 13

    Hana baru saja hendak menyalakan motornya ketika tiba-tiba Yudha muncul di depan rumah. Jantungnya berdegup kencang. Untuk apa Yudha datang pagi-pagi begini? Jika saja Yudha masih lajang, mungkin tak ada masalah. Tapi sekarang, dia sudah berstatus suami. Bagaimana jika ada yang melihat mereka? Atau ada yang mengenali Yudha? Apa jadinya nanti? “Berangkat sama aku aja, Han,” ujar Yudha sambil turun dari motornya. “Gak usah. Aku pakai motor sendiri aja,” Hana menolak, tetap duduk di atas motornya. “Sekalian aja, toh hari ini kita kerja bareng. Lumayan jauh juga.” Yudha berusaha membujuknya. Hana ragu. Memang benar, hari ini mereka ada pekerjaan di luar kota bersama rekan-rekan lain. Perjalanan akan memakan waktu sekitar satu jam. “Udahlah,” tanpa aba-aba, Yudha mengambil kunci motor Hana. “Sama aku aja.” “Berangkat barengnya nanti dari studio aja. Biar ke studio aku naik motor sendiri.” Hana tetap menolak. “Gak enak dilihat yang lain.” “Kenapa? Takut Ali tahu?” Yudha menatapnya taj

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-12
  • Karma Pengkhianatan Calon Suamiku   Bab 14

    “Nis, coba baca ini?” Hana menyerahkan ponselnya pada Anisa, memperlihatkan pesan dari Risa. “Dih… apaan sih, si rebut-rebut. Udah abaikan aja, Han.” Anisa mengembalikan ponsel sambil mendecak kesal. Sementara itu, mereka berdua menatap ke arah Yudha yang sibuk mengambil foto. Hana terdiam, pikirannya kembali dipenuhi pertanyaan yang tak kunjung mendapatkan jawaban. Kenapa Yudha bisa memilih Risa? Jika dipikirkan lagi, dia pun tak kalah dengan Risa. Bedanya, Risa adalah AS*, sementara dirinya hanya karyawan biasa. Hal itu sering membuatnya merasa tidak percaya diri. Apa karena dia tidak cukup cantik? Atau karena statusnya yang hanya karyawan biasa ini? Merasa bosan dengan pikirannya sendiri, Hana membuka YouTube. Akhir-akhir ini, dia sering menonton video tentang nasihat romansa. Matanya tertuju pada sebuah kalimat yang tiba-tiba menyadarkannya: "Jika seseorang tidak memilihmu, bukan berarti kamu buruk. Orang yang benar-benar mencintaimu tidak akan menjadikanmu pilihan, tetapi menj

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-29
  • Karma Pengkhianatan Calon Suamiku   Bab 15

    Suara mobil berhenti di depan rumah. Yudha tetap berbaring, tidak berniat beranjak. Tubuhnya terasa lelah setelah seharian bekerja. Ia mengira itu hanya mobil tetangga yang lewat. Tak lama, pintu depan terbuka. "Assalamu'alaikum...." Suara ibunya terdengar. Saat Yudha pulang tadi, rumah terlihat sepi. Ternyata hanya ada adiknya di rumah sendirian. Menurut adiknya, ibu pergi membeli martabak dengan temannya, lalu menyuruh adiknya pulang lebih dulu. Tiba-tiba, suara kunci berputar terdengar. Pintu kamar terbuka, dan di ambangnya berdiri ibunya dengan sebuah kantong plastik berisi martabak. "Di depan ada Hana. Sama temannya, katanya teman sekolah kamu dulu. Temuin bentar," ujar sang ibu santai. Mata Yudha menyipit. Teman sekolah? Apa mungkin Ali?. Tanpa banyak tanya, ia bergegas keluar. Begitu membuka pintu, pandangannya langsung tertuju pada mobil hitam yang terparkir di depan rumah. Kaca mobil terbuka, memperlihatkan wajah Ali yang tersenyum ke arahnya. Dugaan Yudha benar. "Tadi

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-16
  • Karma Pengkhianatan Calon Suamiku   Bab 16

    Suasana yang ramai itu, mendadak terasa hening bagi Hana itu mendadak hening. "Ada apa?" Sani, yang sejak tadi bicara seenaknya, kini justru bertanya ketika melihat suasana berubah tegang. Tatapannya berpindah dari satu orang ke orang lainnya, mencari jawaban. "Jangan bilang, Hana belum cerita?" ucapnya lagi, kali ini dengan nada canggung. Baru sekarang dia menyadari ucapannya bisa menimbulkan masalah. Sementara itu, Yudha tetap berdiri di tempatnya, diam. Rahangnya mengeras, jelas tidak senang dengan situasi ini. Hana, yang sejak tadi menunduk, merasa kepalanya berdenyut. Apa yang harus aku lakukan? batinnya. Aku belum siap menjelaskan semuanya ke Ali, tapi sekarang dia justru tahu dari orang lain. “Nanti aku jelasin,” akhirnya Hana berkata, suaranya pelan tapi tegas. Tangannya terangkat, menggenggam tangan Ali seakan mencari kekuatan. Dari posisinya, Hana bisa mendengar Yudha menghela napas berat. Lalu, terdengar tawa kecil, sinis. "Eh, foto keluarga dulu, yuk!" suara c

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-28
  • Karma Pengkhianatan Calon Suamiku   Bab 17

    "Hana pulang duluan, ya, Bu," pamit Hana kepada ibunya. Setelah mendapat izin, ia berpamitan kepada keluarga yang lain. Lagipula, beberapa orang juga sudah lebih dulu meninggalkan acara. "Jangan lama-lama, Han. Cepetan nyusul!" seru Tante Mila saat Hana berpamitan padanya. "Doain aja, Tan. Jangan lupa nanti ikut bantuin dananya kalau Hana nikah," balas Hana santai. Ekspresi Tante Mila langsung berubah, dan Hana hanya bisa tersenyum sinis. Ia sudah terlalu jengah dengan kebiasaan tantenya yang selalu ikut campur. Sekilas, ia melihat Yudha masih berbicara dengan Sani. Hana memilih mengabaikannya, bahkan tidak berpamitan. Hanya Ali yang berpamitan, katanya tidak enak kalau pergi tanpa izin. "Aku gak nyangka Yudha berani datang. Apa dia gak punya malu?" gumam Ifa begitu Ali menjauh. "Yudha ngomong apa tadi?" tanya Ifa lagi, penasaran. "Ya, gitu lah," jawab Hana enggan menjelaskan lebih jauh. Ifa menghela napas, lalu menyeruput minumannya. Pandangannya tak lepas dari dua pria

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-01

Bab terbaru

  • Karma Pengkhianatan Calon Suamiku   Bab 26

    Hana mengernyit saat mendapati Yudha berdiri di depan pintu kamarnya."Ada apa?"Yudha merogoh saku, mengeluarkan beberapa lembar uang, lalu meraih tangan Hana dan meletakkannya di sana."Ini uang yang ibu pinjam dulu. Aku baru tahu soal ini, dan aku ingin segera mengembalikannya."Hana menatap uang itu. Sempat ragu untuk menerima, tapi menolak pun terasa seperti menghina keluarga Yudha."Oh, oke." Ia hendak menarik tangannya, tapi Yudha menggenggamnya lebih erat.Tatapan mereka bertemu."Maaf...." suara Yudha terdengar lirih, penuh penyesalan.Hana hanya diam."Beri aku satu kesempatan lagi...."Hana tercekat. Entah kenapa, mendengar kata-kata itu, dadanya terasa sesak.Ia mengerjap, mencoba memahami apa yang baru saja dikatakan Yudha. "Apa maksudmu?"Yudha menatapnya dalam-dalam. "Aku menyesal, Han ... Aku menyesal memilih Risa. Seharusnya aku tidak pernah meninggalkanmu. Tidak harus mendengarkan Ibu. Aku bodoh."Jantung Hana berdegup kencang. Kata-kata itu, andai saja ia dengar dul

  • Karma Pengkhianatan Calon Suamiku   Bab 25

    Ponsel Hana berdering saat ia tiba di hotel. Nomor asing, tapi foto profilnya jelas memperlihatkan wajah Risa. Hana menghela napas berat. Rasanya sudah cukup lelah berurusan dengan wanita itu, tapi ia tetap menjawab dengan enggan. "Assalamu'alaikum." "Wa'alaikumsalam. Han, aku gak jadi nitip. Aku ambil aja langsung. Kamu di mana?" Suara Risa terdengar tanpa basa-basi. Yudha, yang berdiri di samping istrinya, mengernyit heran. Ia mendengar Risa menyebut nama "Han". Apakah itu Hana? "Baru sampai hotel. Ini mau masuk." "Aku tunggu di lobi." Telepon terputus begitu saja. Tanpa sopan santun. Hana kembali menarik napas, berusaha menahan kekesalan. "Kenapa?" tanya Ali. "Risa mau ambil titipannya sendiri. Dia nunggu di lobi." Tak lama, mereka tiba di lobi hotel. Hana berjalan menuju meja resepsionis, sementara Ifa memilih langsung ke kamar. "Han!" Suara Risa terdengar lantang. Hana menoleh, dan betapa terkejutnya ia melihat siapa yang berdiri di sebelah Risa. Yudha.

  • Karma Pengkhianatan Calon Suamiku   Bab 24

    Seharian ini Yudha bekerja dengan gelisah. Pikirannya terus melayang ke kota tempat Risa, Hana, dan Ali berada. Ia tidak bisa mengabaikan fakta bahwa mereka bertiga ada di satu tempat yang sama. Keinginan untuk menyusul semakin kuat, tetapi keuangan sedang tidak stabil. Lagi pula, mereka akan kembali bekerja pada hari Senin. Namun, semakin ia mencoba menahan diri, semakin tidak tenang rasanya. Akhirnya, muncul ide untuk meminjam uang kepada Zaki, rekan kerjanya yang sedang sibuk di depan laptop. "Zak, lo ada uang nggak? Gue mau pinjam," tanya Yudha langsung. Zaki menoleh dengan dahi berkerut. "Tumbenan lo pinjam uang. Berapa?" Yudha cepat menghitung perkiraan biaya tiket pesawat pulang-pergi, transportasi, makan, serta penginapan karena tidak mungkin tidur sekamar dengan Risa yang berbagi kamar dengan rekan kerjanya. Setelah semuanya ia perhitungkan, ia menunjukkan angka di layar ponselnya. Zaki membulatkan mata. "Segini?" "Ya. Gue transfer sekarang ya?" "Transfer aja, br

  • Karma Pengkhianatan Calon Suamiku   Bab 23

    "Mbak, kenal sama cowok tadi?" suara seseorang tiba-tiba menyapa Sasa, yang masih termenung setelah kejadian tadi. Sasa menoleh. Seorang perempuan berdiri di dekatnya, wajahnya tampak penasaran. Sasa mengerutkan kening. "Maaf, kita kenal?" Perempuan itu tersenyum tipis, seolah memahami kebingungan Sasa. "Oh, saya Risa. Dulu satu tempat kerja sama cewek yang dihampiri cowok sama Mbak tadi." Mendengar itu, Sasa langsung tertarik. "Oh ya? Terus?" Risa mendekat sedikit, menurunkan suaranya. "Dia itu centil, Mbak. Suka goda laki orang. Suami saya yang udah nikah aja masih dideketin." Sasa tertegun. "Maksudnya... dia deket sama cowok tadi?" "Sepertinya, sih. Suami saya pernah lihat foto mereka bareng," ujar Risa, nada suaranya terdengar sedikit puas setelah menyampaikan informasi itu. Sasa menghela napas. Tanpa ia sadari, ia bertemu dengan seseorang yang mungkin sudah menggantikan posisinya di hati Ali—lelaki yang masih sangat ia rindukan. Penyesalan menyelip di hatinya. Dulu

  • Karma Pengkhianatan Calon Suamiku   Bab 22

    "Han, sudah siap?" tanya Ifa. Mereka berencana kulineran di luar. Cuaca yang tadi mendung kini berubah lebih cerah, meskipun tidak sepenuhnya. Setidaknya cukup nyaman untuk berjalan-jalan. Tujuan mereka kali ini adalah sebuah depot legendaris yang sudah berdiri sejak puluhan tahun lalu, bahkan sebelum mereka lahir. Konon, makanan di sana sangat enak, mulai dari mie hingga lumpia yang banyak digemari orang. Mereka memilih berjalan kaki. Sekitar lima belas menit kemudian, mereka tiba di lokasi. Suasana depot ramai, hampir tidak ada kursi kosong. Aroma khas makanan menyeruak, menggoda selera. Perut mereka yang sudah lapar sejak tadi pun semakin tidak sabar untuk diisi. "Mau pesan apa? Makan di sini atau dibungkus?" tanya seorang pegawai, kira-kira berusia awal dua puluhan, kepada mereka yang berdiri di dekat etalase menu. "Makan di sini. Ada tempat kosong, nggak, Mbak?" Ifa bertanya sambil celingukan mencari meja kosong. "Berapa orang? Saya cek dulu, ya." "Dua orang," sahut Ifa. Si

  • Karma Pengkhianatan Calon Suamiku   Bab 21

    "Ngapain kamu di sini? Ada kerjaan sama yang lain? Sama Yudha juga? Dia nggak bilang apa-apa?" Risa membombardir Hana dengan banyak pertanyaan. Sementara itu, ia membiarkan rekannya melakukan check-in. Dengan angkuh, ia melipat kedua tangannya di dada, wajahnya penuh kesombongan. Sebelum jadi pegawai saja sudah sombong, sekarang malah makin menjadi, batinnya. "Liburan, berdua sama sepupu," jawab Hana singkat, padat, dan jelas. Baginya, tidak ada alasan untuk memberikan penjelasan lebih lanjut, apalagi bertanya kabar. Lagipula, orang di depannya ini sepertinya sudah membencinya sampai ke ubun-ubun. "Enak banget, ya? Yang lain kerja, kamu malah liburan. Kamu apain Mas Marco sampai dia mau kasih izin?" sindir Risa. "Sa, kamu tahu namanya cuti tahunan, kan? Bukannya dulu kamu juga kerja di sana? Bahkan lebih lama. Harusnya kamu paham," sahut Hana. Kali ini, ia tidak mau repot-repot bersikap lembut. Sebelum Hana sempat menanggapi lebih lanjut, suara panggilan seseorang terdengar. "Sa,

  • Karma Pengkhianatan Calon Suamiku   Bab 20

    "Udah lama banget kita gak liburan berdua ya, Han?" ucap Ifa saat mereka dalam perjalanan menuju Kota M. Dari sana, mereka akan melanjutkan perjalanan ke Kota J dengan kereta, sesuai rencana yang sudah mereka buat jauh-jauh hari. Karena hari ini Jumat, Hana meminta izin cuti sehari. Biasanya, ia dan Ifa libur di hari Sabtu dan Minggu, kecuali ada permintaan mendadak dari kantor. Sejak mulai bekerja, Hana sudah jarang liburan, terlebih saat pandemi melanda. Bahkan ketika sedang galau sekalipun, ia lebih memilih berdiam diri di rumah. "Bener, Fa. Ali tadinya mau ikut, tapi kerjaan lagi gak bisa ditinggal," jawab Hana saat mereka sudah duduk di dalam pesawat. "Nanti aja kalian berdua," goda Ifa sambil mengangkat alisnya. Hana hanya bisa tertawa kecil mendengar candaan sepupunya itu. Mereka hanya terpaut satu tahun, dan Ifa adalah sepupu yang paling dekat dengannya. Dengan Ria, kakak Ifa, Hana juga cukup akrab, tapi tidak seerat dengan Ifa. Berbeda dengan Syifa dan Sani, anak dari Tant

  • Karma Pengkhianatan Calon Suamiku   Bab 19

    Ayu… Yudha udah di kantor. Risa mengirim pesan itu kepada Ayu. Sejak tadi, Yudha tidak bisa dihubungi. Bahkan pesan terbarunya pagi ini pun tak dibalas. Hal itu semakin membuatnya kesal. Pesan terakhir yang dibalas Yudha adalah tengah malam tadi. Gila aja, seharian hampir gak bisa dihubungi, gerutunya. Ketidakhadiran Yudha di ponsel membuat Risa kurang fokus bekerja. Matanya terus tertuju pada layar ponsel, menunggu balasan. Jam di layar menunjukkan pukul 08.49—harusnya Yudha sudah tiba di kantor. Udah nih, baru aja datang. Kenapa? balas Ayu, tak lupa mengirim foto Yudha yang baru saja memasuki kantor. Risa menatap foto itu. Yudha mengenakan jaket cokelat muda—sama seperti yang ia punya. Seperti jaket couple jika mereka mengenakannya bersama. Padahal, Yudha membelinya lebih dulu, dan Risa membelinya belakangan. Bilangin sama Yudha buka chat. Ayu langsung membalas Oke dan berjalan ke arah Yudha yang baru saja duduk. “Yud, kata Risa buka pesan,” ucapnya. "Ok, thank you, Ayuu…," j

  • Karma Pengkhianatan Calon Suamiku   Bab 18

    Flashback Risa mendengus pelan. "Kenapa sih harus Hana?" Kesal benar rasanya. Kenapa bos menyuruhnya bekerja sama dengan Hana? Ada Anisa dan Ayu, tapi tetap saja yang dipilih Hana. Dari awal masuk, Risa memang tidak suka dengan perempuan itu. Wajahnya memang manis, diakui atau tidak. Tidak heran jika Yudha terus melirik ke arahnya. Bukan hanya Yudha, banyak rekan kerja lain juga seperti itu. Apalagi waktu itu, Hana yang ditunjuk untuk ikut pemotretan ke Puncak. Sialan. Baru satu hari Risa tidak masuk, perempuan itu sudah mengambil peran besar. Dulu, saat Risa baru bekerja di sini, tidak ada kesempatan seperti itu. Hampir setahun ia bekerja, barulah mendapat proyek luar kota. Itu pun masih lebih banyak ditempatkan di bagian customer service. Sementara Hana? Baru beberapa bulan sudah dilibatkan dalam berbagai proyek besar. Apa karena kecantikannya si bos jadi lebih memperhatikannya? Tidak, Risa tidak bisa diam saja. "Woy, kenapa melamun?" Suara Ayu membuyarkan lamun

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status