Share

BAB 2 - Masih Cinta

Author: Ana
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Han ... ayo makan," suara Hana terdengar dari arah dapur.

"Iya, Bu," sahut Hana. Ia sedang mengenakan kerudung segi empat berwarna cream yang senada dengan tunik selutut berbahan ceruty yang membuat dirinya terlihat cantik ditambah polesan make up yang minimalis.

Tercium wangi masakan Ibu di dapur. Membuat perut Hana berbunyi. 'Nasi goreng' gumam Hana. Ia sangat mengenali aroma masakan ibu yang khas ini. Tidak ada yang bisa menandingi soal rasa nasi goreng buatan ibunya. Ia bergegas melangkan kaki ke dapur saat telah selesai bersiap.

"Bu, hari ini jadi ke rumah, Tante Mila?" tanya Hana ketika sudah di meja makan. Kata ibu Hana kemarin ia mau ke rumah adiknya yang akan mengadakan pernikahan anaknya, lebih tepatnya sepupu Hana.

"Jadi ... undang aja, Ali."

"Liat nanti deh, Bu ...," Hana seperti memikikan sesuatu, "Ali sama Yudha ternyata temenan loh, Bu."

"Yudha, yang itu. Yang di kantor kamu itu?" Ibu Hana menyakinkan.

Hana mengangguk mengiakan perkataan ibunya.

"Terus?"

"Terus apa nya, Bu?"

"Maksud, Ibu. Ali tahu tentang kamu sama Yudha?"

"Hana, gak cerita, Bu. Gak perlu kayaknya."

Sunyi. Tidak ada yang melanjutkan pembicaraan. Hanya ada dentingan sendok yang beradu denga piring di meja makan.

🌼🌼🌼

Jalanan masih terlihat basah, belum kering sepenuhnya akibat hujan tadi malam ketika Hana menuju tempat kerjanya akibat hujan cukup lebat dan lumayan tadi malam.

Hana memarkirkan sepeda motornya di depan sebuah studio yang bertulisakan 'LIGHT STUDIO'. Di depan studio berdinding kaca terlihat tulisan tergantung 'Close'.

Light Studio merupakan sebuah studio yang memberikan jasa untuk pembuatan vidio dan foto yang terletak di daerah jakarta, berada di sebuah perumahan yang cukup elit. Mereka memberikan jasa tidak hanya untuk foto atau vidio pada umumnya. Tapi, juga sering berkerja sama dengan sebuah brand untuk media promosi. Posisi Hana saat ini dibagian Administrasi yang tidak hanya melayani klien yang datang ke studio, tapi juga untuk kontrak - kontrak dengan beberapa brand atau perusahan.

'Ting!'

Lonceng yang tergantung di atas pintu masuk berbunyi ketika Hana membuka pintu. Suasana masih sepi, hanya ada anak magang yang sedang duduk di meja customer service.

"Pagi, Mba," sapa anak magang tersebut saat melihat Hana yang hendak menuju ruangannya.

"Pagi ...," balas Hana dengan senyum yang terlukis di wajahnya. Ia berlalu masuk menuju ruangannya yang ada di belakang customer service.

Sementara itu, di dalam ruang kerja sudah ada Anisa yang sedang merias wajahnya menggunakan lipstik dengan cermin kecil di tangannya.

"Sudah cantik, Nis ... pecah lo nanti itu cermin," canda Hana.

"Makasih yang lebih cantik ...," balas Anisa dengan suara yang dibuat lebih imut yang membuat Hana bergidik mendengarnya dengan tawa kecil.

"Ada rapat apa, ya? mendadak sekali Pak bos informasinya," Anisa bertanya pada Hana yang sudah duduk di meja kerja di sampingnya.

"Enggak tau juga, sih," Hana mengecek jam yang ada di tangannya. "Bentar lagi jam 9 ... kita ke atas aja dulu aja, gimana?" usul Hana untuk menunggu di ruang meeting yang berada di lantai 2, yang disetujui oleh Anisa.

🌼🌼🌼

"Konsep sudah siap, nanti yang ambil alih untuk produksi Yudha sama Azmi. Semua sudah beres, untuk konsep lebih detail bisa tanya ke Zaki tim kreatif," Jelas atasan Light Studio, lebih tepatnya pemilik studio - Marco - kepada mereka yang ada di ruang meeting dan memberikan beberapa berkas kepada mereka satu per satu pekerjaan kali ini yang sudah dipersiapkan dari beberapa bulan lalu.

"Oh, ya, Han. Kemarin aku ketemu Ali membahas proyek ini. Sepertinya, kami juga akan ada proyek lanjutan," semua tampak penasaran, terutama Yudha. Karena yang mengurus proyek kali ini adalah Hana dan Zaki.

"Lanjutan? maksudnya ....?" Yudha bertanya kepada Marco. Kemudian, Mengalihkan pandangannya ke arah Hana, "Jadi, kerja sama ini dengan, Ali?"

"Benar ...," jawab Marco.

"Ali, yang aku kenal, Han?" Yudha menyakinkan pertanyaannya dengan mimik wajah tampak tidak senang, apakah yang dimaksud Ali di sini adalah teman sekolahnya yang baru saja tadi malam ia bertemu di tempat makan yang bersama Hana.

Hana mengangguk mengiyakan tanpa mengucapkan satu patah kata pun.

"Kamu kenal, Yud? bagus dong kalo kenal. jadi, nyaman kerjanya. Kemungkinan kita akan mulai prosesnya minggu depan."

"Iya, Mas. Teman saya waktu SMP. Tadi, malam saya ketemu Ali sama Hana," kali ini semua yang ada di ruangan menatap ke arah Hana dengan tatapan penasaran terkecuali, Marco.

"Sudah sampai tahap mana nih, Han?" goda Marco yang merupakan teman Ali saat kuliah. Sepertinya Marco tahu cerita antara Hana dan Ali.

"Tanya Ali aja deh, Mas," jawab Hana malu-malu, menggaruk pelan pelipis nya.

"Cieee ..."

"Cieee ..."

Sorak yang lain diikuti tawa kecil di antara mereka, terkecuali satu orang, Yudha.

🌼🌼🌼

"Jadi, sejak kapan kenal, Ali?" tanya Yudha yang mengambil duduk di depan Hana dengan makanan di piringnya. Hanya ada mereka di ruangan saat ini yang biasa di jadikan tempat makan saat ja istirahat jika tidak makan di luar.

"Waktu menangani kontrak," jawab Hana singkat

.

"Terus?"

Hana menatap Yudha yang juga menatapnya.

"Apanya?" Hana bingung dengan pertanyaan Yudha.

"Jangan dekat-dekat deh sama, Ali," larang Yudha.

Hana mengernyitkan dahinya mendengar ucapan Yudha. Rasanya Hana ingin menyelasaikan makan secepat mungkin, tapi tidak bisa. Piringnya masih penuh dengan makanan. Ia hanya berharap ada seseorang masuk, agar tidak hanya ada ia dan Yudha saja.

Tak ada jawaban dari mulut Hana. Membuat Yudha kembali bersuara "Aku gak suka." Kali ini suaranya tampak serius, menatap tajam ke arah Hana. Membuat Hana semakin tak nyaman.

Suara nada dering terdengar dari ponsel Yudha yang ada di atas meja mengalihkan perhatian mereka. 'RISA 🌼'. Hana bisa melihat tulisan tersebut di layar Ponsel milik. Sedangkan Yudha, hanya menatap layar ponselnya yang berbunyi, ada rasa enggan untuk mengangkat telepon tersebut.

Dritt!

Bunyi kursi bergeser. Hana berdiri dari tempat duduk, makanan masih tersisa di piringnya. Ia melangkahkan kakinya hendak keluar.

"Aku serius. Aku gak suka kamu dekat dengan, Ali" Hana menghentikan langkahnya, tepat di samping Yudha ketika mendengar ucapan Yudha. Mereka berdua saling bertatapan. Hana menatap Yudha dingin, ia menyimpan berbagai perasaan yang tidak bisa diungkapkan.

"Angkat tuh telepon. Jangan lupa, kamu sudah nikah sama Risa," ucapa Hana kemudian ia berlalu pergi keluar.

Sementara itu, di luar ternyata ada Anisa di balik dinding, awalnya ia hendak masuk namun tidak jadi saat mendengar pembicaraan kedua temannya.

Hana kaget ketika melihat Anisa yang sudah berdiri bersender di dinding dengan sebuah piring di tangannya.

"Apa ada sesuatu yang aku gak tahu, antara kamu dengan Yudha?" tanya Anisa saat itu juga.

Hana berpikir apa ia harus menceritakannya atau tidak. Bahwa Yudha adalah orang yang membuatnya terluka bahkan menutup diri selama beberapa waktu. Membuat dirinya bahkan tidak ingin bertemu orang lain. Disaat Yudha memberikan harapan soal pernikahan tapi nyatanya ia menikah dengan orang lain, teman sekantor mereka juga.

Saat dekat dan pertunangan terjadi, Yudha dan Hana sepakat untuk tidak menceritakan pada siapa pun di kantor karena ingin memberikan kejutan saat membagikan undangan pernikahan. Namun takdir berkata lain.

Hana meneteskan air mata. Ia tidak bisa membendungnya lagi di depan Anisa. "Aku masih cinta sama Yudha, Nis. Tapi, Yudha sudah jadi miliknya Risa," Ucap Hana saat mereka sudah berada di atap kantor yang biasa dijadikan tempat santai.

Anisa yang masih bingung dengan yang dikatakan Hana langsung memeluknya. Tidak ingin menanyakan apapun untuk saat ini. Ini pertama kalinya ia melihat Hana menangis sejak mereka berteman saat kuliah. Ia tahu jika Hana sering berhubungan dengan Yudha, namun ia pikir hanya sebagai teman kantor, karena jika mereka berdua pergi Anisa biasanya ikut. Tidak terpikir jika mereka berdua memiliki hubungan lebih. Karena sepengetahuan Anisa, Hana tahu tentang kedekatan Yudha dan Risa.

"Gak apa-apa nangis, aja. Kelurkan semuanya. Jika sudah nyaman. Kalau mau, ceritakan aja sama aku," Anisa mencoba menenangkan Hana yang masih ada dalam pelukanya.

Related chapters

  • Karma Pengkhianatan Calon Suamiku   BAB 3 - Kerja Tim 1

    Flashback"Nanti Hana ikut keluar kota sama Anisa dan lainnya," ucap Marco kepada Hana yang sedang duduk di meja kerjanya. Ini pertama kalinya Hana ikut pekerjaan keluar kota setelah beberapa bulan bekerja. Membuat dirinya begitu semangat. Kebetulan sudah lama juga ia tidak pergi ke luar kota."Loh, kenapa Hana, Mas?" tanya Risa yang juga berada di dalam ruangan tidak jauh dari mereka."Biar Hana bisa belajar, Ris. Kamu kan sudah sering," jelas Marco seraya pergi keluar dari ruangan tim administrasi dan kreatif. Muncul wajah kesal yang tertangkap oleh Hana sekilas. Membuat perasaan tidak enak mucul dibenaknya."Gak apa-apa, nih, An ...," Hana memastikan Anisa jika ia ikut tidak akan ada masalah."Sudah, tenang aja. Bos kan yang nyuruh," ucap Anisa menenangkan agar Hana tidak khawatir."Sudah lah, gak usah di pikirin, si Risa. Memang gitu ...," tambah Anisa dengan suara pelan dengan menepuk punggung tangan Hana. Rupanya Anisa juga sadar jika Risa ingin ikut pergi juga. 🌼🌼🌼Hari kebe

  • Karma Pengkhianatan Calon Suamiku   BAB 4 - Kerja Tim 2

    "Seru kan Han, kerjaan di luar," ucap Anisa pada Hana yang duduk di sampingnya.Mereka sedang melihat pengambilan vidio tiap ruangan yang ada di dalam vila. "Seru ... kerja sambil healing hehe," mereka berdua tertawa kecil.Mata Hana tak pernah lepas dari Yudha sedetik pun. Ia terus memperhatikan setiap apa yang dilakukan Yudha. Dari pengambilan vidio, mengarahkan apa yang harus dilakukan, hingga mengatur tampilan ruangan agar terlihat lebih menarik. Setelah ini selesai mereka berencana akan langsung pulang karena sudah jalan-jalan sebelumnya. Hana, terus memperhatikan setiap gerak gerik Yudha. Setiap hal yang dilakukan Yudha terasa menarik untuk Hana. Jika, tidak saat bekerja saja Yudha sudah terlihat menarik. Ketika bekerja semakin bertambah. Perawakan yang tinggi, mata yang teduh, alis lumayan tebal, kulit sawo matang, dan juga rambut yang di tata rapi. "Han, tolong bawakan script yang ada di meja itu," pinta Yudha pada Hana, menunjuk kertas yang ada di atas meja. Suara Yudha men

  • Karma Pengkhianatan Calon Suamiku   BAB 5 - Mimpi

    "Gimana, Bu, tadi dirumah, Tante?" tanya Hana ketika sudah masuk ke dalam rumah."Alhamdulillah, semua hampir beres. Kamu sudah minta ijin kalau lusa ada acara keluarga?" tanya ibu Hana yang duduk di kursi ruang tamu. Hari ini ibu Hana pergi ke rumah saudaranya, tante Mila yang sedang mempersiapkan lamaran untuk anak beliau."Belum, Bu, besok rencananya Hana mau bilang ke, Mas Marco," ia masuk ke dalam kamar meletakkan tasnya di atas meja rias di samping tempat tidur.Hana merebahkan tubuhnya yang lelah setelah perjalanan dari puncak. Ada perasaan khawatir jika ada saudara terdekatnya menikah. Khawatir akan pertanyaan orang-orang jika bertemu nanti. Hana yang sudah dua puluh lima tahun belum juga mempunyai pasangan. Ia sampai bosan karena ditanya terus menerus walaupun sambil bercanda. Jika bisa memilih, ia tidak akan hadir di acara keluarga."Ya, sudah. Mandi dulu sana. Baru tidur", ucap ibu saat berada di depan pintu kamar Hana. Hana beranjak dari tempat tidur bergegas mandi. Badann

  • Karma Pengkhianatan Calon Suamiku   BAB 6 - Beb?

    "Hana berangkat dulu bu, Assalamu'alaikum ...," Hana berpamitan, tak lupa sebelum pergi ia mencium tangan Ibunya.Sebenarnya, ia cukup lelah karena perjalanan kemarin dan harus berangkat pagi. Terlebih lagi ia tidur larut malam. Menempuh perjalanan kurang lebih dua puluh menit Hana akhirnya sampai di tempat kerja. Baru saja ia mematikan motornya di depan Studio, ia melihat Yudha keluar. "Mau kemana, Yud?" tanya Hana yang sedang hendak menyalakan sepeda motornya. "Ada urusan bentar, aku keluar dulu, ya," Yudha bergegas pergi. Hana mengiyakan, kemudian masuk ke Studio. Ia melihat Anisa duduk di meja kerjanya. "Assalamu'alaikum ...," sapa Hana."Wa'alaikumsalam ... kurang tidur kamu, Han?" tanya Anisa saat melihat Hana, matanya tampak sayu."Keliatan banget, ya, An?" Hana mengambil cermin kecil di dalam tas. Ia menghela nafas, matanya masih terlihat bengkak akibat kurang tidur. "Kamu gak capek?""Sudah biasa, Han ...," jawab Anisa menaik turunkan alisnya. Benar juga Anisa sudah sering

  • Karma Pengkhianatan Calon Suamiku   Bab 7 - Lupa Janji

    'Aku mau berangkat. Ketemuan di sana, ya.'Sebuah pesan yang dikirim Hana kepada Yudha. Hari ini mereka berencana untuk pergi keluar untuk makan. Sejak hari mereka pergi ke puncak. Mereka berdua semakin dekat.Mereka sepakat untuk bertemu disebuah kafe yang berada di tengah-tengah tempat mereka tinggal.Jarum jam tangan Hana menunjukkan jam tujuh lewat lima belas. Sudah lewat lima belas menit dari jam janjian. Batang hidung Yudha masih belum terlihat. Pesannya pun masih belum dibaca. Hana mulai gelisah. Apa ada sesuatu terjadi? tanya Hana dalam hati. Beberapa kali ia memeriksa ponselnya. Tidak ada pemberitahuan apapun.Ting! sebuah pesan masuk.Anisa : Han .. keluar, yuk. Ternyata dari Anisa. "Apa aku ajak Anisa juga, ya?" batin Hana. Ia menatap sekitar, siapa tahu Yudha sudah datang. Nihil. Belum juga terlihat. "Tapi, kalo Anisa ikut terus Yudha datang ... jawab apa?" lagi-lagi ia membatin. Karena tidak ada yang tahu dirinya dan Yudha dekat.Hana mencoba menghubungi Yudha. Hanya buny

  • Karma Pengkhianatan Calon Suamiku   Bab 8 - Pinjam Uang

    "Ok ... Aku udah mulai ngerti. Jadi, setelah Risa diterima di pemerintahan, Yudha batalin ... karena itu tadi, Ibunya?" "Dia bilang gak bisa menikah secepatnya. Dia gak mau aku nunggu lama tanpa kepastian kapan dilaksanakan. Dia bebasin aku, kalo aku mau jalan sama siapa. Tau-taunya beberapa bulan kemudian dia nikah sama, Risa," jelas Hana. Terlihat gurat kesedihan di wajahnya.Anisa mulai mengerti, kenapa saat itu Hana tidak hadir ke pernikahan Yudha. Sosial media gak berteman lagi. Lalu, saat di kantor Hana lebih banyak diam. Diajak keluar pun Hana banyak alasan saat itu. Ternyata alasannya adalah Yudha."Gila sih, cuma si Risa di terima kerja di pemerintahan. Dia nikahin, Risa. Aku udah curiga juga sih, Han. Risa tu sering banget cari-cari perhatian, Yudha. Terus suka posting-posting Yudha. Kamu gak curiga?""Curiga pasti. Tapi, kamu tahu sendiri kan, An ... Yudha selalu jawab. Dekat karena satu proyek atau satu tim."Anisa menghela nafas mendengar cerita Hana. Bisa-bisanya Yudha

  • Karma Pengkhianatan Calon Suamiku   Bab 9 - Kedatangan Risa

    "Yud ... tadi di kantor, gimana?" tanya Ibu Yudha saat Yudha sampai di rumah. Baru saja ia meletakkan tas di kamar Ibunya tiba-tiba masuk."Kaya biasa. Kenapa emang, Bu?""Gak, kali aja gitu ... Hana cerita apa sama, Kamu. Soalnya tadi Ibu ketemu dia," kata Ibu Yudha, kemudian berjalan hendak keluar kamar."Terus Ibu ngomong sesuatu sama, Hana?" tanya Yudha sedikit penasaran."Cuma saling sapa aja, kok. Terus ya udah ...," jawab Ibu Yudha bergegas keluar kamar. Ia bersyukur Hana tidak cerita jika ia bertemu dengan dirinya. Selain itu, yang lebih penting Hana tidak cerita jika dirinya meminjam uang. Sebenarnya, Ibu Yudha merasa malu karena ketahuan makan-makan diluar. Takut jika ketahuan ia berbohong meminjam uang dengan alasan membeli kebutuhan pokok tapi ternyata malah pergi bersama teman.Tring tring!Ponsel yang ada di dalam tas Yudha berbunyi. Ia segera mengangkat telepon tersebut. "Halo ... Yang ...," ucap Yudha pada si penelpon yang ternyata adalah istrinya Yudha."Besok jempu

  • Karma Pengkhianatan Calon Suamiku   Bab 10 - Pekerjaan Rumah

    "Bu ... ini martabak pesanan, Ibu," Yudha meletakkan martabak di atas meja. Kemudian, mereka berdua Yudha dan Risa masuk ke dalam kamar mengganti pakaian untuk membersihkan diri setelah seharian diluar.Malam itu semua sedang berkumpul di ruang tengah. Menikmati martabak yang Yudha beli sambil menonton tayangan di televisi. "Ris, jalan-jalan dulu gimana sebelum kamu balik ke tempat kerja?" ajak Ibu Yudha dengan wajah sumringah. Mengalihkan perhatian mereka yang ada di sana dengan mengajak menantunya pergi. Ia akan selalu mengajak Risa pergi jika pulang. Tentunya, ia akan mendapatkan sesuatu yang baru, seperti baju, tas, sepatu, make up atau yang lainnya seperti dulu jika ia mengajaknya pergi."Liat nanti, ya, Bu ... kalau Risa gak capek." sahut Risa dengan santai tanpa mengalihkan pandanganya dari layar ponsel. Membuat Ibu Yudha sedikit kesal. Yudha yang duduk di sampingnya pun menyenggol lengan Risa pelan. "Main ponselnya bisa nanti lagi, gak?" tegur Yudha pelan. "Ibu lagi bicara s

Latest chapter

  • Karma Pengkhianatan Calon Suamiku   Bab 25 - Satu Kesempatan

    Ponsel Hana yang ada di dalam tas berdering ketika ia sampai. Nomor ponsel tanpa nama, namun foto profil jelas menunjukkan wajah Risa.Terdengar helaan nafas berat, rasanya sudah lelah berurusan dengan Risa. Dengan enggan ia menjawab panggilan."Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam. Han gak jadi nitip. Jadi mau aku ambil aja. Kamu dimana?" tanya Risa begitu saja ketika sambungan teleponnya di jawab. Sementara Yudha yang berada di samping Risa mengernyitkan dahi pertanda ia sedang bingung apa yang dilakukannya istinya. Tiba-tiba menyembut 'Han'. Apakah itu Hana? Yudha membatin."Baru sampai hotel. Ini mau masuk ke dalam.""Aku tunggu di lobi."Sambungan telepon terputus. Benar-benar tidak ada sopan santunya sama sekali kepada orang yang dimintai tolong. Hana kembali menghela nafas berat. "Ada apa?" tanya Ali. "Risa mau ngambil titipannya. Katanya gak jadi nitip. Dia nunggu di lobi," jelas Hana. Tidak lama mereka sudah berada di lobi hotel mewah berbintang lima. Hana segera menuju meja

  • Karma Pengkhianatan Calon Suamiku   Bab 24 - Kedatangan Yudha

    Dua hari ini Yudha bekerja tidak tenang. Risa, Hana dan Ali satu tempat. Mau nyusul, keuangan lagi gak stabil. Lagipula mereka akan kerja kembali di hari senin. Muncul ide untuk meminjam uang kepada Zaki, yang sedang mengerjakan pekerjaanya. Ia sudah tidak bisa berpikir lagi. Rasanya harus benar-benar menyusul mereka ke sana."Zak, lo ada uang gak, gue mau pinjam?" "Tumbenan lo pinjem uang. Berapa?" Yudha menghitung nominal yang ia perlu dari tiket pesawat bolak-balik, transport, uang makan selama disana, dan penginapan karena harus ambil kamar lagi. Tidak mungkin di kamar Risa karena ada rekan kerjanya dalam satu kamar.Setelah selesai menghitung semuanya. Yudha menunjukkan layar ponselnya ke Zaki yang telah tertera angka yang tidak sedikit. Membuat Zaki terkejut."Ok deh, gue transfer nih?" "Transfer aja, bro. Thanks banget," Yudha menepuk bahu Zaki seraya berdiri. Selanjutnya ia harus minta cuti dadakan ke bosnya.Yudha berjalan terburu-buru. Sesampainya di depan pintu berwarna

  • Karma Pengkhianatan Calon Suamiku   Bab 23 - Untuk Yudha

    “Mba, kenal sama cowok tadi?” tanya Risa tiba-tiba kepada Sasa yang entah muncul darimana. Sepertinya ia menyaksikan apa yang terjadi.Risa mengerutkan kening. Ia tidak kenal siapa yang bicara dengannya tiba-tiba ini. Seolah-olah mereka sudah saling kenal. Merasa mengerti arti raut wajah Sasa, Risa melanjutkan perkataannya. “Saya dulu satu tempat kerja sama cewek yang dihampirin cowok sama Mba tadi. Emang centil dia Mbak. Suka goda laki orang. Suami saya yang udah nikah aja masih dideketin,” cerita Risa dari sudut pandangnya tentang Hana. Sasa mulai tertarik setelah mendengar apa yang dikatakan Risa. “Terus sekarang?”“Sekarang sih saya taunya dia deket sama cowok tadi. Soalnya suami saya pernah lihat-lihat tu foto mereka lagi bareng.”Sasa menarik nafas kesal. Tanpa ia sadari ia bertemu dengan seseorang yang mungkin saja sudah menggantikan posisinya di hati Ali. Lelaki atau mantannya yang masih sangat ia rindukan. Ia begitu menyesal karena sudah menolak lamaran Ali untuk menikahin

  • Karma Pengkhianatan Calon Suamiku   Bab 22 - Mantan?

    "Han sudah siap?" tanya Ifa. Mereka berencana kulineran di luar. Cuaca mendung berubah menjadi cerah. Yah walaupun tidak terlalu cerah. Setidaknya masih aman untuk jalan - jalan. Tujuan mereka kali ini adalah sebuah depot yang sudah berdiri sejak lama. Sudah puluhan tahun. Bahkan sebelum mereka lahir. Katanya makanan di tempat itu enak. Tersedia dari mie hingga lumpia yang banyak digemari orang.Mereka memilih berjalan kaki. Kurang lebih lima belas menit akhirnya mereka sudah sampai di tujuan. Cuaca yang seperti ini sangat mendukung untuk makan - makan yang berkuah. Lihat saja, banyak pengunjung sampai-sampai tidak terlihat ada kursi yang kosong. Aroma khas menyeruak mengenai indra penciuman. Membuat perut mereka yang sedari tadi minta diisi semakin berteriak untuk diisi sesegera mungkin."Mau pesana apa? makan di sini atau dibungkus?" tanya salah satu pekerja yang berumur sekitar dua puluhan awal pada keduanya yang berdiri di dekat etalase menu. Di sana juga juru masak membuat pesana

  • Karma Pengkhianatan Calon Suamiku   Bab 21 - Liburan 2

    "Ngapain kamu di sini? ada kerjaan sama yang lain? sama Yudha juga? gak bilang apa - apa dia?" Risa membrondong Hana dengan banyak pertanyaan. Ia membiarkan rekannya untuk melakukan check in. Dengan sombongnya ia melipat kedua tangannya ke dada. Tidak lupa dengan wajah angkuhnya. Sebelum jadi pegawai sudah angkuh. Sekarang semakin angkuh."Liburan, berdua sama sepupu," jelas Hana singkat, padat dan jelas. Baginya tidak ada alasan untuk menjelaskan hal lebih apalagi bertanya kabar. Toh orang di depannya ini sepertinya sudah sangat membencinya sampai ke ubu-ubun."Enak banget liburan yang lain pada kerja. Kamu apain Mas Marco sampai mau?""Sa, tau namanya cuti tahunan, kan? bukannya kamu dulu kerja di situ juga. Bahkan lebih lama. Harusnya kamu tahu," sahut Hana. Ia sudah tidak ingin berlemah lembut."Sa, ayo!" panggilan itu mengharuskan Risa pergi meninggalkan Hana. Sebelum pergi ia mendekat ke arah Hana, "Ingat ya, aku pantau kamu. Awas deket-deket Yudha. Udah tau 'kan Yudha itu suami

  • Karma Pengkhianatan Calon Suamiku   Bab 20 - Liburan 1

    "udah lama banget kita gak liburan berdua ya, Han?" ucap Ifa saat mereka dalam menuju kota M selanjutnya ke kota J naik kereta seperti rencana mereka.Hana dan Ifa sudah jauh - jauh hari merencanakan liburan mereka. Saat ini hari Jum'at karena itu Hana meminta ijin satu hari. Sabtu dan Minggu biasanya mereka libur. Kecuali ada permintaan baru mereka bekerja.Sejak bekerja Hana sudah tidak lagi liburan. Terlebih lagi saat pandemi melanda. Bahkan disaat galau - galaunya pun waktu itu Hana memilih lebih banyak di rumah. "Bener, Fa. Ali mau ikut tapi kerjaan lavi gak bisa ditinggalin," jawab Hana saat mereka sudah duduk di dalam pesawat."Nanti aja kalian berdua," Ifa mengangkat kedua alisnya menggoda Hana.Hana hanya bisa tertawa kecil mendengar ucapan sepupunya itu. Mereka hanya beda satu tahun. Sepupu yang paling dekat dengannya adalah Ifa , sedangkan dengan Ria kakanya Ifa cukup dekat juga namun tidak seperti dengan Ifa mereka benar - benar akrab. Berbeda denga Syifa dan Sani anak d

  • Karma Pengkhianatan Calon Suamiku   Bab 19 - Risa Mulai Curiga

    Ayu ... Yudha udah di kantorRisa mengirimkan pesan tersebut kepada Ayu karena sejak tadi Yudha tidak bisa dihubungi. Bahkan pesan terbaru pagi ini tidak dibalas oleh Yudha. Semakin membuat Risa kesal. Pesan terakhir yang ia balas tengah malam tadi. Gila aja, seharian hampir gak bisa dihubungi gerutu Risa.Risa yang harus bekerja juga menjadi kurang fokus. Ia selalu mengecek ponselnya. Jam di layar ponsel menunjukkan 08.49 itu artinya harusnya mereka sudah ada di kantor.Udah nih baru aja dateng. Kenapa? balas Ayu tidak lupa mengirimkan foto Yudha yang baru datang.Risa melihat foto Yudha yang baru saha datang. Ia mengenakan jaket cokelat muda yang Risa juga punga. Terlibar seperti jaket couple jika mereka memakai bersama. Padahal, Yudha beli lebih dulu. Risa beli belakangan.Bilangin sama Yudha buka chatRisa meminta Ayu menyampaikan pesannga yang dibalas oke oleh Ayu.Ayu berjalan ke arah Yudha yang baru saja duduk di kursinya. "Yud, kata Risa buka pesan.""Ok, thank u, Ayuu ...," u

  • Karma Pengkhianatan Calon Suamiku   Bab 18 - Risa POV

    Flashback"Ah kenapa si bos nyuruh bareng Hana. males banget."Kesal sekali rasanya. Kenapa harus Hana. Ada Anisa dan Ayu tapi bos memilih Hana.Aku sudah tidak suka sejak awal dia masuk. Ku akui wajahnya memang cantik dan manis. Membuat Yudha terus sejak melirik ke arahnya. Tidak hanya Yudha, yang lain pun begitu. Apalagi waktu itu ia yang ditunjuk ikut pemotretan ke puncak. Sialan. Baru satu hari aku tidak masuk ia sudah mengambil peran seperti itu.Dulu saja, waktu aku awal masuk tidak pernah dilibatkan proyek luar kota. Hampir satu tahun bekerja baru dilibatkan. Bahkan lebih banyak di bagian customer service. Sementara Hana baru saja beberapa bulan sudah dilibatkan.Apa karena kecantikannya, si bos jadi lebih memerhatikannya. Tidak, aku tidak bisa diam saja."Woy, kenapa melamaun?"Ayu yang baru datang menegurku. Aku diam."Kenapa sih. Cemberut gitu wajahnya? ada masalah sama Yudha?""Dih, kok Yudha sih?" gerutuku."Terus apaan? Lo tu kalo kesel seringnta karna Yudha. Lo pikir Gue

  • Karma Pengkhianatan Calon Suamiku   Bab 17 - Hana Mulai Kesal

    "Bu, Hana pulang duluan, ya," pamitku kepada Ibu. Setelah diijinkan ibu, aku berpamitan kepada keluarga yang lain. Toh, beberapa keluarga lain sudah pulang juga pikirku."Jangan lama - lama, Han. Cepetan nyusul," cetus Tante Mila saat aku berpamitan padanya."Doa'in aja, Tan. Jangan lupa nanti ikut bantuin dananya kalo Hana nikah," balasku membuat Tante Mila merubah raut wajahnya. Aku sudah mulai jengah dengan tingkahnya yang selalu ikut campur.Sekilas, aku melihat Yudha masih bicara dengan Sani. aaku memilih mengabaikannya, tidak pamit kepada mereka. Hanya Ali yang pamit. Katanya tidak enak. Aku menginyakan. Tapi, aku mengatakan pada Ali menunggu di sini saja, bersama Ifa."Aku gak nyangka Yudha berani datang. Apa gak punya malu," ucap Ifa saat Ali tidak didekat kami."Yudha ngomong apa tadi?" tanya Ifa."Ya gitu lah," jawabku yang enggan menceritakannya."Yah, dua - duanya lumanyan dan punya daya tarik masing - masing. Tapi ingat Han, yang terbaik tidak pernah meninggalkan begitu sa

DMCA.com Protection Status