Home / Pendekar / Satria Roh Suci / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Satria Roh Suci: Chapter 61 - Chapter 70

260 Chapters

Pilihan

Ronggo tertawa saat ini, sebelum kemudian dia memberi perintah kepada beberapa satria suci. “Hancurkan!”Satria suci yang dimaksud sekitar 30 atau mungkin 40 orang. Mereka adalah satria suci yang membawa palu besar, bahkan lebih besar dari tubuh mereka sendiri.Puluhan satria itu memiliki satu tugas utama, menghancurkan benteng pertahanan Indra Pura.“Jangan biarkan mereka mendekat!!!” Danur Jaya memberi perintah kepada semua prajurit pemanah untuk menghentikan pasukan penghancur yang dimiliki musuh.Mereka melakukan serangan panah yang cukup banyak, beberapa bahkan menancap di tubuh satria suci, tapi satria itu tidak menghentikan langkah kaki mereka.“Hancur!!!” mereka berteriak keras.Lalu! Bommm… suara ledakan terdengar setelah palu-palu besar itu mendarat di dinding tembok besar.Tidak hanya sekali, mereka menyerang benteng pertahanan hingga beberapa kali, dan akhirnya retakan besar mulai bermunculan di sekitar benteng pertahanan.Teriakan keras yang keluar dari mulut mereka akhir
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bunuh

“Hoi bocah,” tiba-tiba terdengar suara di relung kepala Rawai Tigkis, “mereka adalah pecandu, mereka tidak bisa dikatakan sebagai manusia lagi.”“Apa maksudmu, Singa Emas?”“Manusia yang menggunakan kekuatan kami, tidak akan kembali menjadi manusia lagi. Mereka yang kau sebut sebagai satria suci, memiliki ketergantungan terhadap Mutiara Emas.”“Apa yang kau katakana, ketergantungan? Apa maksudnya?”“Apa kau tidak menyadarinya, sumber daya yang dianggap berharga itu, akan merenggut semuanya. Usia, kekuatan, pikiran bahkan jiwa mereka, Mutiara Emas akan merenggut semuanya. Manusia tidak akan kembali menjadi manusia setelah menggunakan Mutiara Emas, pada akhirnya mereka akan bergantung akan benda itu, jika mereka berhenti, mereka akan merasa berada di ujung kehidupan. Mereka harus menggunakan mutiara emas lagi untuk terus bertahan hidup.”“Singa Emas, apa itu berlaku denganku?” tanya Rawai Tingkis.“Satria Roh Suci berbeda dengan Satria Suci, takdir Satria Roh Suci hanya ada dua, menguas
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Kehancuran Besar

Senopati Danur Jaya mulai merasa khawatir saat ini, sebab belasan panah yang dia gunakan untuk menumbangkan Ronggo tidak membuahkan hasil.Danur Jaya hanya menjaga jarak aman saat ini, sementara Ronggo dengan sombong terus mendekati pria tersebut.Dua atau tiga serangan panah yang dilepaskan oleh Danur Jaya, malah ditangkap oleh Ronggo dengan hanya dua jari tangannya saja. Lalu dia tersenyum kecil.Perbedaan kekuatan yang begitu jauh antara keduanya.Sementara di sisi lain, para senopati utama masih berjibaku melawan belasan satria suci yang menggila, mereka tidak sempat memperhatikan posisi Danur Jayayang dalam bahaya.Ah, lagipula tidak ada satupun prajurit yang merasa aman saat ini, semuanya dalam bahaya. Hanya keberuntungan yang bisa menyelamatkan mereka, karena kekuatan sudah jelas tertinggal jauh dari Satria Suci.Bom bom..Sebuah ledakan besar baru saja terjadi, tapi kali ini ledakan itu berasal dari beberapa bangunan yang berada di dekat istana Indra Pura.Kemudian terdengar l
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Penyakit Kambuh

Danur Jaya melepaskan satu serangan lagi, dan ketika dia ingin mengambil anak panah, dia baru menyadari jika semua anak panah telah digunakannya untuk menyerang Ronggo.Tidak ada satupun yang tersisa di wadahnya, dan ini membuat wajah Danur Jaya menjadi lebih tegang.Ya, dia telah menyiapkan anak panah yang berlapis emas dan bercampur racun untuk menembus kulit keras satria suci, tapi dia lupa jika serangannya tidak akan berguna jika lawan mampu menghindar atau menangkis anak panah tersebut.Mungkin dia pikir, semua satria suci hanya bermodal kekuatan pisik, tapi sekali lagi dia lupa mengenai Ronggo. Ronggo jelas berbeda, dia memiliki teknik untuk bertarung.Ronggo adalah satria yang menguasai seni bela diri menggunakan pedangnya.“Apa panahmu sudah habis, Senopati Danur Jaya?” Ronggo melompat ke salah satu atap bangunan yang ada di dekat Istana Indra Pura.Di seberang atap itu, ada atap lain yang ditempati oleh Danur Jaya.“Sekarang apa yang ingin kau lakukan?” tanya Ronggo lagi.Dan
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Beban

“Hoi Rawai Tingkis! Apa yang kau lakukan? Ini tidak lucu, bangun! Hoi!!!” Dua senopati muda itu berusaha untuk membuat Rawai Tingkis terjaga, bahkan salah satu dari mereka menampar wajah remaja itu, memukulnya cukup keras, tapi tetap saja Rawai Tingkis tidak bergerak.“Aku membawa satu gentong air!!!” seorang prajurit level tinggi berlari ke arah Rawai Tingkis dengan gentong besar, lalu menumpahkan gentong tersebut ke wajah Rawai Tingkis, tapi tetap saja tidak berguna.Remaja itu masih mendengkur keras, tidak peduli dengan situasi yang terjadi saat ini.“Gawat, ini gawat!”“Gawat bagaimana?”“Ya Gawat, kalau begini tugas kita harus membawa dirinya, jangan sampai terbunuh oleh musuh.”“Apa?”“Tidak ada pilihan lain, sekarang aku akan menggendong Rawai Tingkis, dan kalian semua tolong buat jalan agar kami bisa bersembunyi!”Sungguh semua prajurit yang adai dekat Rawai Tingkis merasa begitu geram saat ini. Mereka tidak habis pikir, orang sehebat Rawai Tingkis bisa menjadi beban yang begi
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Tidak Lebih Cepat?

“Paman Senopati, bantulah para prajurit yang lain! Ada beberapa belas satria suci yang masih tersisa!”Ucapan Rawai Tingkis seketika mengejutkan Ronggo, yang tidak tahu jika anak buahnya telah banyak terbantai saat ini.Sementara itu, Danur Jaya dengan senyum pahit akhirnya pergi ke arah prajurit untuk membantu mereka mengalahkan para satria.Sesempainya di sana, Danur Jaya juga terkejut melihat begitu banyak satria suci yang bergeletakan di permukaan tanah merah karena darah.Namun rata-rata dari mereka dipenuhi oleh banyak tombak dan pedang. Ya, ketika Rawai Tingkis terjaga dari tidurnya, hal pertama yang dia lakukan adalah melukai seluruh tubuh satria suci.Dia tidak sempat membunuh mereka, karena harus pergi menemui Ronggo yang rupanya hampir saja membunuh Danur Jaya serta Senopati Santa.“Apa dia yang melakukan semua ini?” gumam Danur Jaya, “Rawai Tingkis, dia membuat aku menjadi takut.”Sementara di sisi lain, Senopati Santa baru saja bangun setelah mendapat banyak serangan.“Ha
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Pertarungan Menguras Tenaga

Rawai Tingkis masih bertarung begitu sengit melawan Ronggo, sementara di sisi lain, para prajurit harus bekerja sama menghadapi satria suci yang kini hanya tinggal selusin orang lagi.Namun ini tidak baik karena mengingat semua prajurit dalam keadaan terluka parah saat ini. Semua serangan yang dilakukan oleh prajurit bahkan terkesan sia-sia belaka saat menghadapi musuhnya.Bantuan yang dilakukan oleh senopati tampaknya juga tidak begitu berpengaruh kepada satria suci tersebut.“Sepertinya mereka adalah para satria paling kuat yang tersisa,” ucap beberapa senopatimuda saat ini. “Sial, bahkan mereka setelah terkena luka yang parah masih bisa memberikan dampak sangat besar bagi kita.”“Aku merasa tulang belulangku seakan remuk saat terkena pukulan mereka.”“Kau pikir hanya dirimu, aku bahkan tidak bisa bergerak saat ini setelah mencoba menahan kekuatannya.”“Apa yang harus kita lakukan saat ini?”“Jangan menyerah!!!” Senopati Danur Jaya berteriak seraya melepaskan beberapa erangan ke ara
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Ini Belum Berakhir

Ronggo, pemuda itu menatap Rawai Tingkis dengan pandangan yang berbeda. Seolah dari sinar matanya ada dendam dan penyesalan yang bercampur menjadi satu. Ada amarah tapi juga ada simpati yang disembunyikan olehnya.Tatapan yang membuat Rawai Tingkis merasa bimbang untuk mengakhiri hidup pemuda tersebut.“Aghkkk!” Rawai Tingkis menusukan mata pedangnya, dan kini Ronggo terlihat menutup mata.Begitu aneh jika seorang mesin pembunuh seperti Ronggo menutup mata saat menemui ajalnya.Namun.“Rawai Tingkis …?” Ronggo berkata serak, saat mengetahui bahwa mata pedang Rawai Tingkis tidak menembus batang lehernya, hanya menikam tanah yang berada dua jari dari leher pemuda tersebut.“Pergilah!” ucap Rawai Tingkis.Remaja itu menarik lagi pedangnya, lalu melangkahkan kaki untuk pergi meninggalkan Ronggo.Sementara itu, Ronggo menatap punggung Rawai Tingkis yang perlahan hilang di balik puing-puing bangunan.“Bukan kami, bukan kami orang yang terpilih …tapi dirimu, Rawai Tingkis …” ucap Ronggo, lal
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Empu Lanar

“Yang Mulia Prabu dan yang lain, bersembunyilah di balik semak!” salah satu prajurit menginstruksikan, lalu dia menarik pedang,Bersiap untuk menghadapi kemugkinan musuh yang akan menyerang.Sementara itu, Selasih Ayu langsung ditarik oleh bibinya, alias Sang Ratu, dan Pangeran Tamblang yang sombong, lebih dahulu bersembunyi.Semakin lama, suara langkah kaki semakin mendekati mereka. Para prajurit menenal ludah pahit, dengan wajah berkeringat dingin saat ini.Lau tiba-tiba.“Yang Mulia Prabu, ini aku…” muncul sesosok orang dari balik pohon yang ada di hadapan prajurit. “Empu Lanar.”“Empu Lanar?” tanya salah satu prajurit.“Benar, hamba Empu Lanar.”“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Prabu Dera.“Maaf Yang Mulia Prabu, aku akan menjelaskannya nanti, sekarang ikut aku ke tempat persembunyian.”Awalnya, Pangeran Tamblang sedikit ragu dengan ucapan Empu Lanar, tapi pada akhirnya dia tidak punya pilihan lain kecuali mengikuti Empu Lanar, sebab Raja dan yang lainnya telah pergi membuntut
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Di Atas Kapal

Satria suci dari Pulau Tengkorak tidak tahu siapa yang menyerang mereka, karena saat ini mereka berada di tengah selat.Namun yang jelas, benda yang menerjang mereka adalah puntung kayu yang berukuran cukup besar. Puntung itu tampaknya dilempar dari pulau di seberang, oleh seseorang yang memiliki kekuatan setara dengan satria suci itu sendiri, atau mungkin lebih kuat lagi.Dari Pulau Tengkorak butuh waktu sekitar beberapa puluh menit agar tiba di pulau seberang jika kondisi laut sedikit buruk.Namun jika angin dan laut yang berpihak, kapal bisa tiba ke seberang pulau hanya dalam 30 sampai 40 menit saja. Ya, tergantug dari cuaca.Dari Pulau Tengkorak menuju pulau selanjutnya mungkin tidak terlalu jauh, tapi itu bisa dirasa sangat jauh jika diukur dari lemparan benda yang menghantam kapal mereka.Ya, tentu saja tidak ada seorang manusia yang bisa melempar puntung kayu dari jarak seperti ini, kecuali mungkin satria suci.Namun, jelas itu bukan dari Pulau Tengkorak, karena bagaimanapun, s
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more
PREV
1
...
56789
...
26
DMCA.com Protection Status