Beberapa saat kemudian, pertempuran yang terjadi di tengah selat yang melibatkan dua aliran satria suci akhirnya selesai dalam waktu yang tidak terlalu lama.Kapal besar yang mengangkut pasukan dari Pulau Tengkorak, kini hanya tersisa puing-puing papan dan kayu yang terombang-ambing di lautan.Semua satria suci yang dikirim oleh Pangeran Nundru telah ditenggelamkan ke dasar lautan.Sekarang terlihat, tubuh Senopati Kauman terombang-ambing diantara buih lautan. Ada banyak luka di sekujur tubuh pria tersebut, luka parah yang ada di perut dan tebasan yang ada di tengah dada.Salah satu matanya buta karena sebuah benda, sementara satu telingannya juga dirobek oleh lawannya.Lalu entah apa yang terjadi dengan Senopati Kauman, sebab tubuhnya kini mulai menghilang ditelan gulungan ombak yang dahsyat.Di sisi lain lagi, tiga satria suci yang dikirim bangsawan dunia telah tiba di Pulau Tengkorak.Ketiga orang itu kehilangan pakaiannya, tapi tubuh mereka tampaknya tidak mendapatkan luka yang be
Di Istana Indra Pura, para prajurit masih menuggu kedatangan Senopati Kauman dengan harap-harap cemas.Tidak ada satupun orang yang tidur di malah hari, kecuali mereka akan dihantui oleh ketakutan yang teramat sangat, kecuali Rawai Tingkis.Para Senopati dan Patih telah memberikan perintah untuk memperbaiki semua ranjau, meski harus memakan biaya yang sangat mahal.Namun dua hari setelah ranjau itu dibuat, tidak ada tanda-tanda musuh datang menyerang. Ini membuat mereka merasa sangat heran.“Apa musuh tidak jandi menyerang kita ya?” tanya salah satu prajurit, seraya mengasah pedangnya.Prajurit yang lain terlihat memperbaiki perban yang melilit di tubuhnya, lalu menjawab, “Jangan lengah! Bisa saja mereka memang sengaja melakukannya, agar pertahanan kita berkurang, dan pada saat itu mereka datang secara tiba-tiba dan menghancurkan semuanya!”Satu hari telah berlalu, kemudian satu hari lagi, dan satu hari lagi, tapi musuh tidak juga kunjung datang menyerang.Hal ini membuat banyak prasa
Dua prajurit yang diutus oleh Prabu Dera kini membawa perintah, agar Senopati Danur Jaya menjemput dirinya kembali ke istana.“Untuk sementara, Kondisi Istana dalam keadaan baik-baik saja, jadi aku akan akan menyiapkan pasukan untuk menjemput Yang Mulia Raja.” Senopati Danur Jaya mulai menyiapkan beberapa kereta, tapi ketika Rawai Tingkis mendengar hal itu, remaja itu dengan cepat menawarkan diri ingin pergi ke rumah Empu Lanar.Awalnya, Senopati Danur Jaya tidak mengizinkan, tapi Rawai Tingkis malah mengancam akan pergi dari Istana.Pada akhirnya, senopati itu tidak punya pilihan lain, kecuali mengikuti keinginan Rawai Tingkis.Setelah tiba di kediaman Empu Lanar, Rawai Tingkis malah memutuskan tinggal di tempat tersebut untuk sementara waktu.“Tenang saja, aku tidak akan meninggalkan istana dalam keadaan tidak jelas seperti ini,” ucap Rawai Tingkis, “lagipula, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan kepada Empu Lanar.”Setelah terjadi diskusi yang cukup panjang, akhirnya Prabu Dera men
Sudah tiga hari lamanya mereka meninggalkan Istan Indra Pura, dan perjalanan ini membuat Senopati Danur Jaya mengalami emosi yang naik turun karena ulah Rawai Tingkis.Bagaimana tidak, selain buta arah, Rawai Tingkis ini acap kali memesan makanan terlampau banyak setiap kali singgah di kedai makanan, padahal dia tidak membawa uang sama sekali.Belum lagi dia akan tertidur di sembarang tempat, yang tentu saja akan membuat perjalanan ini semakin bertambah lama.Sampai di suatu hari, mereka tiba di sebuah desa yang telah luluh lanta. Tidak ada rumah yang layak huni di desa tersebut, dan tampaknya ada yang melakukan kerusakan belum lama ini.Rawai Tingkis berjalan ke arah bangunan yang masih mengepulkan asap tipis, lalu menarik satu kayu di balik atap rumah.Sedetik kemudian, mata remaja itu mendadak tertutup, sebelum kemudian menarik nafas panjang.“Apa yang terjadi?” tanya Senopati Danur Jaya.Rawai Tingkis tidak menjawab, melainkan pergi ke bangunan yang lain, dan melakukan hal yang sa
Setelah anak itu berhenti menangis, dia menarik tangan Rawai Tingkis masuk melewati akar sulur yang memenuhi sebatang pohon beringin tua.“Aku tidak sendirian Kakan, masih ada yang lain,” ucap bocah kecil itu.Danur Jaya nyaris menangis saat melihat kondisi anak-anak kecil dibalik tirai akar sulur. Kondisi anak-anak ini sangat memprihatinkan, ada yang terluka cukup parah, ada pula yang mengalami luka bakar pada bagian tangannya, hingga nampak jari-jemari bocah itu mengeriput.“Bantu aku membuat gerobak!” pinta Danur Jaya, langsung menarik tubuh Rawai Tingkis keluar dari balik akar sulur.Rawai Tingkis ditugaskan membuat roda dari pohon, sementara Danur Jaya berusaha membuat gerobak dari bambu yang dia temukan di tempat tersebut.Setelah berhasil, menciptakan gerobak, Rawai Tingkis dan Danur Jaya membawa semua anak-anak. Mereka berniat untuk membawa mereka ke kota terdekat, dan mendapatkan pertolongan dari tabib yang ada di kota tersebut.“Cepat Rawai, Cepat!” teriak Danur Jaya, seraya
Tiga hari lamanya, Danur Jaya mencari Rawai Tingkis siang dan malam, dia bahkan telah menyerah saat ini.Mencari keberadaan orang bodoh, tampaknya lebih sulit dibandingkan mencari jarum di tumpukan jerami, beginilah yang dipikirkan Rawai Tingkis.Sampai dia sendiri tidak tahu lagi kemana arah jalan menuju Pulau Tengkorak, karena fokus mencari Rawai Tingkis.Sampai akhirnya pemuda itu tiba di desa lainnya, yang kali ini sedikit lebih ramai dan tampak masih aman.Jalan utama dipenuhi oleh beberapa penjalan kaki, tampak pula ayam dan itik berkeliaran di jalanan tersebut.Sesekali Danur Jaya melihat pak tani memikul gabah, dan ini membuktikan bahwa desa ini masih sangat tentram.Ketika dia berjalan melewati jalanan utama desa tersebut, sayup-sayup Danur Jaya mendengar suara gelak tawa beberapa orang di dalam kedai.Iseng, Danur Jaya pergi menuju kedai tersebut, berniat memesan segelas air dan makanan untuk menganjal perutnya.Namun tanpa dia duga, rupanya Rawai Tingkis berada di dalam ked
Setelah berhasil menghabisi dua satria suci itu, Rawai Tingkis dan Danur Jaya mulai bertanya kepada beberapa warga mengenai jalan menuju Pulau Tengkorak.Namun di sini, tampak jelas jika banyak warga yang merasa takut dengan keberadaan Rawai Tingkis, yang mereka anggap sangat tidak normal ini.Melihat kekejaman Rawai Tingkis dalam menghadapi Satria Suci, mereka berpikir jika remaja itu mungkin pada akhirnya akan menjadi monster yang sangat mengerikan.Belum lagi usia Rawai Tingkis yang masih remaja membuat mereka berpikir bahwa tinggal menunggu waktu sampai usianya menjadi dewasa, maka dia akan menjelma menjadi mesin pembunuh yang begitu buas.Rawai Tingkis hanya menyunggingkan senyum pahit saat mendengar hal tersebut, jadi dia tidak berniat tinggal lebih lama di des aini, dan memutuskan untuk pergi lebih dahulu.Sementara itu, Senopati Danur Jaya sepertinya memahami perasaan Rawai Tingkis, jadi dengan buru-buru dia menyusul remaja tersebut.Di perjalanan, Danur Jaya menanyakan perasa
“Dimana kapalnya?” tanya Danur Jaya, saat dia melihat pelabuhan kecil yang sepi, tapi tidak ada kapal atau bahkan rakit di tempat tersebut. “Apa pria tadi menipuku?” Rawai Tingkis menggaruk kepalanya beberapa kali, tidak pula melihat ada kapal di sini. Lagipula, dulunya dia tidak pernah keluar dari Pulau Tengkorak. Datang ke pulau tersebutpun dia tidak dalam keadaan sadar. Jangan pula ditanya bagaimana Rawai Tingkis bisa terdampar di Desa Air Tenam saat itu, dia jelas lebih tidak tahu lagi. Mencari bebreapa lamanya, akhirnya Danur Jaya menemukan rumak kecil yang beradi di pinggir laguna. Ah dibanding rumah mungkin lebih mirip dengan gubuk biasa, beratap ilalang dan dinding dari kulit pohon. “Perimisi …Permisi …” Danur Jaya mulai memeriksa gubuk tersebut, sesekali dia mengetuk pintu, “permisi, Kisanak, Nisanak! Ada orangkah?” Namun, tidak ada sahutan dari dalam gubuk itu. Danur Jaya akhirnya memberanikan diri membuka pintu dengan paksa, dan ternyata tidak dikunci. Di dalam gubuk
Di saat bersamaan, Rawai Tingkis menyernag Kelelawar Hitam dengan seluruh energi mistik yang dimilikinya.Kecepatannya masih tetap sama, tapi daya hancurnya menjadi sedikit berkurang, dan ini karena tubuhnya terlalu dibebani oleh teknik baru yang dimilikinya saat ini.Lima orang Manusia Murni mencoba melakukan sesuatu atas perintah Ki Langit Hitam untuk mengakhiri nyawa Kelelawar Hitam, tapi mereka bahkan tidak dapat mendekati pria jahat itu.Sekarang mereka tahu kekuatan Rawai Tingkis jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mereka semua.Kesombongan mereka selama ini, akhirnya dijatuhkan oleh kenyataan yang memalukan.Bukan hanya lima orang itu, Putri Intan Kumala sendiri juga tidak mampu berhadapan langsung dengan Kelelawar Hitam.“Apa sekarang kalian menyadarinya?” tanya Ki Sundur Langit. “Rawai Tingkis mungkin tidak membutuhkan pengakuan dari orang lain, tapi aku yakin, sekarang kalian mengakui kekuatannya!”Kelimanya langsung terdiam, tidak lagi menjawab ataupun berbuat sesuatu unt
Kedatangan Camar Putih membuat perubahan pada jalannya pertempuran antara Rawai Tingkis dan Kelelawar Hitam.Kedatangannya sama seperti kedatangan Ki Sundur Langit dan Ki Langit Hitam untuk membantu para Manusia Murni dalam mengalahkan Beruang Salju.Dua Satria Roh Suci kini menghadapi serangan demi serangan dari pihak Rawai Tingkis.Berkat kedatangan Camar Putih pula, Kelelawar Hitam untuk pertama kalinya setelah menggunakan Ulat Dari Neraka, terkena tebasan Rawai Tingkis.“Aku akan melindungimu!” ucap Camar Putih.“Baiklah, aku mengerti!” Rawai Tingkis melaju cepat ke arah Kelelawar Hitam, sementara Camar Putih bertugas menahan semua serangan bola mistik yang dilempar musuhnya.“Aku tidak akan membiarkan dirimu menguasai Benua ini,” ucap Camar Putih, sembari melepaskan beberapa serangan berbentuk sayap putih yang berputar seperti gasing.Boom.Setiap bola mistik diledakan sebelum menyentuh tubuh Rawai Tingkis dengan sayap-sayap putih tersebut.“Camar Putih, kau selalu menghalangi re
Ki Langit Hitam dan Ki Sundur Langit, memasang kuda-kuda sebelum kemudian mulai menyerang Beruang Salju.Dua larik cahaya keluar dari telapak tangan dua pria tua tersebut, melesat cepat ke arah Beruang Salju.Mendapati serangan itu, Beruang Salju terpaksa menangkis serangan lawan dengan teknik pertahanan dinding es miliknya.Boom.Ledakan kecil terjadi di atas istana es, menggetarkan bagian puncak dari bangunan es tersebut.Saat Beruang Salju berniat melakukan perlawanan, dua petinggi Padepokan Surya telah berada di depannya, dan melancarkan serangan pisik.Suah.Beruang Salju melesat ke samping, menghindari pukulan Ki Langit Hitam, di saat yang sama, Ki Sundur Langit menyapukan tendangan cepat ke arah wajah Petinggi Penjaga Dunia tersebut.Boom.Tubuh Beruang Salju melesat cepat, meninggalkan Istana Es, dan jatuh terhempas di permukaan tanah yang gersang.Dia bangkit, lalu melepaskan dua bole energi ke arah lawannya. Sayangnya, dua serangan itu dapat dihindari oleh Ki Sundur Langit d
Serangan besar yang dilakukan oleh Rawai Tingkis dan Kelelawar Hitam, telah menyebabkan banyak kerusakan di sekitar mereka berdua.Namun dua orang itu, masih menolak untuk menyerah, meskipun salah satunya mengalami luka yang cukup serius, yaitu Kelelawar Hitam.Kelelawar Hitam memiliki energi mistik yang berlimpah, membuat dia percaya dapat mengalahkan Rawai Tingkis dalam segala kondisi yang dialaminya saat ini.Andaipun hanya memiliki satu tangan dan satu mata saja, Kelelawar Hitam masih percaya dapat menumbangkan Rawai Tingkis.Di sisi lain, Rawai Tingkis memiliki pertahanan pisik yang lebih baik, berkat pengobatan yang dilakukan oleh Naga Kecil.Namun demikian, energi mistik yang dimiliki pemuda itu berada jauh di bawah Kelelawar Hitam.Dua Roh Suci yang ada pada tubuh Rawai Tingkis, terbilang berusia muda, apa lagi Naga Kecil yang baru saja lahir beberapa waktu yang lalu. Energi mistik ke dua Roh Suci ini masih digolongkan kelas menengah, dan tidak dapat disandingkan oleh Energi M
Tidak pernah dirasakan oleh Kelelawar Hitam sensasi dan juga pengalaman seperti ini saat menghadapi musuh-musuhnya, kecuali hari ini.Dia tidak pernah takut, tapi hari ini dia melihat siapa yang kuat, dan siapa yang menjadi penguasa dari kalangan Roh Suci.Namun perasaan itu segera ditepisnya, dia tidak ingin jatuh dalam perangkap Rawai Tingkis.Kelelawar Hitam mengira, ini hanyalah permainan ilusi saja, mungkin ada kekuatan lain yang dimiliki oleh Rawai Tingkis, untuk mengendalikan pikirannya.Namun sayangnya, dia memang melihat sisi lain dari Rawai Tingkis.Sementara itu, Beruang Salju merasakan gejolak kekuatan Rawai Tingkis, dan tidak bisa tinggal diam saat ini.“Ini akan gawat, aku harus membantunya,” ucap Beruang Salju.Pria itu menaikan satu telunjuknya ke langit, lalu energi dingin menggumpal di ujung telunjuknya.Tidak selang beberapa lama, sesuatu yang sangat menakjubkan muncul di langit.Putri Intan Kumala menatap ke langit, dan untuk sesaat wajahnya menjadi tegang, meskipu
Beruang Salju masih berusaha untuk menumbangkan Putri Intan Kumala, meskipun tadinya dia penuh dengan kepercayaan diri dapat mengalahkan Kumala, tapi kenyataanya dia butuh waktu lama untuk menjatuhkan gadis tersebut. Beruang Salju telah menggunakan segagala cara untuk menjatuhkan boneka gurita raksasa yang dikendalikan oleh Putri Intan Kumala, tapi sialnya dia tidak mampu melakukan itu. Setiap kali dia brhasil memotong satu bagian tangan gurita itu, maka ditempat yang sama, tangan lain akan tumbuh. Menghadapi persoalan semacam ini, membuat kepala Beruang Salju serasa akan pecah. Sejauh ini, dia telah menemukan banyak ide, dan menerapkannya, bahkan ide paling licik sekalipun telah dia gunakan. “Jika aku tahu sebelumnya kekuatan gadis ini, aku tidak akan memilih padang tandus sebagai lokasi pertemuan,” ucap Beruang Salju. Baru kini dia menyadari kesalahannya, dan keunggulan Putri Intan Kuamala. Dengan semua batu yang ada di padang tandus, menjadikan Putri Intan Kumala memiliki pa
Bola-bola energi yang dilempar dengan mudah oleh Kelelawar Hitam, tapi menghasilkan dampak yang sangat mengrikan.Dari sini, terlihat betapa hebatnya Kelelawar Hitam sebenarnya, dan dari sini pula terlihat betapa kuatnya Roh Suci pada saat itu.Kekuatan sebesar Kelelawar Hitam bahkan tidak mampu menaklukan Roh Suci tanpa bantuan Satria Roh Suci dan Manusia Murni di jamannya.“Akan kuundang binatang kegelapan,” ucap Kelelawar Hitam.Dia melakukan sebuah gerakan, yang tidak jelas, tapi di ujung gerakan itu, dia mengarahkan telapak tangannya ke atas.Sedetik kemudian, kepulan asap muncul dari telapak tangan itu, lalu tepat di atas kepalanya, sekitar dua atau tiga depa tingginya, asap itu membentuk lingkaran besar.Belum tahu apa yang terjadi atau apa yang akan dilakukan oleh Kelelawar Hitam itu, tapi auranya sudah menyebar ke segala arah, dan berhasil menekan mental Rawas Kalat dan Danur Jaya.“Kalian akan menjadi santapan siang ini!”Dan, tiba-tiba.Goar… mahluk hitam besar muncul dari
Sementara itu, Rawas Kalat dan Danur Jaya masih berjibaku sengit melawan Kelelawar Hitam yang mencoba menemukan keberadaan Rawi Tingkis.Dua pemuda mati-matian menahan Kelelawar Hitam, mencoba melakukan yang terbaik meski kerap mendapatkan luka pada bagian tubuh mereka.Sesekali akan terlihat debu jamur raksasa menghiasi udara siang ini, ketika salah satu dari mereka dihempas kasar ke permukaan tanah.Jangan bertanya berapa banyak darah yang dikeluarkan dari dalam tubuhnya, sebab luka yang diterima ke dua pemuda itu tiada terhitung jumlahnya.Menghadai manusia yang memiliki energi mistik dalam jumlah besar, memang sangat menyulitkan.Bahkan, nyawa mereka kini seolah berada di ujung tanduk, hanya menunggu kematian saja.Sayangnya, tekad dan semangat juang ke dua pemuda itu tidak dapat dianggap remeh.Jatuh bangun hal biasa, kini keduanya mulai bersahabat dengan luka-luka.Setelah kehabisan anak panah, Danur Jaya terpaksa menggunakan busur panah untuk bertarung. Busur itu dijadikan sema
Kelelawar Hitam menepis seluruh api yang menyelimuti dirinya dengan asap hitam, lalu berdiri setelah jatuh di atas tumpukan kerikil. Dia memandang Rawas Kalat dengan penuh emosi.“Kalian juga bagian dari pencurian Seruling Emas-““Memangnya kenapa?” timpal Rawas Kalat.Mendengar jawaban itu, wajah Kelelawar Hitam menjadi padam, dia menahan nafasnya dengn rahang yang mengeras, lalu dia berkata, “kalau begitu, kau juga harus mati!”Kelelawar Hitam langsung berubah menjadi asap dan menggempur Rawas Kalat dari segala sisi.Asap hitam secara alami mungkin tidak dapat menghantam tubuh manusia, tapi tidak dengan asap hitam milik Kelelawar Hitam.Asap itu terasa sangat keras sehingga membuat Rawas Kalat begitu kesulitan untuk menahan semua serangan Kelelawar Hitam.Dalam sebuah momen, Rawas Kalat mencoba memukul asap tersebut, tapi tangannya malah terjebak oleh asap itu.Dia tidak bisa menarik tangannya, seolah melekat kuat dalam kepulan asap.Di saat yang sama pula, muncul asap menyerupai ma