Setelah berhasil menghabisi dua satria suci itu, Rawai Tingkis dan Danur Jaya mulai bertanya kepada beberapa warga mengenai jalan menuju Pulau Tengkorak.Namun di sini, tampak jelas jika banyak warga yang merasa takut dengan keberadaan Rawai Tingkis, yang mereka anggap sangat tidak normal ini.Melihat kekejaman Rawai Tingkis dalam menghadapi Satria Suci, mereka berpikir jika remaja itu mungkin pada akhirnya akan menjadi monster yang sangat mengerikan.Belum lagi usia Rawai Tingkis yang masih remaja membuat mereka berpikir bahwa tinggal menunggu waktu sampai usianya menjadi dewasa, maka dia akan menjelma menjadi mesin pembunuh yang begitu buas.Rawai Tingkis hanya menyunggingkan senyum pahit saat mendengar hal tersebut, jadi dia tidak berniat tinggal lebih lama di des aini, dan memutuskan untuk pergi lebih dahulu.Sementara itu, Senopati Danur Jaya sepertinya memahami perasaan Rawai Tingkis, jadi dengan buru-buru dia menyusul remaja tersebut.Di perjalanan, Danur Jaya menanyakan perasa
“Dimana kapalnya?” tanya Danur Jaya, saat dia melihat pelabuhan kecil yang sepi, tapi tidak ada kapal atau bahkan rakit di tempat tersebut. “Apa pria tadi menipuku?” Rawai Tingkis menggaruk kepalanya beberapa kali, tidak pula melihat ada kapal di sini. Lagipula, dulunya dia tidak pernah keluar dari Pulau Tengkorak. Datang ke pulau tersebutpun dia tidak dalam keadaan sadar. Jangan pula ditanya bagaimana Rawai Tingkis bisa terdampar di Desa Air Tenam saat itu, dia jelas lebih tidak tahu lagi. Mencari bebreapa lamanya, akhirnya Danur Jaya menemukan rumak kecil yang beradi di pinggir laguna. Ah dibanding rumah mungkin lebih mirip dengan gubuk biasa, beratap ilalang dan dinding dari kulit pohon. “Perimisi …Permisi …” Danur Jaya mulai memeriksa gubuk tersebut, sesekali dia mengetuk pintu, “permisi, Kisanak, Nisanak! Ada orangkah?” Namun, tidak ada sahutan dari dalam gubuk itu. Danur Jaya akhirnya memberanikan diri membuka pintu dengan paksa, dan ternyata tidak dikunci. Di dalam gubuk
Setelah menempuh perjalanan cukup jauh, akhirnya Pulau Tengkorak telah terlihat meski kabut masih menutupi seluruh pulau tersebut.Namun masalah sekarang mulai datang, ombak semakin membesar, dan kemungkinan besar badai akan datang menerjang.Wajah Danur Jaya semakin terlihat tegang, sementara Pandur berusaha mengendalikan sampan kecilnya agar tidak karam ke dalam lautan.Hanya Rawai Tingkis yang masih terlihat sangat tenang saat ini, bahkan dalam situasi ini, sempat-sempatnya dia tertidur.“Apa itu?” Danur Jaya menunjuk ke arah samping, dengan mata terbelalak seolah akan keluar dari kelopaknya.Nada suara yang bergetar bukan tanpa alasan, sebab saat ini muncul pusaran angin yang mendekati merek. Gemuruh suara badai membuat tulang belulang Danur Jaya menjadi lemah, dan kini dia hanya bisa pasrah menghadapi nasib buruk yang sebentar lagi akan menimpanya.“Aku telah memperhitungkan perjalanan ini, kenapa hari ini muncul badai?”“Apa yang akan kita lakukan?” tanya Danur Jaya kepada Pandu
Dalam beberapa momen, terlihat Rawai Tingkis terpaku di tempatnya, dengan pandangan yang menyapu ke sekeliling tempat.Danur Jaya memperhatikan remaja tersebut, kemudian bertanya kepada Pandur.Pandur tersenyum tipis, kemudian menjelaskan bahwa tempat ini dulunya menjadi tempat penyiksaan bagi objek penelitian seperti Rawai Tingkis.“Ada banyak kenangan buruk di sini bagi Rawai Tingkis, dan mungkin tidak ada satupun kenangan baik yang tersisa di sini.”Danur Jaya tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupan keras yang dilalui oleh Rawai Tingkis di Pulau ini. Hanya mendengar cerita dari Pandur saja, dia sudah bergidik ngeri.Dari sini pula, Danur Jaya mengetahui jika ada ratusan manusia khususnya anak-anak yang mati karena tidak tahan oleh uji coba yang terus dilakukan oleh para ilmuan gila.Saat melihat goa-goa kecil yang disusun dari tumpukan batu, Danur Jaya baru tahu jika goa-goa itu dijadikan tempat tinggal bagi anak-anak selama beberapa hari. Tujuannya, agar tubuh mereka bisa bera
Belum sempat pula Rawai Tingkis keluar dari ruang penjara Pangeran Nundru, seorang pria baru saja muncul dari langit-langit Istana, menerobos masuk ke dalam.Ketika kakinya memijak lantai, semua benda yang ada di dalam ruangan itu terlempar ke segala arah.Danur Jaya terpaksa melindungi Pangeran Nundru dari benda-benda tersebut, sementara Rawai Tingkis hanya menggunakan gagang pedangnya untuk menangkis beberapa logam yang mengarah ke wajahnya.“Rupanya ada orang luar yang datang ke pulau ini?” pria itu kemudian tertawa lebar, sesekali dia terlihat menghisap udara dalam-dalam, “Kebetulan sekali, aku sudah mulai bosan di tempat ini, aku ingin bermain-main dengan kalian sebelum …” pria itu kemudian mengarahkan telapak tangan ke depan, “ sebelum kalian semua mati!”“Apa kalian prjurit Indra Pura?” tanya pria asing itu lagi. “Ah, dalam beberapa bulan ke depan, Indra Pura harus tunduk kepada kami, jika tidak dia akan bernasip sama dengan pulau ini.”“Kami tidak akan tunduk kepada manusia te
Danur Jaya menoleh ke belakang, tapi sosok Pandur juga belum muncul. “Paman Pandur! Apa kau baik-baik saja?”“Aku baik-baik saja?” Pandur berjalan merangkak dari celah reruntuhan, kakinya kini terluka karena kejatuhan batu besar, tapi baginya ini hanyalah masalah kecil.Pada akhirnya, tiga orang itu keluar dari dalam istana, menunggu Rawai Tingkis di halaman bangunan tersebut dengan perasan yang campur aduk.“Jika dia adalah Satria Roh Suci,” ucap Pangeran Nundru, “dia tidak akan kalah. Dia adalah tujuanku selama ini.”“Jangan kau samakan dirinya dengan manusia terkutuk itu,” timpal Danur Jaya, “Rawai Tingkis berbeda dari mereka semua, dia tidak sama seperti yang kau pikirkan. Dia adalah Rawai Tingkis, dia tidak akan menjadi seperti apa yang kau inginkan, Pangeran Nundru.”“Jadi begitu …” Pangeran Nundru hanya tersenyum pahit saat mendengar ucapan Senopati Danur Jaya.Sungguh sangat disayangkan, jika saja Rawai Tingkis saat itu masih berada di dalam pengawasannya, atau jika saja Rawai
Di dalam Istana itu, Rawai Tingkis berjalan dari lorong ke lorong, ruangan demi ruangan yang runtuh, hanya untuk mendapatkan belati pembunuh roh suci.Namun, sampai beberapa saat lamanya, dia tidak menemukan benda tersebut, sementara di luar Istana, tiga orang masih menunggu dirinya dengan perasaan yang gelisah.Tidak ada yang tahu bagaimana kondisi Rawai Tingkis di dalam istana tersebut, tidak ada yang tahu apakah dirinya masih hidup atau sudah mati.Lebih lagi, istana ini tampaknya mulai akan runtuh total.“Ini gawat,” ucap Danur Jaya, dia berniat untuk menyusul Rawai Tingkis, tapi dicegah oleh Pandur.Pandur menjelaskan kepada pemuda itu bahwa saat ini tidak ada yang bisa mereka lakukan, lebih dari itu kemungkinan besar Danur Jaya malah akan menjadi beban bagi Rawai Tingkis.Danur Jaya akhirnya hanya pasrah menunggu kemunculan Rawai Tingkis. Dia sesekali, menatap ke arah puncak Istana yang mulai bergetar.Di sisi lain, Rawai Tingkis masih kesulitan menemukan ruangan, tapi beberapa
Setelah perpisahan itu, Rawai Tingkis dan Danur Jaya kembali ke Istana. Danur Jaya langsung bergegas melaporkan situasi yang terjadi di Pulau Tengkorak, sementara Rawai Tingkis langsung pergi ke rumah Empu Lanar untuk menyempurnakan pedangnya.Melihat belati pembunuh roh suci di tangannya, mata Empu Lanar terbuka lebar. Ini pertama kali dalam hidupnya melihat senjata tersebut.“7 logam yang dijadikan satu,” ucap Empu Lanar, “aku akan menciptakan senjata terbaik untuk membunuh monster berwujud manusia.”“Senjata yang tidak akan melukai manusia,” sambung Rawai Tingkis.“Ya, benar …senjata yang tidak akan melukai manusia, tapi berdampak buruk kepada satria suci.”Empu Lanar segera menyuruh bawahannya untuk menyiapkan segala sesuatu demi menciptakan senjata yang diingkan Rawai Tingkis.Dia mengeluarkan sebuah tungku aneh, dan menurut dirinya tungku perapian ini adalah pusaka turun temurun dari warisan keluarganya.Hampir tidak pernah pusaka itu digunakan oleh Empu Lanar, tapi hari ini, tu
Di saat bersamaan, Rawai Tingkis menyernag Kelelawar Hitam dengan seluruh energi mistik yang dimilikinya.Kecepatannya masih tetap sama, tapi daya hancurnya menjadi sedikit berkurang, dan ini karena tubuhnya terlalu dibebani oleh teknik baru yang dimilikinya saat ini.Lima orang Manusia Murni mencoba melakukan sesuatu atas perintah Ki Langit Hitam untuk mengakhiri nyawa Kelelawar Hitam, tapi mereka bahkan tidak dapat mendekati pria jahat itu.Sekarang mereka tahu kekuatan Rawai Tingkis jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mereka semua.Kesombongan mereka selama ini, akhirnya dijatuhkan oleh kenyataan yang memalukan.Bukan hanya lima orang itu, Putri Intan Kumala sendiri juga tidak mampu berhadapan langsung dengan Kelelawar Hitam.“Apa sekarang kalian menyadarinya?” tanya Ki Sundur Langit. “Rawai Tingkis mungkin tidak membutuhkan pengakuan dari orang lain, tapi aku yakin, sekarang kalian mengakui kekuatannya!”Kelimanya langsung terdiam, tidak lagi menjawab ataupun berbuat sesuatu unt
Kedatangan Camar Putih membuat perubahan pada jalannya pertempuran antara Rawai Tingkis dan Kelelawar Hitam.Kedatangannya sama seperti kedatangan Ki Sundur Langit dan Ki Langit Hitam untuk membantu para Manusia Murni dalam mengalahkan Beruang Salju.Dua Satria Roh Suci kini menghadapi serangan demi serangan dari pihak Rawai Tingkis.Berkat kedatangan Camar Putih pula, Kelelawar Hitam untuk pertama kalinya setelah menggunakan Ulat Dari Neraka, terkena tebasan Rawai Tingkis.“Aku akan melindungimu!” ucap Camar Putih.“Baiklah, aku mengerti!” Rawai Tingkis melaju cepat ke arah Kelelawar Hitam, sementara Camar Putih bertugas menahan semua serangan bola mistik yang dilempar musuhnya.“Aku tidak akan membiarkan dirimu menguasai Benua ini,” ucap Camar Putih, sembari melepaskan beberapa serangan berbentuk sayap putih yang berputar seperti gasing.Boom.Setiap bola mistik diledakan sebelum menyentuh tubuh Rawai Tingkis dengan sayap-sayap putih tersebut.“Camar Putih, kau selalu menghalangi re
Ki Langit Hitam dan Ki Sundur Langit, memasang kuda-kuda sebelum kemudian mulai menyerang Beruang Salju.Dua larik cahaya keluar dari telapak tangan dua pria tua tersebut, melesat cepat ke arah Beruang Salju.Mendapati serangan itu, Beruang Salju terpaksa menangkis serangan lawan dengan teknik pertahanan dinding es miliknya.Boom.Ledakan kecil terjadi di atas istana es, menggetarkan bagian puncak dari bangunan es tersebut.Saat Beruang Salju berniat melakukan perlawanan, dua petinggi Padepokan Surya telah berada di depannya, dan melancarkan serangan pisik.Suah.Beruang Salju melesat ke samping, menghindari pukulan Ki Langit Hitam, di saat yang sama, Ki Sundur Langit menyapukan tendangan cepat ke arah wajah Petinggi Penjaga Dunia tersebut.Boom.Tubuh Beruang Salju melesat cepat, meninggalkan Istana Es, dan jatuh terhempas di permukaan tanah yang gersang.Dia bangkit, lalu melepaskan dua bole energi ke arah lawannya. Sayangnya, dua serangan itu dapat dihindari oleh Ki Sundur Langit d
Serangan besar yang dilakukan oleh Rawai Tingkis dan Kelelawar Hitam, telah menyebabkan banyak kerusakan di sekitar mereka berdua.Namun dua orang itu, masih menolak untuk menyerah, meskipun salah satunya mengalami luka yang cukup serius, yaitu Kelelawar Hitam.Kelelawar Hitam memiliki energi mistik yang berlimpah, membuat dia percaya dapat mengalahkan Rawai Tingkis dalam segala kondisi yang dialaminya saat ini.Andaipun hanya memiliki satu tangan dan satu mata saja, Kelelawar Hitam masih percaya dapat menumbangkan Rawai Tingkis.Di sisi lain, Rawai Tingkis memiliki pertahanan pisik yang lebih baik, berkat pengobatan yang dilakukan oleh Naga Kecil.Namun demikian, energi mistik yang dimiliki pemuda itu berada jauh di bawah Kelelawar Hitam.Dua Roh Suci yang ada pada tubuh Rawai Tingkis, terbilang berusia muda, apa lagi Naga Kecil yang baru saja lahir beberapa waktu yang lalu. Energi mistik ke dua Roh Suci ini masih digolongkan kelas menengah, dan tidak dapat disandingkan oleh Energi M
Tidak pernah dirasakan oleh Kelelawar Hitam sensasi dan juga pengalaman seperti ini saat menghadapi musuh-musuhnya, kecuali hari ini.Dia tidak pernah takut, tapi hari ini dia melihat siapa yang kuat, dan siapa yang menjadi penguasa dari kalangan Roh Suci.Namun perasaan itu segera ditepisnya, dia tidak ingin jatuh dalam perangkap Rawai Tingkis.Kelelawar Hitam mengira, ini hanyalah permainan ilusi saja, mungkin ada kekuatan lain yang dimiliki oleh Rawai Tingkis, untuk mengendalikan pikirannya.Namun sayangnya, dia memang melihat sisi lain dari Rawai Tingkis.Sementara itu, Beruang Salju merasakan gejolak kekuatan Rawai Tingkis, dan tidak bisa tinggal diam saat ini.“Ini akan gawat, aku harus membantunya,” ucap Beruang Salju.Pria itu menaikan satu telunjuknya ke langit, lalu energi dingin menggumpal di ujung telunjuknya.Tidak selang beberapa lama, sesuatu yang sangat menakjubkan muncul di langit.Putri Intan Kumala menatap ke langit, dan untuk sesaat wajahnya menjadi tegang, meskipu
Beruang Salju masih berusaha untuk menumbangkan Putri Intan Kumala, meskipun tadinya dia penuh dengan kepercayaan diri dapat mengalahkan Kumala, tapi kenyataanya dia butuh waktu lama untuk menjatuhkan gadis tersebut. Beruang Salju telah menggunakan segagala cara untuk menjatuhkan boneka gurita raksasa yang dikendalikan oleh Putri Intan Kumala, tapi sialnya dia tidak mampu melakukan itu. Setiap kali dia brhasil memotong satu bagian tangan gurita itu, maka ditempat yang sama, tangan lain akan tumbuh. Menghadapi persoalan semacam ini, membuat kepala Beruang Salju serasa akan pecah. Sejauh ini, dia telah menemukan banyak ide, dan menerapkannya, bahkan ide paling licik sekalipun telah dia gunakan. “Jika aku tahu sebelumnya kekuatan gadis ini, aku tidak akan memilih padang tandus sebagai lokasi pertemuan,” ucap Beruang Salju. Baru kini dia menyadari kesalahannya, dan keunggulan Putri Intan Kuamala. Dengan semua batu yang ada di padang tandus, menjadikan Putri Intan Kumala memiliki pa
Bola-bola energi yang dilempar dengan mudah oleh Kelelawar Hitam, tapi menghasilkan dampak yang sangat mengrikan.Dari sini, terlihat betapa hebatnya Kelelawar Hitam sebenarnya, dan dari sini pula terlihat betapa kuatnya Roh Suci pada saat itu.Kekuatan sebesar Kelelawar Hitam bahkan tidak mampu menaklukan Roh Suci tanpa bantuan Satria Roh Suci dan Manusia Murni di jamannya.“Akan kuundang binatang kegelapan,” ucap Kelelawar Hitam.Dia melakukan sebuah gerakan, yang tidak jelas, tapi di ujung gerakan itu, dia mengarahkan telapak tangannya ke atas.Sedetik kemudian, kepulan asap muncul dari telapak tangan itu, lalu tepat di atas kepalanya, sekitar dua atau tiga depa tingginya, asap itu membentuk lingkaran besar.Belum tahu apa yang terjadi atau apa yang akan dilakukan oleh Kelelawar Hitam itu, tapi auranya sudah menyebar ke segala arah, dan berhasil menekan mental Rawas Kalat dan Danur Jaya.“Kalian akan menjadi santapan siang ini!”Dan, tiba-tiba.Goar… mahluk hitam besar muncul dari
Sementara itu, Rawas Kalat dan Danur Jaya masih berjibaku sengit melawan Kelelawar Hitam yang mencoba menemukan keberadaan Rawi Tingkis.Dua pemuda mati-matian menahan Kelelawar Hitam, mencoba melakukan yang terbaik meski kerap mendapatkan luka pada bagian tubuh mereka.Sesekali akan terlihat debu jamur raksasa menghiasi udara siang ini, ketika salah satu dari mereka dihempas kasar ke permukaan tanah.Jangan bertanya berapa banyak darah yang dikeluarkan dari dalam tubuhnya, sebab luka yang diterima ke dua pemuda itu tiada terhitung jumlahnya.Menghadai manusia yang memiliki energi mistik dalam jumlah besar, memang sangat menyulitkan.Bahkan, nyawa mereka kini seolah berada di ujung tanduk, hanya menunggu kematian saja.Sayangnya, tekad dan semangat juang ke dua pemuda itu tidak dapat dianggap remeh.Jatuh bangun hal biasa, kini keduanya mulai bersahabat dengan luka-luka.Setelah kehabisan anak panah, Danur Jaya terpaksa menggunakan busur panah untuk bertarung. Busur itu dijadikan sema
Kelelawar Hitam menepis seluruh api yang menyelimuti dirinya dengan asap hitam, lalu berdiri setelah jatuh di atas tumpukan kerikil. Dia memandang Rawas Kalat dengan penuh emosi.“Kalian juga bagian dari pencurian Seruling Emas-““Memangnya kenapa?” timpal Rawas Kalat.Mendengar jawaban itu, wajah Kelelawar Hitam menjadi padam, dia menahan nafasnya dengn rahang yang mengeras, lalu dia berkata, “kalau begitu, kau juga harus mati!”Kelelawar Hitam langsung berubah menjadi asap dan menggempur Rawas Kalat dari segala sisi.Asap hitam secara alami mungkin tidak dapat menghantam tubuh manusia, tapi tidak dengan asap hitam milik Kelelawar Hitam.Asap itu terasa sangat keras sehingga membuat Rawas Kalat begitu kesulitan untuk menahan semua serangan Kelelawar Hitam.Dalam sebuah momen, Rawas Kalat mencoba memukul asap tersebut, tapi tangannya malah terjebak oleh asap itu.Dia tidak bisa menarik tangannya, seolah melekat kuat dalam kepulan asap.Di saat yang sama pula, muncul asap menyerupai ma