Beranda / Pendekar / Satria Roh Suci / Bab 101 - Bab 110

Semua Bab Satria Roh Suci: Bab 101 - Bab 110

260 Bab

Keberuntungan

Beberapa orang bertanya kenapa mereka dikumpulkan saat ini, padahal matahari belum nampak di ufuk timur.Namun seorang pria yang ditunjuk sebagai salah satu petugas pelaksana sayembara itu menjelaskan, jika mereka harus pergi menuju sebuah wilayah yang telah ditentukan.Butuh waktu satu jam untuk pergi ke tempat tersebut, dan sayangnya, dia tidak memberi tahu dimana tempat itu berada.“Siapa yang tiba di tempat itu, maka dia berhak mengikuti sayembara ini,” ucap petugas tersebut.“Eh, bukankah itu artinya sayembara sudah dimulai?” timpal salah satu peserta yang lain.“Semua orang bebas mengikuti sayembara ini, tapi tidak semua orang layak mengikutinya. Tiket untuk mengikuti sayembara, telah ditentukan. Temukan tempat itu, dan kalian bisa mengikutinya!”Dalam hal seperti ini, orang yang paling pusing; Rawai Tingkis. Dia tidak bisa membaca peta, tidak tahu arah, apa lagi tanpa pedoman matahari.Jika sebuah tempat yang sudah ditentukan saja tidak bisa dia temukan, lalu bagaimana dengan t
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-04
Baca selengkapnya

Tandus Kematian

Danur Jaya akhirnya tiba di lokasi yang telah ditentukan, tapi dia merasa jengkel karena mengetahui Rawai Tingkis adalah orang pertama yang tiba di tempat tersebut.Rasanya ingin sekali dia memukul kepala Rawai Tingkis.“Aku mencarimu kemana-mana, dasar sialan!” gerutu Danur Jaya.“Ah, aku juga memikirkan hal yang sama, apa kau tersesat?”“Kau-“ Danur Jaya menghela nafas panjang, tidak ingin melanjutkan perdebatan yang tentu saja hanya akan membuat dirinya merasa kesal.Tempat ini dinamakan Tandus Kematian, karena tidak ada manusia yang tinggal di tempat ini. Sejarah mengatakan, tempat ini dulunya adalah panggung eksekusi bagi manusia yang berniat mengambil alih Bukit Batu dari tangan bangsawan kerajaan.Setelah kejadian itu, Tandus Kematian tidak lagi dihuni oleh manusia.Hingga hari ini, tempat ini akhirnya dijadikan sebagai panggsung sayembara bagi seluruh peserta.“Sangat jarang ada mahluk hidup di sini,” ucap salah satu petugas sayembara, “tapi kami telah melepaskan beberapa bina
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-05
Baca selengkapnya

Menangkap Ular

Setelah beberapa saat kemudian, ular sanca yang dikatakan oleh Rawai Tingkis akhirnya menunjukan wujudnya.Besar ular sanca tidak kurang dengan pohon kelapa, menggeliat saat dua manusia itu datang mendekati kediamannya.Danur Jaya berpikir, Bukit Batu bukan menyelenggarakan sayembara tapi menyelenggarakan kematian bagi para peserta.Masih mending berhadapan dengan serigala atau harimau, tapi ular sanca ini jelas binatang yang sulit untuk diatasi. Anak panah tidak terlalu berguna bagi ular sebesar ini.“Apa yang akan kita lakukan?” tanya Danur Jaya, suaranya bergetar saat ini, sementara Rawai Tingkis masih bisa tersenyum melihat kemunculan mahluk tersebut.“Ini akan sedikit merepotkan karena kita tidak boleh membunuhnya,” ucap Rawai Tingkis, remaja itu menyarankan agar Danur Jaya bersembunyi di celah batu yang ada di belakangnya, sementara Rawai Tingkis sendiri yang akan menghadapi mahluk tersebut.Suah.Ular menyerang Rawai Tingkis, remaja itu harus melompat ke kiri untuk menghindari
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-05
Baca selengkapnya

Perdebatan

“Ular ini milik Senopati Danur Jaya …” Rawai Tingkis langsung memotong ucapan dua senopati yang kini sedang berdebat masalah ular ini. “Aku hanya membantu Senopati Danur Jaya untuk menangkapnya.”“Rawai Tingkis?”“Tenanglah!” Rawai Tingkis menepuk pundak Danur Jaya, kemudian dia menatap wajah senopati dari Bukit Batu, lalu berkata, “Buruan ini milik Senopati Danur Jaya, catat namany!”“Catat Namanya!” teriak senopati itu.Setelah berhasil mendapatkan buruan, lebih lagi buruan yang begitu besar, Danur Jaya akhirnya telah lulus babak pertama sayembara yang diadakan oleh Istana Bukit Batu.Sekarang pemuda itu dibawa oleh beberapa petugas menuju sebuah tenda yang telah disiapkan.Senopati Bukit Batu kemudian masuk ke dalam tenda tersebut, lalu dia tersenyum penuh arti dan berkata, “aku tidak tahu bagaimana kau menangkapnya, karena ular ini sangat kuat. Namun, karena kau Senopati, aku tidak terlalu terkejut …Setiap Senopati memiliki otak yang cerdas …”Setelah berkata seperti itu, Senopati
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-05
Baca selengkapnya

Ngarai

Rawai Tingkis berjalan cepat ke suatu arah. Dimalam yang dingin ini, tampaknya Sayembara belum juga selesai dilaksanakan, karena banyak peserta yang belum membawa hewan buruan mereka. Ini termasuk Rawas Kalat.Rawas Kalat bukannya tidak berhasil mendapatkan hewan buruan, tapi dari lima hewan buruan, hanya satu saja yang berhasil hidup, sementara empat yang lain terlanjur dibunuh oleh remaja tersebut.Satu hewan itu,kemudian diberikan kepada rekannya, dan kini hanya Rawas Kalat sendiri dari perwakilan Partai Tuak.Sementara itu, Pangeran Gadang Saba telah berhasil membawa hewan buruannya, dan kini tinggal menunggu sayembera selanjutnya di tenda yang telah disiapkan oleh peserta.Sampai menjelang tengah malam, Rawas Kalat berada di puncak bukit batu yang seakan menyentuh tingginya langit.Dari sini, dia memandang jauh ke segala arah, melihat ada banyak obor di tengah tandus kematian.Barang kali, obor-obor itu milik para peserta yang masih berkeliaran mencari hewan buruannya.Ah, mungki
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-06
Baca selengkapnya

Tanduk Naga

Pertarungan sengi tantara Rawai Tingkis melawan ular berusia ratusan tahun tidak dapat dihindari lagi.Mahluk itu menyerang Rawai Tingkis dengan begitu buas, memanfaatkan racun di mulutnya untuk melumpuhkan remaja tersebut.Bukan hanya itu, senjata lain yang tidak kala kuat adalah ekornya yang mampu menghancurkan benda apapun menjadi serpihan kecil.Itu juga batu besar yang baru saja terkena sabetan ekor besar mahluk tersebut.Rawai Tingkis harus bekerja keras, dan mengandalkan insting bertarung melawan mahluk tanpa akal ini.Sudah kepalang tanggung, Rawai Tingkis tidak mungkin keluar dari Ngarai ini sebelum membunuh ular tersebut.Jika dia melarikan diri, ular ini bisa saja mengejar Rawai Tingkis, lalu semua orang akan dalam bahaya.Membunuh ular itu adalah keharusan saat ini.Semua pikiran mengenai sayembara harus ditepis untuk saat ini, konsetrasi penuh dan ketenangan sangat dibutuhkan sekarang.Kala Rawai Tingkis menggunakan salah satu jurusnya, tebasan pedang yang dia gunakan sam
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-06
Baca selengkapnya

Telur Naga

Setelah mendapatkan tanduk naga, Rawai Tingkis kini akhirnya dapat melawan ular raksasa tersebut.Tidak ada satupun dari serangan Rawai Tingkis yang kini tidak menciptakan luka pada ular itu.Tebasan dan tusukan, atau juga pukulan yang dilakukan Rawai Tingkis membuat ular berdarah-darah.Mahluk tersebut menggelepar keras, karena kesakitan, tapi Rawai Tingkis tidak menghentikan serangannya.Remaja itu tahu, serangannya tidaklah berarti bagi ular ini, karena ukurannya yang besar, tapi luka banyak yang dihasilkan dari tebasan Rawai Tingkis, pada akhirnya akan melemahkan mahluk tersebut.Huar.Mahluk itu melepaskan semburan racun yang begitu banyak ke arah Rawai Tingkis, nyaris melumuri wajah remaja tersebut.Pakaian Rawai Tingkis telah dipenuhi oleh racun, dan kini pakaian tersebut mengeluarkan asap tebal. Terbakar oleh racun.Bersegera Rawai Tingkis menanggalkan pakainnya, dan kini hanya menyisakan celana pendek.Jika sedetik saja dia terlambat, kemungkinan besar seluruh pakaiannya akan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-07
Baca selengkapnya

Sepasang Serigala

Tidak salah jika mengatakan telur naga berukuran raksasa, tapi tidak salah pula jika menganggap telur naga berukuran sebesar ibu jari…Roh Suci kembali menjelaskan.Kemungkinan besar, naga tersebut mati pada saat proses pembentukan telur, atau mungkin mati setelah selesai kawin.Telur tidak keluar dari dalam perutnya, karena telur itu sebenarnya masih berukuran kecil, dan belum layak untuk keluar.Namun kemungkinan, sang naga menggunakan seluruh kekuatan misiknya, untuk melindungi telur yang belum ‘matang’ sebelum kematiannya.Kala induk naga mati, telur masih tetap aman, sampai akhirnya seluruh tubuh induk naga hancur dimakan waktu.Telur naga kecil ini masih utuk karena lindungan energi mistik yang dimilikinya, sampai kemudian entah apa yang terjadi, akar sulur melindungi telur ini dari bahaya.Mengenai ular raksasa itu, kemungkinan pula sudah tahu jika telur ini adalah telur naga. Jadi dia sengaja tinggal di tempat itu, untuk menunggunya meletas, meski sebenarnya kecil harapan telur
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-07
Baca selengkapnya

Babak Ke Dua

Selain Rawai Tingkis, tidak ada satupun peserta yang membawa buruannya seolah pengawalnya. Semua buruan terluka parah, hanya saja tidak mati.Namun Rawai Tingkis malah diberi makan oleh hewan yang akan diburu oleh dirinya.Dari babak pertama ini, 50% orang telah gagal mengikuti sayembara, dan hampir 20 orang peserta yang baru kembali setelah dijemput oleh beberapa petugas sayembara.Namun beberapa petugas merasa heran dengan lingkungan Tandus Kematian setelah turun hujan. Mulai banyak tanaman paku tumbuh di tempat tersebut.“Apa yang terjadi dengan tempat ini sebenarnya?”Setelah beberapa waktu kemudian, senopati utama yang bertugas sebagai pemimpin sayembara ini, mengumumkan babak ke dua.Ini adalah babak yang ditunggu-tunggu oleh sebagai orang yang suka dengan pertarungan, termasuk Rawas Kalat dan Pangeran Gadang Saba.“Apa yang terjadi dengamu?” tanya Danur Jaya, “saat terjadi hujan deras, apa hujan ini karena ulahmu.”“Kau pikir aku bisa melakukan hal seperti itu?” tanya Rawai Tin
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-09
Baca selengkapnya

Satu Tebasan

Sementara para peserta sedang bertarung, Pangeran Gadang Saba menemani Rawai Tingkis mencari makanan.Namun karena kebanyakan orang menonton jalannya sayembara tersebut, hampir tidak ada kedai makanan yang buka hari ini.Gadang Saba lalu mengajak Rawai Tingkis untuk mengambil beberapa makanan di dalam istana.Setelah mendapatkan beberapa potong roti dan daging, mereka berdua kembali menuju arena pertandingan, tapi di perjalanan, Gadang Saba menghentikan langkah kaki Rawai Tingkis.Gadang Saba kemudian menunjukan sesuatu kepada Rawai Tingkis, “ini adalah mutiara emas, aku ingin membaginya kepadamu …”“Untuku?” Rawai Tingkis menggaruk kepalanya beberapa kali, “Tidak, tidak …aku tidak ingin menggunakan sumber daya seperti ini.”“Tujuan ayah mengadakan pertandingan ini untuk menunjukan kekuatan dari pengguna mutiara emas, aku ingin kau menggunakannya agar kita bisa bertarung imbang di akhir sayembara!”Gadang Saba merasa Rawai Tingkis memiliki banyak nilai lebih, dan dia begitu penasaran
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-09
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
26
DMCA.com Protection Status