Pertarungan sengi tantara Rawai Tingkis melawan ular berusia ratusan tahun tidak dapat dihindari lagi.Mahluk itu menyerang Rawai Tingkis dengan begitu buas, memanfaatkan racun di mulutnya untuk melumpuhkan remaja tersebut.Bukan hanya itu, senjata lain yang tidak kala kuat adalah ekornya yang mampu menghancurkan benda apapun menjadi serpihan kecil.Itu juga batu besar yang baru saja terkena sabetan ekor besar mahluk tersebut.Rawai Tingkis harus bekerja keras, dan mengandalkan insting bertarung melawan mahluk tanpa akal ini.Sudah kepalang tanggung, Rawai Tingkis tidak mungkin keluar dari Ngarai ini sebelum membunuh ular tersebut.Jika dia melarikan diri, ular ini bisa saja mengejar Rawai Tingkis, lalu semua orang akan dalam bahaya.Membunuh ular itu adalah keharusan saat ini.Semua pikiran mengenai sayembara harus ditepis untuk saat ini, konsetrasi penuh dan ketenangan sangat dibutuhkan sekarang.Kala Rawai Tingkis menggunakan salah satu jurusnya, tebasan pedang yang dia gunakan sam
Setelah mendapatkan tanduk naga, Rawai Tingkis kini akhirnya dapat melawan ular raksasa tersebut.Tidak ada satupun dari serangan Rawai Tingkis yang kini tidak menciptakan luka pada ular itu.Tebasan dan tusukan, atau juga pukulan yang dilakukan Rawai Tingkis membuat ular berdarah-darah.Mahluk tersebut menggelepar keras, karena kesakitan, tapi Rawai Tingkis tidak menghentikan serangannya.Remaja itu tahu, serangannya tidaklah berarti bagi ular ini, karena ukurannya yang besar, tapi luka banyak yang dihasilkan dari tebasan Rawai Tingkis, pada akhirnya akan melemahkan mahluk tersebut.Huar.Mahluk itu melepaskan semburan racun yang begitu banyak ke arah Rawai Tingkis, nyaris melumuri wajah remaja tersebut.Pakaian Rawai Tingkis telah dipenuhi oleh racun, dan kini pakaian tersebut mengeluarkan asap tebal. Terbakar oleh racun.Bersegera Rawai Tingkis menanggalkan pakainnya, dan kini hanya menyisakan celana pendek.Jika sedetik saja dia terlambat, kemungkinan besar seluruh pakaiannya akan
Tidak salah jika mengatakan telur naga berukuran raksasa, tapi tidak salah pula jika menganggap telur naga berukuran sebesar ibu jari…Roh Suci kembali menjelaskan.Kemungkinan besar, naga tersebut mati pada saat proses pembentukan telur, atau mungkin mati setelah selesai kawin.Telur tidak keluar dari dalam perutnya, karena telur itu sebenarnya masih berukuran kecil, dan belum layak untuk keluar.Namun kemungkinan, sang naga menggunakan seluruh kekuatan misiknya, untuk melindungi telur yang belum ‘matang’ sebelum kematiannya.Kala induk naga mati, telur masih tetap aman, sampai akhirnya seluruh tubuh induk naga hancur dimakan waktu.Telur naga kecil ini masih utuk karena lindungan energi mistik yang dimilikinya, sampai kemudian entah apa yang terjadi, akar sulur melindungi telur ini dari bahaya.Mengenai ular raksasa itu, kemungkinan pula sudah tahu jika telur ini adalah telur naga. Jadi dia sengaja tinggal di tempat itu, untuk menunggunya meletas, meski sebenarnya kecil harapan telur
Selain Rawai Tingkis, tidak ada satupun peserta yang membawa buruannya seolah pengawalnya. Semua buruan terluka parah, hanya saja tidak mati.Namun Rawai Tingkis malah diberi makan oleh hewan yang akan diburu oleh dirinya.Dari babak pertama ini, 50% orang telah gagal mengikuti sayembara, dan hampir 20 orang peserta yang baru kembali setelah dijemput oleh beberapa petugas sayembara.Namun beberapa petugas merasa heran dengan lingkungan Tandus Kematian setelah turun hujan. Mulai banyak tanaman paku tumbuh di tempat tersebut.“Apa yang terjadi dengan tempat ini sebenarnya?”Setelah beberapa waktu kemudian, senopati utama yang bertugas sebagai pemimpin sayembara ini, mengumumkan babak ke dua.Ini adalah babak yang ditunggu-tunggu oleh sebagai orang yang suka dengan pertarungan, termasuk Rawas Kalat dan Pangeran Gadang Saba.“Apa yang terjadi dengamu?” tanya Danur Jaya, “saat terjadi hujan deras, apa hujan ini karena ulahmu.”“Kau pikir aku bisa melakukan hal seperti itu?” tanya Rawai Tin
Sementara para peserta sedang bertarung, Pangeran Gadang Saba menemani Rawai Tingkis mencari makanan.Namun karena kebanyakan orang menonton jalannya sayembara tersebut, hampir tidak ada kedai makanan yang buka hari ini.Gadang Saba lalu mengajak Rawai Tingkis untuk mengambil beberapa makanan di dalam istana.Setelah mendapatkan beberapa potong roti dan daging, mereka berdua kembali menuju arena pertandingan, tapi di perjalanan, Gadang Saba menghentikan langkah kaki Rawai Tingkis.Gadang Saba kemudian menunjukan sesuatu kepada Rawai Tingkis, “ini adalah mutiara emas, aku ingin membaginya kepadamu …”“Untuku?” Rawai Tingkis menggaruk kepalanya beberapa kali, “Tidak, tidak …aku tidak ingin menggunakan sumber daya seperti ini.”“Tujuan ayah mengadakan pertandingan ini untuk menunjukan kekuatan dari pengguna mutiara emas, aku ingin kau menggunakannya agar kita bisa bertarung imbang di akhir sayembara!”Gadang Saba merasa Rawai Tingkis memiliki banyak nilai lebih, dan dia begitu penasaran
Setelah menyerang lawannya, dan memastikan sang lawan kalah, Rawai Tingkis tanpa peduli menatap semua peserta di arena pertandingan. Wajah mereka lebih banyak yang tegang karena tindakan Rawai Tingkis.Seolah mereka melihat anak singa baru saja melahap seekor gajah saat ini.Rawas Kalat yang awalnya merasa cukup pantas melawan Rawai Tingkis, kini berpikir sebaliknya.Bahkan dia dengan tinju orang mabuk saat mabuk sekalipun tampaknya tidak bisa mejatuhkan lawan seperti yang dilakukan oleh Rawai Tingkis.Raja dari Negri Bukit Batu yang menjadi tuan rumah juga tercengang melihatnya. Rawai Tingkis baru saja menumbangkan kebanggaan yang dimiliki oleh raja itu.“Apa dia seorang satria?” Pertanyaan itu tertuju kepada Prabu Dera yang duduk tenang dengan senyum penuh arti. “Kenapa kau tidak bilang, jika dia seorang satria.”“Sayang sekali, dia berbeda dari dugaanmu …” timpal Prabu Dera, “Jelas dia tidak menggunakan mutiara emas.”“Jadi dari mana kekuatan remaja itu, jika bukan dari mutiara ema
Rawai Tingkis tersenyum melihat gerakan pemuda itu, dia sendiri malah menggelengkan kepala.Jika diperhatikan, Gadang Saba seperti Ronggo dalam sisi yang baik.Dan benar saja, serangan pemuda tersebut dapat ditahan dengan dua jari tangan saja.Gadang Saba tidak menggunakan pedangnya untuk menahan mata tombak, tentu saja membuat semua orang yang ada di tempat itu selain Raja Bukit Batu menjadi tercengang bukan main.Mata mereka terbelalak, seolah akan keluar dari kelopaknya.Rawai Tingkis tersenyum penuh arti, sementara Senopati Danur Jaya langsung paham dengan sumber kekuatan Pangeran Gadang Saba.“Jadi dia adalah Satria Suci?” gumam Danur Jaya. “Tidak mustahil jika dia ditempatkan setara dengan Rawai Tingkis.”Setelah dua detik setelah menahan mata tombak lawannya, Pangeran Gadang Saba memelintir dua jarinya, lalu mata tombak lansung berubah menjadi kepingan kecil.“Sekarang giliranku!” ucap Pangeran Gadang Saba, tanpa menunggu lawannya melakukan pertahanan, Pangeran Gadang Saba mend
Dalam beberapa waktu kemudian, Rawas Kalat mendominasi pertarungan di atas arena.Tidak ada satupun peserta yang bisa bertahan dari pukulan remaja tersebut, tidak ada!Hampir semua peserta yang menantang dirinya, kalah dalam 7 kali pukulan, bahkan Rawas Kalat tidak memberikan kesempatan kepada lawannya untuk memberi satupun serangan.Kebanggaan jelas terlihat di wajah Kakek Tua sebagai Ketua Partai Tuak. Dia mengeluas dagunya beberapa kali, saat Rawas Kalat berhasil menumbangkan lawan-lawannya.Menurut Ketua Partai Tuak, Rawas Kalat belum mengeluarkan seluruh potensi yang dimilikinya. Semua serangan itu hanyalah dasar dari teknik orang mabuk.Ini artinya, sejak tadi Rawas Kalat belum mengeluarkan jurus terkuat yang ada pada teknik tersebut. Dia masih menahan diri, karena khawatir akan membuat lawan-lawannya meregang nyawa.Belum lagi jika dia menegak seteguk tuak, maka pukulan Rawas Kalat akan menjadi lebih kuat dua kali lipat dari saat ini.Semua orang bertanya-tanya bagaimana Rawas
Di saat bersamaan, Rawai Tingkis menyernag Kelelawar Hitam dengan seluruh energi mistik yang dimilikinya.Kecepatannya masih tetap sama, tapi daya hancurnya menjadi sedikit berkurang, dan ini karena tubuhnya terlalu dibebani oleh teknik baru yang dimilikinya saat ini.Lima orang Manusia Murni mencoba melakukan sesuatu atas perintah Ki Langit Hitam untuk mengakhiri nyawa Kelelawar Hitam, tapi mereka bahkan tidak dapat mendekati pria jahat itu.Sekarang mereka tahu kekuatan Rawai Tingkis jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mereka semua.Kesombongan mereka selama ini, akhirnya dijatuhkan oleh kenyataan yang memalukan.Bukan hanya lima orang itu, Putri Intan Kumala sendiri juga tidak mampu berhadapan langsung dengan Kelelawar Hitam.“Apa sekarang kalian menyadarinya?” tanya Ki Sundur Langit. “Rawai Tingkis mungkin tidak membutuhkan pengakuan dari orang lain, tapi aku yakin, sekarang kalian mengakui kekuatannya!”Kelimanya langsung terdiam, tidak lagi menjawab ataupun berbuat sesuatu unt
Kedatangan Camar Putih membuat perubahan pada jalannya pertempuran antara Rawai Tingkis dan Kelelawar Hitam.Kedatangannya sama seperti kedatangan Ki Sundur Langit dan Ki Langit Hitam untuk membantu para Manusia Murni dalam mengalahkan Beruang Salju.Dua Satria Roh Suci kini menghadapi serangan demi serangan dari pihak Rawai Tingkis.Berkat kedatangan Camar Putih pula, Kelelawar Hitam untuk pertama kalinya setelah menggunakan Ulat Dari Neraka, terkena tebasan Rawai Tingkis.“Aku akan melindungimu!” ucap Camar Putih.“Baiklah, aku mengerti!” Rawai Tingkis melaju cepat ke arah Kelelawar Hitam, sementara Camar Putih bertugas menahan semua serangan bola mistik yang dilempar musuhnya.“Aku tidak akan membiarkan dirimu menguasai Benua ini,” ucap Camar Putih, sembari melepaskan beberapa serangan berbentuk sayap putih yang berputar seperti gasing.Boom.Setiap bola mistik diledakan sebelum menyentuh tubuh Rawai Tingkis dengan sayap-sayap putih tersebut.“Camar Putih, kau selalu menghalangi re
Ki Langit Hitam dan Ki Sundur Langit, memasang kuda-kuda sebelum kemudian mulai menyerang Beruang Salju.Dua larik cahaya keluar dari telapak tangan dua pria tua tersebut, melesat cepat ke arah Beruang Salju.Mendapati serangan itu, Beruang Salju terpaksa menangkis serangan lawan dengan teknik pertahanan dinding es miliknya.Boom.Ledakan kecil terjadi di atas istana es, menggetarkan bagian puncak dari bangunan es tersebut.Saat Beruang Salju berniat melakukan perlawanan, dua petinggi Padepokan Surya telah berada di depannya, dan melancarkan serangan pisik.Suah.Beruang Salju melesat ke samping, menghindari pukulan Ki Langit Hitam, di saat yang sama, Ki Sundur Langit menyapukan tendangan cepat ke arah wajah Petinggi Penjaga Dunia tersebut.Boom.Tubuh Beruang Salju melesat cepat, meninggalkan Istana Es, dan jatuh terhempas di permukaan tanah yang gersang.Dia bangkit, lalu melepaskan dua bole energi ke arah lawannya. Sayangnya, dua serangan itu dapat dihindari oleh Ki Sundur Langit d
Serangan besar yang dilakukan oleh Rawai Tingkis dan Kelelawar Hitam, telah menyebabkan banyak kerusakan di sekitar mereka berdua.Namun dua orang itu, masih menolak untuk menyerah, meskipun salah satunya mengalami luka yang cukup serius, yaitu Kelelawar Hitam.Kelelawar Hitam memiliki energi mistik yang berlimpah, membuat dia percaya dapat mengalahkan Rawai Tingkis dalam segala kondisi yang dialaminya saat ini.Andaipun hanya memiliki satu tangan dan satu mata saja, Kelelawar Hitam masih percaya dapat menumbangkan Rawai Tingkis.Di sisi lain, Rawai Tingkis memiliki pertahanan pisik yang lebih baik, berkat pengobatan yang dilakukan oleh Naga Kecil.Namun demikian, energi mistik yang dimiliki pemuda itu berada jauh di bawah Kelelawar Hitam.Dua Roh Suci yang ada pada tubuh Rawai Tingkis, terbilang berusia muda, apa lagi Naga Kecil yang baru saja lahir beberapa waktu yang lalu. Energi mistik ke dua Roh Suci ini masih digolongkan kelas menengah, dan tidak dapat disandingkan oleh Energi M
Tidak pernah dirasakan oleh Kelelawar Hitam sensasi dan juga pengalaman seperti ini saat menghadapi musuh-musuhnya, kecuali hari ini.Dia tidak pernah takut, tapi hari ini dia melihat siapa yang kuat, dan siapa yang menjadi penguasa dari kalangan Roh Suci.Namun perasaan itu segera ditepisnya, dia tidak ingin jatuh dalam perangkap Rawai Tingkis.Kelelawar Hitam mengira, ini hanyalah permainan ilusi saja, mungkin ada kekuatan lain yang dimiliki oleh Rawai Tingkis, untuk mengendalikan pikirannya.Namun sayangnya, dia memang melihat sisi lain dari Rawai Tingkis.Sementara itu, Beruang Salju merasakan gejolak kekuatan Rawai Tingkis, dan tidak bisa tinggal diam saat ini.“Ini akan gawat, aku harus membantunya,” ucap Beruang Salju.Pria itu menaikan satu telunjuknya ke langit, lalu energi dingin menggumpal di ujung telunjuknya.Tidak selang beberapa lama, sesuatu yang sangat menakjubkan muncul di langit.Putri Intan Kumala menatap ke langit, dan untuk sesaat wajahnya menjadi tegang, meskipu
Beruang Salju masih berusaha untuk menumbangkan Putri Intan Kumala, meskipun tadinya dia penuh dengan kepercayaan diri dapat mengalahkan Kumala, tapi kenyataanya dia butuh waktu lama untuk menjatuhkan gadis tersebut. Beruang Salju telah menggunakan segagala cara untuk menjatuhkan boneka gurita raksasa yang dikendalikan oleh Putri Intan Kumala, tapi sialnya dia tidak mampu melakukan itu. Setiap kali dia brhasil memotong satu bagian tangan gurita itu, maka ditempat yang sama, tangan lain akan tumbuh. Menghadapi persoalan semacam ini, membuat kepala Beruang Salju serasa akan pecah. Sejauh ini, dia telah menemukan banyak ide, dan menerapkannya, bahkan ide paling licik sekalipun telah dia gunakan. “Jika aku tahu sebelumnya kekuatan gadis ini, aku tidak akan memilih padang tandus sebagai lokasi pertemuan,” ucap Beruang Salju. Baru kini dia menyadari kesalahannya, dan keunggulan Putri Intan Kuamala. Dengan semua batu yang ada di padang tandus, menjadikan Putri Intan Kumala memiliki pa
Bola-bola energi yang dilempar dengan mudah oleh Kelelawar Hitam, tapi menghasilkan dampak yang sangat mengrikan.Dari sini, terlihat betapa hebatnya Kelelawar Hitam sebenarnya, dan dari sini pula terlihat betapa kuatnya Roh Suci pada saat itu.Kekuatan sebesar Kelelawar Hitam bahkan tidak mampu menaklukan Roh Suci tanpa bantuan Satria Roh Suci dan Manusia Murni di jamannya.“Akan kuundang binatang kegelapan,” ucap Kelelawar Hitam.Dia melakukan sebuah gerakan, yang tidak jelas, tapi di ujung gerakan itu, dia mengarahkan telapak tangannya ke atas.Sedetik kemudian, kepulan asap muncul dari telapak tangan itu, lalu tepat di atas kepalanya, sekitar dua atau tiga depa tingginya, asap itu membentuk lingkaran besar.Belum tahu apa yang terjadi atau apa yang akan dilakukan oleh Kelelawar Hitam itu, tapi auranya sudah menyebar ke segala arah, dan berhasil menekan mental Rawas Kalat dan Danur Jaya.“Kalian akan menjadi santapan siang ini!”Dan, tiba-tiba.Goar… mahluk hitam besar muncul dari
Sementara itu, Rawas Kalat dan Danur Jaya masih berjibaku sengit melawan Kelelawar Hitam yang mencoba menemukan keberadaan Rawi Tingkis.Dua pemuda mati-matian menahan Kelelawar Hitam, mencoba melakukan yang terbaik meski kerap mendapatkan luka pada bagian tubuh mereka.Sesekali akan terlihat debu jamur raksasa menghiasi udara siang ini, ketika salah satu dari mereka dihempas kasar ke permukaan tanah.Jangan bertanya berapa banyak darah yang dikeluarkan dari dalam tubuhnya, sebab luka yang diterima ke dua pemuda itu tiada terhitung jumlahnya.Menghadai manusia yang memiliki energi mistik dalam jumlah besar, memang sangat menyulitkan.Bahkan, nyawa mereka kini seolah berada di ujung tanduk, hanya menunggu kematian saja.Sayangnya, tekad dan semangat juang ke dua pemuda itu tidak dapat dianggap remeh.Jatuh bangun hal biasa, kini keduanya mulai bersahabat dengan luka-luka.Setelah kehabisan anak panah, Danur Jaya terpaksa menggunakan busur panah untuk bertarung. Busur itu dijadikan sema
Kelelawar Hitam menepis seluruh api yang menyelimuti dirinya dengan asap hitam, lalu berdiri setelah jatuh di atas tumpukan kerikil. Dia memandang Rawas Kalat dengan penuh emosi.“Kalian juga bagian dari pencurian Seruling Emas-““Memangnya kenapa?” timpal Rawas Kalat.Mendengar jawaban itu, wajah Kelelawar Hitam menjadi padam, dia menahan nafasnya dengn rahang yang mengeras, lalu dia berkata, “kalau begitu, kau juga harus mati!”Kelelawar Hitam langsung berubah menjadi asap dan menggempur Rawas Kalat dari segala sisi.Asap hitam secara alami mungkin tidak dapat menghantam tubuh manusia, tapi tidak dengan asap hitam milik Kelelawar Hitam.Asap itu terasa sangat keras sehingga membuat Rawas Kalat begitu kesulitan untuk menahan semua serangan Kelelawar Hitam.Dalam sebuah momen, Rawas Kalat mencoba memukul asap tersebut, tapi tangannya malah terjebak oleh asap itu.Dia tidak bisa menarik tangannya, seolah melekat kuat dalam kepulan asap.Di saat yang sama pula, muncul asap menyerupai ma