Home / Fantasi / Pengendali Sistem Terkuat / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Pengendali Sistem Terkuat: Chapter 81 - Chapter 90

863 Chapters

81. Pertempuran dimulai

Dua hari kemudian, markas Herupa benar-benar ramai. Semua anggota Herupa sedang bersiap menunggu kedatangan musuh.Martis sudah tahu kalau hari ini musuh akan mulai bergerak. Itu semua berkat alat pelacak yang berhasil Martis tanamkan pada tubuh Letnan Hitman.Herupa mendapat bantuan dari Roki. Roki yang kemarin menemui Jendral Valdo ternyata di ijinkan untuk mengambil peralatan tempur milik mereka yang disembunyikan. Ternyata Roki menyembunyikan ratusan baju baja elastis. Baju baja elastis itu sangat berguna di dalam pertempuran.Semua anggota Herupa satu persatu dilengkapi beberapa alat pertempuran termasuk baju baja elastis. Baju baja elastis bisa meminimalisir dampak serangan baik dari senjata api maupun serangan kekuatan elemen. Martis juga sempat terkejut ketika pertama kali mengetahui ada barang semacam itu.Setelah tahu, Martis kemudian teringat dengan barang-barang yang ada di dalam tas penyimpanan sistem. Ternyata Martis juga melihat ada baju baja elastis. Ia mendapatkannya
Read more

82. Kekuatan Herupa

"Ayo serang mereka...!" teriak Roki.Siuw..., duar!Duar, duar, duar!Boom!Brush...!Brak, brak, brak!Jedar!Suara ledakan kembali terdengar di mana-mana. Herupa menyerang balik pasukan Tentara Bayaran itu.Semua anggota Herupa menembakkan kekuatan elemen mereka ke arah musuhnya. Ada elemen air, api, angin, tanah dan juga petir."Bentuk barisan pertahanan!" teriak Letnan Hitman.Bruk, bruk, bruk!Pasukan yang membawa tameng maju dan menahan serangan dari Herupa."Jangan berhenti! Pasukan elemen api maju...!" teriak Roki.Blar, blar, blar!Roki menyuruh anggota Herupa yang memiliki kekuatan elemen api menyerang agar tameng-tameng yang digunakan Tentara Bayaran menjadi panas.Lima menit kemudian, sesuai perkiraan Roki. Semua pasukan Tentara Bayaran yang ada di depan membuang tameng yang mereka pegang karena mulai terasa panas."Sial! Ayo ambil kembali tameng-tameng itu!" teriak Letnan Hitman.Namun ketika mereka mendongak ke atas, ada banyak bebatuan yang datang ke arah mereka.Siuw..
Read more

83. Pertempuran berlanjut

"Sekarang...!" teriak Roki.Siuw...!Brush, brush, brush...!Ada angin yang sangat kencang. Angin-angin itu langsung menerjang dan menerbangkan tubuh pasukan Tentara Bayaran ke udara. Tubuh mereka terombang ambing tertiup angin."Serangan yang selanjutnya...!" teriak Roki lagi.Jelegar!Jelegar!Jelegar!Rupanya Roki menyuruh pengguna elemen petir melancarkan serangannya. Tentara Bayaran yang tubuhnya masih berada di atas udara langsung disambar oleh petir.Gedebugh!Gedebugh!Gedebugh!Herupa berhasil menumbangkan puluhan Tentara Bayaran. Serangan mereka sangat hebat. Berkat Roki, mereka dapat bekerja sama dengan sangat baik."Jangan takut! Ayo maju!" teriak Letnan Hitman. Letnan Hitman semakin marah ketika melihat banyak Tentara Bayaran yang berhasil ditumbangkan oleh Herupa.Melihat ekspresi Letnan Hitman yang muram, Roki kembali menyeringai. Sebenarnya Roki tahu kalau orang yang ada di balik topeng itu adalah Letnan Hitman. Roki bisa tahu karena sangat mengenali suara Letnan Hitma
Read more

84. Letnan Hitman Vs Roki

Melihat Letnan Hitman yang melompat ke barisan paling depan, pasukan Tentara Bayaran akhirnya kembali percaya diri.Roki tidak akan membiarkan Letnan Hitman menghajar anggota Herupa. Sebelum Letnan Hitman maju dan mengamuk, Roki langsung maju dan langsung berada tepat di hadapan Letnan Hitman.Trap!"Hehe..., lawanmu adalah aku. Aku sudah lama menantikan pertemuan kita yang seperti ini. Kau harus membayar hutang nyawa para bawahanku yang telah kau bunuh!" ucap Roki.Kretek, kretek, kretek!Terdengar suara tulang leher Roki yang sedang meregangkan otot-ototnya. Kemudian Roki mengepalkan tinjunya."Ayo maju, Hitman!" teriak Roki.Hitman memang menggunakan topeng untuk menutupi identitasnya, namun itu tidak akan berguna pada Roki. Letnan Hitman mengernyitkan alisnya ketika Roki menyebut namanya."Ternyata bajingan ini sudah tahu dengan identitasku. Sialan! Aku harus membunuhnya. Kalau tidak, reputasiku akan hancur," gumam Letnan Hitman.Bam!Roki melesat dan menghantamkan tinjunya.Brak!
Read more

85. Pisau beracun

Dengan senangnya Letnan Hitman tertawa lepas ketika berhasil melukai Roki."Hahaha..., hahahaha...!" Dengan tubuh yang sudah lemas Letnan Hitman masih saja bisa tertawa.Roki melihat luka tusuk yang terbakar pada bagian pahanya itu. Roki memperhatikannya dan seperti ada yang aneh.Tubuh Roki yang baik-baik saja tiba-tiba sebelah lututnya ambruk dan menyentuh lantai.Bruk!"Sial! Pisau itu ternyata beracun!" Roki merasa kesal pada dirinya sendiri yang tadi sempat lengah."Kau pikir, aku akan mati di sini sendirian? Hahahaha...! Tidak masalah jika aku mati, yang penting kau juga akan ikut mati bersamaku! Hahahaha...!" Dengan kondisi tubuh yang sudah terluka parah itu, Letnan Roki masih saja terus tertawa. Padahal tubuhnya sudah terkapar di tengah halaman markas Herupa. Bergerak sedikit saja maka seluruh tubuhnya akan terasa sangat sakit. Karena banyak tulang-tulangnya yang patah akibat serangan Roki yang tidak ada ampun.Roki berusaha menahan racun yang ada di lukanya agar tidak menyebar
Read more

86. Gunung kenyal

Martis berjalan menghampiri tiga ratusan orang Tentara Bayaran itu sendirian.Namun tiba-tiba terdengar ada suara deru angin yang bergemuruh. Sontak, semua perhatian langsung teralih ke asal suara itu.Terlihat ada puluhan helikopter yang berdatangan ke arah markas Herupa. Padahal, Martis baru saja ingin beraksi. Martis melihat ke arah helikopter yang paling depan dan ternyata ada Martanto yang bersiap turun dari tangga tali yang menjulur ke bawah."Eh? Kenapa Paman Martanto kemari? Bukankah Bibi Odele mengatakan kalau mereka tidak diperbolehkan membantu Herupa?" gumam Martis."Martis...!" Martanto langsung mendekati Martis."Iya Paman. Ada apa? Kenapa Paman datang? Apakah akan baik-baik saja?" tanya Martis."Aku datang karena mendapat informasi bahwa salah satu anggota Keamanan Pemerintah memimpin Tentara Bayaran untuk menyerang markas Herupa," jawab Martanto sambil melihat ke arah Letnan Hitman yang sudah di ikat oleh Roki.Kemudian Martanto mengedarkan pandangannya ke arah Tentara
Read more

87. Hadiah dan penghargaan

Dengan berat hati, Martis akhirnya terpaksa mengajak Selena dan juga Layla pergi bersamanya ke kediaman Odele.Sepanjang perjalanan, Martis hanya diam. Dia hanya mendengarkan kedua gadis cantik yang terus-terusan bergosip.Namun Martis sempat mengernyitkan alisnya ketika mendengar kedua gadis ini bergosip tentang Mia. Bahkan mereka berdua secara terang-terangan mengatakan akan bersaing untuk mendapatkan hati Martis.Cit...!"Ada apa, Martis?!" Layla yang wajahnya hampir terbentur jendela mobil bertanya dengan wajah yang terlihat sedikit kesal terhadap Martis karena berhenti mendadak."tidak, tidak ada apa-apa. Aku hanya sedikit mengantuk tadi." Martis berbohong dan ia kembali melajukan mobil yang mereka kendarai.Sebenarnya Martis tadi terkejut ketika mendengar Selena dan Layla mengatakan kalau mereka berdua mencintai Martis.Jangan konyol! Pria mana yang tidak tertarik dengan kedua gadis ini? Cantik? Jelas saja mereka berdua cantik. Seksi? Jangan ditanya lagi. Sebenarnya Martis kerap
Read more

88. Salah faham

Martis mendengar ada suara seorang gadis dari belakangnya."Apa kita saling mengenal?" Martis menoleh ke arah sumber suara dan sempat mengangkat kedua alisnya."Kalau begitu, mari kita berkenalan. Namaku adalah Reka." Reka mengulurkan tangannya sambil tersenyum manis. Terlihat ada dua lesung pipi di wajah manis Reka."Namaku Martis." Martis ingat kalau Roki mengatakan bahwa putrinya bernama Reka. Martis langsung menyambut uluran tangan dari Reka."Martis, dia ada-" Belum juga Odele selesai berbicara, Martis memotongnya."Aku sudah tahu kok. Dia adalah Anak dari Paman Roki kan?" ucap Martis."Iya benar. Roki adalah Ayahku. Jadi kau sudah tahu ya? Baguslah," Imbuh Reka.Reka dengan santainya langsung duduk di samping Martis. Jarak mereka duduk bukan lagi dekat, melainkan menempel."Martis, bisakah kau mengajariku bela diri? Ayolah..., aku dengar kau itu orang yang hebat." Reka menggerak-gerakkan bahunya dan menyenggol bahu Martis."Bukankah Ayahmu juga orang yang hebat? Kenapa kau tidak
Read more

89. Patah hati

Martis sempat merasa bimbang. Apakah dia harus mengejar Mia, atau tidak? Dan akhirnya Martis memutuskan untuk berdiam diri saja."Kak..., Kak Martis! Hey...? Apa kau bisa mendengarku...?" Reka mengibaskan telapak tangannya tepat di wajah Martis guna menyadarkan Martis yang terlihat seperti orang Linglung.Ketika pikiran Martis kembali sadar, Martis langsung melompat ke arah belakang. Mata Martis juga terbelalak kerena merasa terkejut ketika melihat di depan wajahnya ada wajah Reka."Re-reka!" teriak Martis sedikit gagap.Martis bahkan mengira kalau Reka ingin menciumnya. Sebab, jarak wajah mereka tadi sangatlah dekat. Namun kenyataannya tidak seperti itu. Martis salah paham."Kak Martis, apakah wajahku ini terlihat sangat menyeramkan seperti setan?!" Reka mengerucutkan bibir dan menggembungkan pipinya saat melihat ekspresi wajah Martis yang ketakutan seperti ini."Ti-tidak, tidak! Bukan seperti itu kok. Aku hanya terkejut saja tadi. Aku pikir kau ingin memukulku," jawab Martis."Hah?
Read more

90. Rindu ayah

Ketika Martis tiba di markas Herupa, semua anggota Herupa sangat kagum saat melihat Martis berjalan dengan dikelilingi oleh tiga sosok gadis cantik.Reka berjalan dengan santainya sambil menggandeng lengan Martis. Sedangkan Layla dan Selena, mereka berdua mengekori mereka berdua dari belakang.Dan ternyata, sebelum mereka berempat kembali ke markas Herupa tadi, Selena dan Layla sempat menunjukkan raut wajah masamnya kepada Martis. Martis yang mengerti akan ekspresi kedua gadis itu kemudian menjelaskan pada mereka berdua siapa Reka yang sebenarnya. Dan akhirnya mereka berdua tidak marah lagi setalah mendengar penjelasan singkat dari Martis. Walaupun mereka tidak lagi marah, tapi tetap saja Selena dan Layla merasa iri terhadap Reka yang bisa leluasa berkontak fisik dengan Martis. Padahal baru saja bertemu, tapi Martis dan Reka bisa langsung akrab."Kak, ini markas Herupa ya Kak? Wah..., besar sekali halamannya." Reka yang sedari tadi memperhatikan sekeliling markas Herupa merasa sangat
Read more
PREV
1
...
7891011
...
87
DMCA.com Protection Status