Martis sempat merasa bimbang. Apakah dia harus mengejar Mia, atau tidak? Dan akhirnya Martis memutuskan untuk berdiam diri saja."Kak..., Kak Martis! Hey...? Apa kau bisa mendengarku...?" Reka mengibaskan telapak tangannya tepat di wajah Martis guna menyadarkan Martis yang terlihat seperti orang Linglung.Ketika pikiran Martis kembali sadar, Martis langsung melompat ke arah belakang. Mata Martis juga terbelalak kerena merasa terkejut ketika melihat di depan wajahnya ada wajah Reka."Re-reka!" teriak Martis sedikit gagap.Martis bahkan mengira kalau Reka ingin menciumnya. Sebab, jarak wajah mereka tadi sangatlah dekat. Namun kenyataannya tidak seperti itu. Martis salah paham."Kak Martis, apakah wajahku ini terlihat sangat menyeramkan seperti setan?!" Reka mengerucutkan bibir dan menggembungkan pipinya saat melihat ekspresi wajah Martis yang ketakutan seperti ini."Ti-tidak, tidak! Bukan seperti itu kok. Aku hanya terkejut saja tadi. Aku pikir kau ingin memukulku," jawab Martis."Hah?
Ketika Martis tiba di markas Herupa, semua anggota Herupa sangat kagum saat melihat Martis berjalan dengan dikelilingi oleh tiga sosok gadis cantik.Reka berjalan dengan santainya sambil menggandeng lengan Martis. Sedangkan Layla dan Selena, mereka berdua mengekori mereka berdua dari belakang.Dan ternyata, sebelum mereka berempat kembali ke markas Herupa tadi, Selena dan Layla sempat menunjukkan raut wajah masamnya kepada Martis. Martis yang mengerti akan ekspresi kedua gadis itu kemudian menjelaskan pada mereka berdua siapa Reka yang sebenarnya. Dan akhirnya mereka berdua tidak marah lagi setalah mendengar penjelasan singkat dari Martis. Walaupun mereka tidak lagi marah, tapi tetap saja Selena dan Layla merasa iri terhadap Reka yang bisa leluasa berkontak fisik dengan Martis. Padahal baru saja bertemu, tapi Martis dan Reka bisa langsung akrab."Kak, ini markas Herupa ya Kak? Wah..., besar sekali halamannya." Reka yang sedari tadi memperhatikan sekeliling markas Herupa merasa sangat
Roki menatap wajah Reka lekat-lekat. Roki ingin melihat seberapa yakin anaknya igin berlatih bela diri."Aku sangat yakin, Ayah." Reka menganggukkan kepalanya dan Reka juga memposisikan tubuhnya dengan tegap."Buktikan pada Ayah kalau kau memang hebat!" Setelah mengucapkan kalimat ini Roki akhirnya benar-benar pergi dari sana dan kembali melanjutkan latihannya.Prak!Terdengar suara dua telapak tangan saling beradu."Kak Martis! Ayah sudah mengijinkan aku berlatih bela diri!" Reka menggenggam telapak tangan Martis setelah mereka berdua melakukan tos. Reka juga melompat-lompat kegirangan."Reka, kamu jangan senang dulu. Sebaiknya kau harus benar-benar membuktikan pada Ayahmu kalau kamu juga bisa sehebat dirinya. Bahkan kalau bisa kau justru harus melampauinya." Martis menatap wajah Reka dan memperlihatkan ekspresi yang serius di wajahnya."Siap, Guru!" Reka langsung kembali memposisikan tubuhnya dengan tegap kemudian ia berpose memberi hormat pada Martis.'Jadi begini ya rasanya kalau
Ketika Reka melihat Martis yang dengan mudahnya mengontrol kekuatan elemen, Reka sempat merasa sedikit putus asa."Ada apa? Ini baru awal. Jangan menunjukkan tampang jelek seperti itu. Hahahaha...! Ayo, lebih semangat lagi! Baru saja mencoba beberapa kali, kau sudah ingin menyerah? Tahu begitu aku tidak mau mengajarkanmu bela diri," ujar Martis."Kak, sejujurnya yang aku inginkan itu bela diri yang meninju dan menendang. Bukan yang seperti ini." Reka mempraktekkan lagi gaya meninju dan menendang. Alhasil hidungnya terkena satu sentilan lagi dari Martis.Plak!Bagian ujung hidung Reka berubah sedikit berwarna merah muda ketika disentil oleh Martis.Boom!Ada suara ledakan."Eh? Kak Martis...!" Reka merasa panik.Ternyata ketika bagian ujung hidungnya disentil oleh Martis, Reka memukul perut Martis. Padahal, Reka hanya berniat memukul biasa saja. Namun siapa sangka pukulannya tadi mampu mengeluarkan elemen api. Alhasil, pukulan itu menghasilkan ledakan.Untungnya, Martis sudah mengenaka
Jendral Sabo segera menghubungi Jendral Doragon dan tidak bertele-tele langsung mengatakan kalau ia ingin meminta bantuannya. Dan Jendral Doragon juga berbicara blak-blakan mengatakan bahwa akan membantu Jendral Sabo asalkan bayaran yang ia terima sesuai."Jangan khawatir Jendral Doragon, aku akan membayar setengahnya sekarang juga. Sisanya akan aku bayar kalau permintaanku terpenuhi. Jadi bagaimana? Apakah kita bisa menganggap kalau kita sudah sepakat?" Jendral Sabo sengaja berjalan agak menjauh dari Bos Besar Kelitih ketika berbicara dengan Jendral Doragon melalui ponselnya.Jendral Sabo ternyata cukup licik. Ia akan meminta uang tambahan pada Bos Besar Kelitih sebesar dua kali lipat dari kesepakatannya dengan Jendral Doragon. Yah..., begitulah sifat Jendral Sabo. Dia sangat mencintai uang. Jendral Sabo tidak akan melakukan sesuatu jika ia merasa tidak akan menghasilkan uang.Akhirnya Jendral Doragon menyanggupi permintaan Doragon. Awalnya Jendral Doragon ingin menolak ketika menden
Martis bingung harus bagaimana ia menjawab pertanyaan dari Reka."Kalau itu...?" Reka memiringkan kepalanya sambil menatap Martis menunggu jawaban.Namun jawaban itu tidak kunjung keluar dari mulut Martis."Sudahlah, ayo kita lanjutkan lagi latihanmu. Apakah kau masih merasa lelah?" Martis berdiri dan mengulurkan tangannya guna menarik tubuh Reka untuk berdiri."Aku sudah merasa sedikit lebih baik kok, Kak Martis." Reka menjawab sambil menyambut uluran tangan Martis.Akhirnya mereka melanjutkan latihannya.***Mia biasanya bekerja dengan penuh semangat. Namun hari ini, wajah Mia terlihat berbeda. Kalau Odele, sebenarnya ia sudah tahu apa yang sedang terjadi antara Martis dan Mia. Tapi Odele sengaja berpura-pura tidak tahu. Odele juga ingin melihat bagaimana cara Martis menyelesaikan salah paham yang terjadi kemarin. Bagi Odele, itu akan menjadi sedikit hiburan yang layak ditonton."Mia, maukah kau membantuku nanti? Aku berniat menyuruh Martis kemari dan akan memberikan tugas padanya.
Ketika mendengar ucapan Reka yang mengatakan kalau Reka ingin ke rumah Martis, awalnya Martis mengira kalau Reka hanya ingin tahu saja di mana rumah Martis berada."Oke, nanti kita lewat jalan yang melewati rumahku. Aku akan menunjukkan di mana rumahku nanti padamu. Kebetulan jalan menuju kediaman Bibi Odele memang satu arah dengan rumahku kok," ujar Martis. Martis masih bisa menjawab sambil tersenyum."Kok hanya lewat Kak? Maksud aku, aku mau menginap di rumah Kak Martis malam ini. Dan kalau diijinkan, aku juga mau tinggal bersama Kak Martis saja," ujar Reka.Bur...!Air yang ada di mulut langsung menyembur."Apa?! Reka, tidak! Aku tidak akan membiarkanmu tinggal di rumah bersamaku." Martis sempat menyemburkan air mineral yang belum sempat tertelan ke tenggorokannya ketika mendengar Reka mengatakan bahwa Reka ingin tinggal bersama dirinya."Memangnya kenapa Kak? Aku nanti akan meminta ijin kepada Ibu Kok," ucap Reka."Tidak! Ayahmu tentu saja tidak akan mengijinkannya. Bukan apa-apa
"Iya, kesepakatan. Bagaimana kalau kita bertiga menjalin sebuah kesepakatan untuk menikahi Martis?" ujar Layla.Selena mendengarkan Layla yang mengatakan kalau sebaiknya mereka bertiga agar membuat sebuah kesepakatan untuk menikahi Martis secara berbarengan. Begitulah maksud Layla."Hah?! Itu artinya kita bertiga akan menjadi istri Martis?! Tapi..., apakah Martis mau?" Selena sangat terkejut mendengar kesepakatan yang Layla katakan."Nah..., itu dia masalahnya. Aku juga tidak tahu apakah Martis setuju atau tidak. Tapi kita juga harus bertanya kepada Mia terlebih dahulu." Layla meletakkan jari telunjuk ke dagunya sambil berpikir apakah Mia setuju atau tidak dengan kesepakatan ini."Kalau aku sih..., setuju-setuju saja kok. Berarti mulai sekarang kita berdua tidak usah saling bersaing. Kita bekerja sama saja membuat Martis agar bisa membalas cinta kita. Setuju tidak?" Mata Selena seketika berbinar."Setuju!" jawab Layla.Entah bagaimana ekspresi wajah Martis kelau ia mendengar obrolan k