"Iya, kesepakatan. Bagaimana kalau kita bertiga menjalin sebuah kesepakatan untuk menikahi Martis?" ujar Layla.Selena mendengarkan Layla yang mengatakan kalau sebaiknya mereka bertiga agar membuat sebuah kesepakatan untuk menikahi Martis secara berbarengan. Begitulah maksud Layla."Hah?! Itu artinya kita bertiga akan menjadi istri Martis?! Tapi..., apakah Martis mau?" Selena sangat terkejut mendengar kesepakatan yang Layla katakan."Nah..., itu dia masalahnya. Aku juga tidak tahu apakah Martis setuju atau tidak. Tapi kita juga harus bertanya kepada Mia terlebih dahulu." Layla meletakkan jari telunjuk ke dagunya sambil berpikir apakah Mia setuju atau tidak dengan kesepakatan ini."Kalau aku sih..., setuju-setuju saja kok. Berarti mulai sekarang kita berdua tidak usah saling bersaing. Kita bekerja sama saja membuat Martis agar bisa membalas cinta kita. Setuju tidak?" Mata Selena seketika berbinar."Setuju!" jawab Layla.Entah bagaimana ekspresi wajah Martis kelau ia mendengar obrolan k
Alis Roki mengerut ketika melihat isi pesan dari Reka. Di dalam isi pesan itu Reka mengatakan kalau malam ini ia akan menginap di rumah Martis. Namun, di bagian akhir pesan itu yang membuat Roki mengerutkan alisnya. Sebab Reka mengatakan kalau ia ingin tinggal menetap di rumah Martis."Ada apa, Roki?" Odele yang melihat ekspresi Roki sedikit muram, akhirnya bertanya."Huft..., ini pesan dari Reka, Del. Dia mengatakan kalau ingin tinggal bersama Martis di rumah Kak Martanto." Roki menghela nafasnya dan menunjukkan layar ponsel miliknya ke arah Odele."Hahahaha...! Ini berita hangat! Hahahaha...!" Roki tidak menyangka kalau Odele justru malah tertawa setelah melihat isi pesan dari Reka."Apakah ada yang lucu?!" tanya Roki."Hahahaha..., tidak,tidak. Maafkan aku, aku masih terbayang dengan Mia, hehe," jawab Odele sambil menyengir.Roki nampak sedang berpikir, bagaimana ia akan menjawab pesan dari Reka. Kalau ia melarang Reka, pasti Reka akan merajuk padanya. Kalau ia memberi ijin, ia kha
Tring!"Gagal membeli teknik baru!""Eh? Kenapa gagal? Coba lagi ah!" Martis masih penasaran, karena tadi ia sudah dua kali menekan tombol beli tapi pemberitahuan sistem mengatakan bahwa pembelian teknik baru itu gagal.Tet...! Tet...!Ada suara seperti bel.Tring!"Gagal membeli teknik baru!""Ada apa ini? Kenapa aku gagal membeli teknik sebagus ini?" Martis menggaruk tengkuk kepalanya sambil berpikir kenapa ia tidak bisa membeli teknik ini. Padahal yang Martis tahu, sistem akan menggagalkan pembelian jika teknik yang dibeli adalah teknik tingkat tinggi tanpa membeli teknik tingkat bawahnya terlebih dahulu.Tring!"Martis belum cukup umur untuk membeli teknik ini!" Muncul satu lagi pemberitahuan dari sistem.Lalu Martis kembali membaca rincian teknik yang ingin ia beli ini. Tadi Martis memang belum membaca rinciannya lebih jelas. Teknik yang Martis pilih untuk dibeli bernama Teknik Kuat.Plak!Martis menepuk jidatnya sendiri."Astaga...! Pantas saja aku dianggap belum cukup umur. Cih
Martis melihat sesuatu yang belum pernah ia lihat sebelumnya.Ketika Reka memperlihatkan telapak tangannya, ada sinar yang sangat terang memancar dari telapak tangan Reka."Hehehe, bagaimana Kak? Keren kan?" Wajah imut Reka terlihat semakin manis ketika ia tersenyum, dan terlihat jelas karena pantulan cahaya yang ada di telapak tangannya."Reka, bagaimana caranya kau bisa menggunakan elemen cahaya seperti ini?" Martis membuka selimut yang tadi menutupi tubuh mereka berdua dan kemudian langsung menekan saklar lampu kamarnya.Namun Martis hanya mendapat jawaban gelengan kepala dari Reka. Reka juga malah senyam-senyum sendiri. Sudah jelas kalau Reka sedang dalam suasana hati yang bahagia.'Aku memang pernah membaca pada sistem, kalau ada satu elemen langka. Itu adalah elemen cahaya. Tapi menggunakan elemen cahaya sangatlah sulit. Apakah aku juga bisa menggunakan elemen cahaya ya?' Martis memandangi wajah Reka sambil berpikir."Kak? Kenapa bengong? Bagaimana dengan kemampuan baruku? Hem?"
Martis berniat untuk meyakinkan, apakah benar Reka memiliki sebuah sistem yang sama seperti miliknya."Coba kau katakan, STATUS!" Martis menyuruh Reka mengikuti ucapannya."STATUS!" ucap Reka.Tring!"Selamat datang di sistem mini. Silahkan masukkan username.""Hah? Kak Martis, apa ini? Apa kau melihatnya...?" Reka membuka mulutnya lebar-lebar ketika melihat ada tampilan sistem di hadapannya."Apa kau melihat sesuatu? Reka, yang dapat melihatnya hanya dirimu sendiri. Aku juga memiliki sistem yang sama seperti yang kau lihat sekarang ini. Aku ingat, saat pertama kali mendapatkan sistem aku diminta memasukkan username. Kalau ada suara yang terdengar olehmu, kau ikuti saja." Tangan Martis terlihat seperti menggerak-gerakkan sesuatu di hadapannya."Iya Kak, aku mendengarnya tadi." Reka memperhatikan Martis yang jari-jarinya seperti menekan sesuatu di udara."Kau ikuti saja. Dan isi username itu dengan namamu. Setelah itu akan aku ajari lagi apa saja yang bisa dilakukan oleh sistem yang ka
Ketika Martis sedang mendorong-dorong tubuh Reka agar cepat pergi, pemilik suara yang tadi terus memanggil nama Martis itu ternyata masuk ke ruangan dalam rumah Martis, dan akhirnya sampai ke depan kamar Martis.Bruk!Ada suara kotak makanan yang terjatuh ke lantai."Mia...?" Tangan Martis yang semula masih mendorong tubuh Reka langsung ia tarik dan disembunyikan di belakang tubuhnya."Mia? Siapa dia Kak?" Reka malah menunjuk ke arah wajah Mia dan bertanya pada Martis."Maafkan aku sudah mengganggu waktu kalian berdua." Mia langsung berbalik badan dan menutup mulut dengan kedua tangannya sambil berlari. Bila diperhatikan, dari sudut mata Mia juga meneteskan air mata."Mia...! Mia, tunggu...!" Kali ini Martis tidak diam saja. Dia langsung mengejar Mia.Untungnya Martis berhasil menangkap lengan Mia saat Mia baru saja akan keluar dari pintu depan rumahnya."Lepaskan!" Tangan Martis dihempaskan oleh Mia."Tidak, Mia. Tunggu dulu, kau salah." Martis tidak mau melepaskan lengan Mia."Iya,
Wajah Martis dan Mia langsung berubah menjadi warna merah merona. Bahkan warna itu hampir seperti tomat yang sudah matang."Nah..., lihatlah kalian berdua. Wajah kalian berdua bahkan merahnya melebihi tomat yang sudah matang. Kalian berdua ini saling jatuh cinta kan? Kenapa tidak saling mengungkapkan perasaan masing-masing? Ayo Kak, tunggu apa lagi?" Dengan tingkah polosnya, Reka berdiri di hadapan Mia dan Martis, lalu menunjuk secara bergantian ke arah wajah Martis dan Mia yang memerah. Reka juga agak membungkukkan tubuhnya.Martis dan Mia sama-sama menundukkan kepalanya karena tersipu malu.Tring!"Tugas dadakan! Buatlah Martis dan Mia berpacaran, lalu ambil hadiahnya."Ternyata Reka mendapat satu pemberitahuan dari sistem miliknya."Hah...?" Mulut Reka menganga."Ada apa Reka?" tanya Martis sedikit terkejut."Ti-tidak ada apa-apa Kak. Eh Kak Martis, ayo kemari, ikut aku sebentar." Dengan wajah yang terlihat heran, Reka menarik lengan Martis agar sedikit menjauh dari Mia."Kak Marti
Ternyata ada Selena yang memanggil Martis. Dan di sebelah Selena juga ada Layla. Kalau dilihat dari ekspresi mereka berdua, Martis bisa menebak kalau ada suatu hal yang penting."Ada apa, Selena?" Martis langsung berjalan mendekati Selena."Martis, ini hebat! Hahahaha...! Lihatlah ini, ini baru saja masuk ke rekening milik Herupa." Selena memperlihatkan secarik kertas kepada Martis."Eh? Kenapa ada sebanyak ini? Siapa yang rela menyumbangkan uang sebanyak ini untuk berdonasi pada yatim piatu dan juga fakir miskin?" Kertas kecil yang Selena tunjukkan tadi langsung Martis lihat dan Martis sangat terkejut melihat ada sejumlah uang yang masuk ke rekening Herupa. Ada keterangan di kertas itu dari si pengirim bahwa uang itu bebas digunakan untuk anak-anak yatim piatu maupun orang-orang fakir miskin. Jumlah nominal uang yang masuk untuk didonasikan itu adalah lima miliar! Wow!Bagi orang biasa seperti Martis dan Selena, uang lima miliar itu sangatlah banyak. Yah..., walaupun sekarang Martis m
Tiba-tiba, Martis terpikirkan suatu hal di masa lalu. 'Oh, iya, Sistem, eh, tidak! Ririn..., apakah kau ingat dengan nama itu?' Tring! "Sistem tidak akan pernah lupa dengan apapun yang telah dilakukan oleh User setiap detik pun. Benar, aku adalah Ririn." Martis senang mendengar jawaban dari Ririn. "Apakah Martis masih memiliki pertanyaan dan keluh kesah lainnya? Ririn akan siap membantu mencari solusi terbaik untuk Martis. Karena itu adalah tugas dan kewajiban Ririn sebagai Sistem." Entah kenapa, Martis merasa terharu setelah membaca jawaban balasan dari Ririn. Sepertinya Martis merasa bahwa Ririn adalah sahabat terbaik yang pernah ia miliki sepanjang hidupnya. Tanpa Sistem, Martis tidak akan bisa jadi sepertinya orang yang sampai saat ini terbilang kehidupannya sangat didambakan oleh banyak orang."Em..., Ririn, bisakah kau membuat visualisasi tubuh? Aku akan merasa lebih senang jika kau dapat melakukannya."Permintaan Martis ada-ada saja, ya? Dia sudah dapat berkomunikasi
Kemudian Martis berpikir sejenak. "Aku...? Aku bisa menggunakan gelar Raja Kegelapan karena telah mengalahkan Raja Kegelapan yang sebelumnya? Jadi..., itu artinya..., em...?" Martis termenung, ia sedang berpikir apa yang akan ia lakukan dengan gelar itu. Ia pun bergumam, 'Apakah berati aku setara dengan Raja Iblis? Tapi..., bukankah Raja Kegelapan jauh lebih tinggi dibanding Raja Iblis? Benar, tidak, sih? Ah..., aku jadi penasaran. Bagaimana jika aku masuk dalam dimensi dunia kegelapan? Apakah di sana aku akan dapat pencerahan? Sebab di masa lalu, aku ingat betul, bahwa aku pernah mengalahkan Lord dan blablabla...,' ungkap Martis dalam hatinya yang saat ini sedang berkecamuk. 'Tapi..., jika dipikir lebih jeli lagi, sebenarnya gelar-gelar itu tidaklah sesuai dengan keadaannya.' Martis memuntahkan secangkir teh hangat dan lanjut bertarung dengan pikirannya. 'Kalau begitu..., inilah arti dari pribahasa tong kosong nyaring bunyinya. Kelurahan Raja Kegelapan, aku kira sangatlah kuat
Nampak ada lingkaran cahaya yang makin lama semakin membesar. Lingkaran cahaya itu sangat bulat, dan ada pancaran kehangatan bagi orang di sekitar yang dapat merasakannya. 'Kehangatan itu terasa sangat nyaman,' Bahkan, Martis sekalipun merasakan kenyamanan saat ia akan melakukan Teknik Legendaris ini. Kemudian, Martis yang tengah mengangkat kedua tangannya seperti menadah ke udara, ia lalu menggerakkan kedua tangannya. Lantas, lingkaran cahaya yang berbentuk bulat dan mengambang di atas kepala Martis tadi itu bergerak, dan gerakannya sesuai dengan apa yang Martis pikirkan. "Hiyat...!" teriak Martis, dengan tubuhnya yang saat ini langsung dibanjiri oleh keringat. "Denki Gama...!" Sekali lagi Martis berteriak dengan keras. Teriakan itu adalah kode, sebagaimana kuatnya usaha Martis dalam melakukan teknik sekuat ini. Lingkaran cahaya bulat yang berwarna kuning keputihan itu kemudian melesat ke arah Raja Kegelapan. "Jurus apa ini?! Selama ratusan tahun ku hidup di dunia ini
Pertarungan Martis melawan Raja Kegelapan masih berlanjut. Tapi kali ini, Martis nampak biasa saja. Karena sekarang sistem miliknya sudah pulih seperti semula. Jadi, semua terasa mudah bagi Martis. "Martis...! Kenapa kekuatanmu jauh berbeda dibanding saat terakhir kali kita bertemu?!" Raja Kegelapan akhirnya sadar, ternyata Martis jauh lebih kuat darinya. "Kenapa? Apakah sekarang kau mulai merasa takut? Hem?" Martis bertingkah santai. Ia sengaja menahan semua serangan dari Raja Kegelapan. "Jangan sembarangan, kau! Aku...? Takut padamu?! Mimpi...!" Raja Kegelapan kali ini benar-benar melupakan seluruh kekuatan dan kemampuan miliknya demi menghadapi Martis. Sudah ratusan tahun Raja Kegelapan hidup, namun baru hari ini ia menghadapi seorang manusia yang seperti Martis. Namun, walaupun ia tahu Martis adalah manusia yang kuat, rasa gengsi yang sangat besar dalam dirinya tak membuatnya takut. Ia berpikir ini mempertaruhkan harga dirinya. Apa kata orang nantinya, jika tahu Raja Kegelapan
Saat Emily dan Phynoglip berbicara, mereka tidak menyadari bahwa Martis sedang melakukan sesuatu yang sangat penting. Martis berjalan ke arah sebuah ruangan yang tersembunyi di balik sebuah pintu rahasia. Di dalam ruangan tersebut, Martis menemukan sebuah perangkat yang sangat canggih. Perangkat tersebut adalah sebuah alat yang dapat mendeteksi keberadaan Raja Kegelapan. Martis telah mencari alat tersebut selama bertahun-tahun, dan akhirnya ia menemukannya. Martis mengaktifkan alat tersebut dan menunggu beberapa saat hingga alat tersebut menunjukkan hasilnya. Saat hasilnya muncul, Martis terkejut. Raja Kegelapan ternyata berada di sebuah tempat yang sangat dekat dengan mereka. Martis tidak menyangka bahwa Raja Kegelapan akan berada di tempat yang begitu dekat. Martis segera mematikan alat tersebut dan berjalan keluar dari ruangan tersebut. Ia harus segera memberitahu Emily dan Phynoglip tentang hasilnya. Saat Martis kembali ke tempat Emily dan Phynoglip, ia melihat bahwa mer
Dalam benaknya, Martis terus berpikir. Dengan konsentrasinya yang sangat baik, Martis mencoba menelaah tentang kejadian hari ini. Dan pada saat ini, Mia sedang berjalan ke arah pintu yang tersembunyi di belakang tirai, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Martis juga mengikuti mereka, dengan rasa penasaran yang semakin besar. Saat mereka mencapai pintu tersebut, Mia berhenti dan menatap Martis dengan senyumannya yang lembut. "Aku akan menunjukkan kamu bahwa kita tidak memiliki apa-apa yang berharga," ucap Mia. Dan tiba-tiba saja, ada kejadian aneh. Mia menghilang begitu saja di hadapan mereka. Phynoglip serta Emily terkejut dan menatap bayangan tersebut dengan rasa penasaran. "Apa yang terjadi?" tanya Phynoglip heran. "Aku tidak tahu," ucap Emily yang sama herannya. "Tapi aku rasa Mia yang kita lihat sebelumnya bukanlah Mia yang sebenarnya." Dan selang beberapa menit kemudian, Mia muncul kembali. Ternyata..., sosok yang mengaku sebagai Mia ini hanyalah bayang
Mia berjalan ke arah Martis, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Martis menatap Mia dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang kamu ingin lakukan, Mia?" tanya Martis dengan suara yang keras. Mia tetap tersenyum lembut, kemudian berbicara dengan suara yang pelan. "Aku ingin menunjukkan kamu bahwa kita tidak memiliki apa-apa yang berharga," ucap Mia. Martis menatap Mia dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang kamu maksud?!" tanya Martis dengan suara yang keras. Dengan senyum lembutnya, Mia kemudian berbicara dengan suara yang pelan. "Aku akan menunjukkan kamu bahwa kita hanya memiliki puisi yang tidak berharga," ucap Mia dengan suara yang masih sama pelannya. Mia kemudian mengambil kertas yang memiliki puisi yang tertulis di dalamnya dari Emily, kemudian memberikannya kepada Martis. Martis menatap kertas tersebut dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang
Mia memimpin mereka ke arah mesin tersebut, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Saat mereka mendekati mesin tersebut, mereka melihat bahwa mesin tersebut memiliki sebuah layar yang besar dan beberapa tombol yang berkilauan. Mia menekan salah satu tombol tersebut, dan layar mesin tersebut langsung menyala. Phynoglip dan Emily terkejut melihat bahwa layar tersebut menampilkan sebuah gambar yang aneh, seperti sebuah peta yang kompleks. "Apa ini?" tanya Phynoglip dengan suara yang penasaran. Mia menjawab, "Ini adalah peta sistem yang kita gunakan untuk mengontrol dunia ini," ucap Mia dengan suara yang pelan. "Dengan peta ini, kita dapat melihat bagaimana sistem tersebut bekerja dan bagaimana kita dapat mengubahnya." Emily kemudian menatap peta tersebut dengan rasa penasaran. "Bagaimana kita dapat mengubahnya?" tanya Emily dengan suara yang pelan. Mia memandang Emily dengan mata yang berbinar. "Kita dapat mengubahnya dengan menggunakan kode yang tepat," ucap Mia
Phynoglip mengangguk, kemudian menatap sekeliling tempat mereka berada. "Tempat ini aneh," ucap Phynoglip dengan suara yang pelan. "Aku merasa seperti berada di dalam komputer atau sesuatu." "Aku juga merasa seperti itu. Sepertinya kita berada di dalam sistem atau dimensi lain." jawab Emily dengan nada yang sama dengan Phynoglip. Keduanya terdiam sejenak, kemudian Phynoglip bertanya lagi. "Kamu pikir apa yang disembunyikan oleh Martis?" Emily memandang Phynoglip dengan serius. "Aku pikir Tuan Martis menyembunyikan sesuatu hal yang sangat penting." Phynoglip mengangguk, kemudian keduanya terdiam lagi. Akan tetapi, kali ini tiba-tiba, Phynoglip berbicara dengan nada yang berbeda. "Emily, aku merasa ada sesuatu yang aneh di sini. Sepertinya kita tidak sendirian." Emily menatap Phynoglip dengan heran, kemudian menoleh ke sekeliling. Tiba-tiba, dia melihat bayangan yang bergerak di kejauhan. "Apa itu?" bisik Emily dengan suara yang pelan. Kemudian Phynoglip berjalan menuju bayangan te