Dengan senangnya Letnan Hitman tertawa lepas ketika berhasil melukai Roki."Hahaha..., hahahaha...!" Dengan tubuh yang sudah lemas Letnan Hitman masih saja bisa tertawa.Roki melihat luka tusuk yang terbakar pada bagian pahanya itu. Roki memperhatikannya dan seperti ada yang aneh.Tubuh Roki yang baik-baik saja tiba-tiba sebelah lututnya ambruk dan menyentuh lantai.Bruk!"Sial! Pisau itu ternyata beracun!" Roki merasa kesal pada dirinya sendiri yang tadi sempat lengah."Kau pikir, aku akan mati di sini sendirian? Hahahaha...! Tidak masalah jika aku mati, yang penting kau juga akan ikut mati bersamaku! Hahahaha...!" Dengan kondisi tubuh yang sudah terluka parah itu, Letnan Roki masih saja terus tertawa. Padahal tubuhnya sudah terkapar di tengah halaman markas Herupa. Bergerak sedikit saja maka seluruh tubuhnya akan terasa sangat sakit. Karena banyak tulang-tulangnya yang patah akibat serangan Roki yang tidak ada ampun.Roki berusaha menahan racun yang ada di lukanya agar tidak menyebar
Martis berjalan menghampiri tiga ratusan orang Tentara Bayaran itu sendirian.Namun tiba-tiba terdengar ada suara deru angin yang bergemuruh. Sontak, semua perhatian langsung teralih ke asal suara itu.Terlihat ada puluhan helikopter yang berdatangan ke arah markas Herupa. Padahal, Martis baru saja ingin beraksi. Martis melihat ke arah helikopter yang paling depan dan ternyata ada Martanto yang bersiap turun dari tangga tali yang menjulur ke bawah."Eh? Kenapa Paman Martanto kemari? Bukankah Bibi Odele mengatakan kalau mereka tidak diperbolehkan membantu Herupa?" gumam Martis."Martis...!" Martanto langsung mendekati Martis."Iya Paman. Ada apa? Kenapa Paman datang? Apakah akan baik-baik saja?" tanya Martis."Aku datang karena mendapat informasi bahwa salah satu anggota Keamanan Pemerintah memimpin Tentara Bayaran untuk menyerang markas Herupa," jawab Martanto sambil melihat ke arah Letnan Hitman yang sudah di ikat oleh Roki.Kemudian Martanto mengedarkan pandangannya ke arah Tentara
Dengan berat hati, Martis akhirnya terpaksa mengajak Selena dan juga Layla pergi bersamanya ke kediaman Odele.Sepanjang perjalanan, Martis hanya diam. Dia hanya mendengarkan kedua gadis cantik yang terus-terusan bergosip.Namun Martis sempat mengernyitkan alisnya ketika mendengar kedua gadis ini bergosip tentang Mia. Bahkan mereka berdua secara terang-terangan mengatakan akan bersaing untuk mendapatkan hati Martis.Cit...!"Ada apa, Martis?!" Layla yang wajahnya hampir terbentur jendela mobil bertanya dengan wajah yang terlihat sedikit kesal terhadap Martis karena berhenti mendadak."tidak, tidak ada apa-apa. Aku hanya sedikit mengantuk tadi." Martis berbohong dan ia kembali melajukan mobil yang mereka kendarai.Sebenarnya Martis tadi terkejut ketika mendengar Selena dan Layla mengatakan kalau mereka berdua mencintai Martis.Jangan konyol! Pria mana yang tidak tertarik dengan kedua gadis ini? Cantik? Jelas saja mereka berdua cantik. Seksi? Jangan ditanya lagi. Sebenarnya Martis kerap
Martis mendengar ada suara seorang gadis dari belakangnya."Apa kita saling mengenal?" Martis menoleh ke arah sumber suara dan sempat mengangkat kedua alisnya."Kalau begitu, mari kita berkenalan. Namaku adalah Reka." Reka mengulurkan tangannya sambil tersenyum manis. Terlihat ada dua lesung pipi di wajah manis Reka."Namaku Martis." Martis ingat kalau Roki mengatakan bahwa putrinya bernama Reka. Martis langsung menyambut uluran tangan dari Reka."Martis, dia ada-" Belum juga Odele selesai berbicara, Martis memotongnya."Aku sudah tahu kok. Dia adalah Anak dari Paman Roki kan?" ucap Martis."Iya benar. Roki adalah Ayahku. Jadi kau sudah tahu ya? Baguslah," Imbuh Reka.Reka dengan santainya langsung duduk di samping Martis. Jarak mereka duduk bukan lagi dekat, melainkan menempel."Martis, bisakah kau mengajariku bela diri? Ayolah..., aku dengar kau itu orang yang hebat." Reka menggerak-gerakkan bahunya dan menyenggol bahu Martis."Bukankah Ayahmu juga orang yang hebat? Kenapa kau tidak
Martis sempat merasa bimbang. Apakah dia harus mengejar Mia, atau tidak? Dan akhirnya Martis memutuskan untuk berdiam diri saja."Kak..., Kak Martis! Hey...? Apa kau bisa mendengarku...?" Reka mengibaskan telapak tangannya tepat di wajah Martis guna menyadarkan Martis yang terlihat seperti orang Linglung.Ketika pikiran Martis kembali sadar, Martis langsung melompat ke arah belakang. Mata Martis juga terbelalak kerena merasa terkejut ketika melihat di depan wajahnya ada wajah Reka."Re-reka!" teriak Martis sedikit gagap.Martis bahkan mengira kalau Reka ingin menciumnya. Sebab, jarak wajah mereka tadi sangatlah dekat. Namun kenyataannya tidak seperti itu. Martis salah paham."Kak Martis, apakah wajahku ini terlihat sangat menyeramkan seperti setan?!" Reka mengerucutkan bibir dan menggembungkan pipinya saat melihat ekspresi wajah Martis yang ketakutan seperti ini."Ti-tidak, tidak! Bukan seperti itu kok. Aku hanya terkejut saja tadi. Aku pikir kau ingin memukulku," jawab Martis."Hah?
Ketika Martis tiba di markas Herupa, semua anggota Herupa sangat kagum saat melihat Martis berjalan dengan dikelilingi oleh tiga sosok gadis cantik.Reka berjalan dengan santainya sambil menggandeng lengan Martis. Sedangkan Layla dan Selena, mereka berdua mengekori mereka berdua dari belakang.Dan ternyata, sebelum mereka berempat kembali ke markas Herupa tadi, Selena dan Layla sempat menunjukkan raut wajah masamnya kepada Martis. Martis yang mengerti akan ekspresi kedua gadis itu kemudian menjelaskan pada mereka berdua siapa Reka yang sebenarnya. Dan akhirnya mereka berdua tidak marah lagi setalah mendengar penjelasan singkat dari Martis. Walaupun mereka tidak lagi marah, tapi tetap saja Selena dan Layla merasa iri terhadap Reka yang bisa leluasa berkontak fisik dengan Martis. Padahal baru saja bertemu, tapi Martis dan Reka bisa langsung akrab."Kak, ini markas Herupa ya Kak? Wah..., besar sekali halamannya." Reka yang sedari tadi memperhatikan sekeliling markas Herupa merasa sangat
Roki menatap wajah Reka lekat-lekat. Roki ingin melihat seberapa yakin anaknya igin berlatih bela diri."Aku sangat yakin, Ayah." Reka menganggukkan kepalanya dan Reka juga memposisikan tubuhnya dengan tegap."Buktikan pada Ayah kalau kau memang hebat!" Setelah mengucapkan kalimat ini Roki akhirnya benar-benar pergi dari sana dan kembali melanjutkan latihannya.Prak!Terdengar suara dua telapak tangan saling beradu."Kak Martis! Ayah sudah mengijinkan aku berlatih bela diri!" Reka menggenggam telapak tangan Martis setelah mereka berdua melakukan tos. Reka juga melompat-lompat kegirangan."Reka, kamu jangan senang dulu. Sebaiknya kau harus benar-benar membuktikan pada Ayahmu kalau kamu juga bisa sehebat dirinya. Bahkan kalau bisa kau justru harus melampauinya." Martis menatap wajah Reka dan memperlihatkan ekspresi yang serius di wajahnya."Siap, Guru!" Reka langsung kembali memposisikan tubuhnya dengan tegap kemudian ia berpose memberi hormat pada Martis.'Jadi begini ya rasanya kalau
Ketika Reka melihat Martis yang dengan mudahnya mengontrol kekuatan elemen, Reka sempat merasa sedikit putus asa."Ada apa? Ini baru awal. Jangan menunjukkan tampang jelek seperti itu. Hahahaha...! Ayo, lebih semangat lagi! Baru saja mencoba beberapa kali, kau sudah ingin menyerah? Tahu begitu aku tidak mau mengajarkanmu bela diri," ujar Martis."Kak, sejujurnya yang aku inginkan itu bela diri yang meninju dan menendang. Bukan yang seperti ini." Reka mempraktekkan lagi gaya meninju dan menendang. Alhasil hidungnya terkena satu sentilan lagi dari Martis.Plak!Bagian ujung hidung Reka berubah sedikit berwarna merah muda ketika disentil oleh Martis.Boom!Ada suara ledakan."Eh? Kak Martis...!" Reka merasa panik.Ternyata ketika bagian ujung hidungnya disentil oleh Martis, Reka memukul perut Martis. Padahal, Reka hanya berniat memukul biasa saja. Namun siapa sangka pukulannya tadi mampu mengeluarkan elemen api. Alhasil, pukulan itu menghasilkan ledakan.Untungnya, Martis sudah mengenaka