Beranda / Pernikahan / Istri Bayangan / Bab 81 - Bab 90

Semua Bab Istri Bayangan: Bab 81 - Bab 90

141 Bab

Bayang-bayang Firman

Part 81Bayang-bayang Firman"Dokter, dokter, tolong..., tolong adikku," Teriak Agung seraya memeluk Firman. Yogi memencet bel merah yang menempel di dinding dekat ranjang pasien, seketika bel itu menyala dan Tak lama kemudian paramedis datang ke kamar tempat Firman dirawat. "Permisi, tolong anda keluar dulu, kami akan memeriksa pasien!" Pinta seorang dokter. Agung dan Yogi segera keluar dan hanya bisa melihat dari balik kaca pintu yang kecil itu, sebuah alat seperti setrika ditempelkan di dada Firman alat itu terhubung dengan listrik, dada Firman dikejutkan dengan aliran listrik yang mengalir di alat itu, tubuh Firman berpental menggembung karena pengaruh alat itu. Pemandangan itu dilihat oleh Agung, namun Firman tak kunjung disadarkan diri hingga Agung melihat garis keriting yang tertera di layar monitor Elektrokardiograf (EKG) menjadi garis lurus pertama da tak ada denyut jantung. "Dek, jangan tinggalkan kakak," Rintih Agung meratapi adiknya. Yogi hanya bisa mengelus pundak
Baca selengkapnya

Wanita kota

Part 82Wanita kotaSetahun kemudian usia Viyo beranjak 7 tahun Silvi sudah mulai terbiasa hidup sendiri. Pasalnya sudah 3 bulan Yogi tidak mentransfer biaya bulanan untuk Viyo, meski begitu Silvi tidak putus asa dia terus berjuang mencari nafkah untuk membiayai putranya, Viyo yang sekarang mulai duduk di kelas 2 SD itu mempunyai banyak kebutuhan, Silvi mencoba melamar ke sekolah-sekolah terdekat memanfaatkan ijazah keguruannya untuk bisa menjadi pengajar di sekolahan. Tetapi karena di daerah itu adalah daerah terpencil dan jumlah anak didiknya masih terbatas maka tidak banyak sekolah yang memerlukan tenaga bantuan untuk mengajar, tak seperti di kota. Alhasil Silvi hanya bisa gigit jari setiap kali menyerahkan surat lamaran kepada sekolah-sekolah terdekat. Hingga pada akhirnya dia memutuskan untuk membantu ibunya berjualan di kios depan rumah saja, sambil membuka fasilitas les calistung untuk anak SD di rumah ibunya sendiri. Dengan keyakinan yang kuat dan usaha yang tiada henti pro
Baca selengkapnya

Janda Zais

Part 83Janda Zais"Kamu yakin?" Tanya Silvi heran. "Yakin dong katanya jebolan sini kan udah ada yang jadi juara di SMP nya itu menandakan bahwa lembaga kamu itu berkualitas," Puji Laura. "Ah jangan terlalu melebih-lebihkan Lor, masih banyak kan lembaga lain yang lebih senior dari kita." Jawab Silvi. "Sebentar ya aku ambilkan minum dulu mau air teh jus atau...?" Tanya Silvi. "Air putih aja," jawab Laura. "Hmmm, masih higienis aja kamu Lor, bener-bener pemilih kalau masalah makanan dan minuman. Pantas aja tubuh kamu segar bugar dan terlihat sehat, ramping pula, SEMPURNA," Ucap Silvi Seraya mengacungkan jempolnya yang kemudian menuju ke dalam rumah dan segera mengambilkan air putih untuk Laura. "Masa iya di kota gak ada lembaga yang bagus buat les anak kamu, Lor?" tanya Silvi. "Bukan begitu sih, anakku udah aku masukin ke beberapa lembaga les tapi dia kayaknya nggak cocok, cuman sebentar-sebentar dah mogok lesnya, Nggak tahu lah mungkin anakkunya aja yang rewel," jawab Laura. "
Baca selengkapnya

Telepon Penyesalan

Part 84Telepon Penyesalan Hari itu Silvi membuka pintu Pondok belajar yang sudah beberapa bulan terakhir ini ia tekuni, beribu pertanyaan tentang Zais masih menari-nari di benaknya. Berharap ada seseorang yang mengantarkan Shelomita, putri dari Laura dan Zais untuk les di sini. Formulir selomita ia pandangi dengan seksama, dan betul saja, nama akhir Shelomita adalah nama akhir zaiz. Triliiing..., Suara bel terdengar nyaring setelah tombol bel dipencet beberapa anak yang hadir segera merapikan diri berbaris sesuai kelompoknya masing-masing. "Anak-anak, apa kabar hari ini?" tanya Silvi Seraya berteriak dan merekahkan merekahkan senyum manis ramah kepada para peserta les di tempat itu. Anak-anak mendatangi tempat les usai pulang sekolah sekitar pukul 14.00 siang hingga pukul 16.00."Alhamdulillah luar biasa Allahu Akbar," jawab anak-anak serempak dan semangat. Mereka kemudian beraktivitas seperti biasanya dalam satu minggu ada dua kali pertemuan tetapi hari ini sepertinya Laura tid
Baca selengkapnya

Kegelisahan

Part 85KegelisahanSilvi menatap lekat foto yang dikirimkan oleh Mbak Yuni, dia terus saja mengucurkan air mata melihat betapa rusaknya fisik Yogi. Wajah tampan yang dulu ia banggakan kini layu, terpancar garis keriput di wajahnya ditambah lagi bola mata yang berhiaskan kantung hitam di bawahnya membuat hati Silvi terenyuh, kulit putih yang dulu segar kini hitam kecoklatan akibat obat, badan yang dulu kekarpun terlihat menyusut seperti pohon kering tanpa daun. "Ah, Sungguh benar apa yang dikatakan ustad bahwa semua adalah titipan Allah kita hanya berkewajiban menjaganya bukan merusaknya, tidakkah kau sadar Mas, Allah sedang menegurmu?" gumam Silvi. tak lama berselang sebuah panggilan kembali mendarat di ponsel Silvi. "Nomor siapa ini?" Silvi heran saat melihat panggilan itu adalah panggilan dari nomor baru tanpa nama di ponselnya. Seketika dia mengangkatnya khawatir itu adalah panggilan penting dari seseorang yang mungkin dia kenal. "Halo," sapa seseorang di ujung telepon sana.
Baca selengkapnya

Penyakit Aids

Part 86DlPenyakit AidsDi lorong rumah sakit itu Silvi melangkah dengan gemetar, terlihat beberapa keluarga Yogi mondar-mandir di depan ruangan, Mbak Yuni terlihat duduk di kursi tugu depan ruangan itu, ruangan khusus untuk penyakit yang khusus. "Kenapa? Kenapa mereka berkumpul di sini semua?" tanya Silvi dalam hati, ia merasakan kekhawatiran yang luar biasa dalam hati. Setelah agak dekat Silvi berjalan perlahan, dia menghampiri Yuni yang sedang duduk tegang di kursi tunggu depan ruangan itu. "M-Mbak," sapa Silvi. Dengan serta merta Yuni menengok ke arah Silvi tatkala mendengar ada yang memanggilnya. "Eh, Vi," sapa Yuni. Dia berdiri dan kemudian memeluk Silvi sambil menangis. "Maafin Yogi ya, Vi, maafin adik Mbak!" Pinta Yuni. Silvi hanya mengangguk dan tidak berkata-kata. "Bagaimana keadaan Mas Yogi, Mbak?" tanya Silvi. "Dia sedang ditindak oleh dokter, kemarin sempat koma, lalu tadi pagi Yogi sadar dan meminta Mbak untuk minta maaf sama kamu," jawab Yuni terisak. Silvi k
Baca selengkapnya

Pesan Terakhir

Part 87Pesan Terakhir "Silvi...," dengan suara yang berat dan seperti berbisik Yogi memanggil Mantan istrinya. "Mas? Ya Mas ini aku Silvi ada di sini," ucap Silvi yang seketika mendengar namanya dipanggil dia langsung memegang tangan Yogi dan menempelkannya di pipi. Perlahan Yogi membuka matanya, dia tersadar dari tidur panjangnya. Ini hari kedua setelah Yogi sempat mengalami kritis dan berhasil ditolong oleh para medis. Wajah pertama yang dilihat saat Yogi membuka mata adalah Silvi, dia bersyukur saat ini Silvi ada di sampingnya. "Silvi...," ucap Yogi saya tersenyum tipis. Bibirnya yang bergelombang tampak pucat dan kering, pipi mulusnya berganti flek hitam tak berdaging, badannya kurus bagaikan tinggal tulang. "Syukurlah, Mas sudah sadar," Ucap Silvi meneteskan air mata. "Silvi, Maafin aku ya!" Pinta Yogi. Wajahnya menengok ke arah Silvi tatapan matanya sayu tak bermakna, hanya ada gambaran penyesalan yang terlihat di mata Yogi. "Jangan minta maaf terus, Mas ak
Baca selengkapnya

Ikhlaskan

Part 88Ikhlaskan "Ikhlaskan, Vi, ikhlaskan dia, agar dia tenang di alam sana," Ucap Yuni menepuk bahu Silvi. "Mbak yakin, Allah menerima tobat Yogi, sejak tiga bulan terakhir selama dia sakit dia tidak pernah meninggalkan salat, bahkan setiap malam dia melakukan salat malam meski setengah badannya lumpuh, dia bilang dia ingin bertaubat atas semua dosa-dosanya. Dia sadar bahwa usianya sudah tidak lama lagi, mbak yakin dia sungguh-sungguh, dan Allah tidak akan menolak kesungguhan hati hambanya," Ucap Yuni. "Syukurlah, kalau mas Yogi sempat bertaubat sebelum ia meninggalkan dunia ini, tapi Viyo, Mbak, Viyo sekarang menjadi anak yatim," ucap Silvi seraya menangis tersedu. "Anakku sekarang anak yatim, ia tidak punya ayah sekarang, Mbak..., aku tidak kuasa memberitahunya," isak Silvi di hadapan jasad Yogi yang masih terhujur kaku dan hanya tertutup oleh selembar kain. Usai dinyatakan meninggal oleh dokter jasad Yogi segera dibawa pulang oleh keluarganya dengan menggunakan mobil ambul
Baca selengkapnya

Menjadi Janda

Part 89Menjadi JandaDi kamar yang dulunya milik Yogi itu Silvi terbangun dari pingsannya, dia harus terima bahwa dirinya kini menjadi seorang janda. Saat dia benar-benar mencintai mantan suaminya yang ternyata juga mencintainya, dia harus rela dan ikhlaskan kepergiannya untuk selamanya. Air mata tiada henti menggenangi pipinya, terasa hampa kini hidupnya tanpa Yogi di sisinya. Dia merasa menyesal tiada tara, karena mengingat dia tidak tahu dan tidak menyadari Betapa besarnya cinta Yogi terhadap dirinya namun Yogi tidak pernah mengutarakannya. "Bagaimana nasib putraku tanpa ayahnya?" Bisik Silvi dalam tengah-tengah air mata yang deras membasahi pipinya. Dipeluknya bantal di atas ranjang Yogi itu, kini dia harus merelakan Viyo menjadi seorang yatim karena ayahnya kini sudah tiada di dunia ini."Vi, pulang yuk?" Ajak Bu Teti. Silvi tidak menjawab nama kepalanya mengangguk beberapa kali meski matanya terlihat kosong saat mengangguk itu. Silvi berdiri, dibantu oleh bu Teti, kemudia
Baca selengkapnya

Kebaikan Yogi

Part 90Kebaikan Yogi Seminggu berselang dari kematian Yogi, Silvi mengemas pakaian Yogi. Ia bermaksud hendak mensedekahkan barang-barang yang masih terpakai, karena dia merasa di rumah mantan mertuanya itu tidak ada anak laki-laki maka Silvi meminta pakaian Yogi di sumbangkan ke panti asuhan atau ke pesantren agar bermanfaat. Semua setuju dengan ide Silvi. "Nak, kamu nggak usah pergi, Mama nggak keberatan kalau kamu tetap tinggal di sini." Ucap ibunda Yogi.Setelah kepergian Yogi, ibunda Yogi merasa bahwa Silvi dan Viyo adalah satu-satunya kenangan yang Yogi titipkan. Lagipula di rumahnya itu dia tak memiliki menantu perempuan. "Aku harus pergi, Mah, aku tidak bisa tinggal selamanya dengan mama, sekarang statusku bukan memantu mama lagi, maaf." jawab Silvi sambil berkemas. Dalam hatinya ia bergumam, “Rasanya canggung bila tinggal di rumah mertua sedangkan suaminya sudah tiada,” Silvi terus saja membereskan pakaian Yogi untuk di berikan kerpada yang lebih membutuhkan."Ya sudah, na
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
15
DMCA.com Protection Status