Share

Janda Zais

Penulis: Reren Hurriyah
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-28 20:39:53

Part 83

Janda Zais

"Kamu yakin?" Tanya Silvi heran.

"Yakin dong katanya jebolan sini kan udah ada yang jadi juara di SMP nya itu menandakan bahwa lembaga kamu itu berkualitas," Puji Laura.

"Ah jangan terlalu melebih-lebihkan Lor, masih banyak kan lembaga lain yang lebih senior dari kita." Jawab Silvi.

"Sebentar ya aku ambilkan minum dulu mau air teh jus atau...?" Tanya Silvi.

"Air putih aja," jawab Laura.

"Hmmm, masih higienis aja kamu Lor, bener-bener pemilih kalau masalah makanan dan minuman. Pantas aja tubuh kamu segar bugar dan terlihat sehat, ramping pula, SEMPURNA," Ucap Silvi Seraya mengacungkan jempolnya yang kemudian menuju ke dalam rumah dan segera mengambilkan air putih untuk Laura.

"Masa iya di kota gak ada lembaga yang bagus buat les anak kamu, Lor?" tanya Silvi.

"Bukan begitu sih, anakku udah aku masukin ke beberapa lembaga les tapi dia kayaknya nggak cocok, cuman sebentar-sebentar dah mogok lesnya, Nggak tahu lah mungkin anakkunya aja yang rewel," jawab Laura.

"
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Bayangan   Telepon Penyesalan

    Part 84Telepon Penyesalan Hari itu Silvi membuka pintu Pondok belajar yang sudah beberapa bulan terakhir ini ia tekuni, beribu pertanyaan tentang Zais masih menari-nari di benaknya. Berharap ada seseorang yang mengantarkan Shelomita, putri dari Laura dan Zais untuk les di sini. Formulir selomita ia pandangi dengan seksama, dan betul saja, nama akhir Shelomita adalah nama akhir zaiz. Triliiing..., Suara bel terdengar nyaring setelah tombol bel dipencet beberapa anak yang hadir segera merapikan diri berbaris sesuai kelompoknya masing-masing. "Anak-anak, apa kabar hari ini?" tanya Silvi Seraya berteriak dan merekahkan merekahkan senyum manis ramah kepada para peserta les di tempat itu. Anak-anak mendatangi tempat les usai pulang sekolah sekitar pukul 14.00 siang hingga pukul 16.00."Alhamdulillah luar biasa Allahu Akbar," jawab anak-anak serempak dan semangat. Mereka kemudian beraktivitas seperti biasanya dalam satu minggu ada dua kali pertemuan tetapi hari ini sepertinya Laura tid

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-28
  • Istri Bayangan   Kegelisahan

    Part 85KegelisahanSilvi menatap lekat foto yang dikirimkan oleh Mbak Yuni, dia terus saja mengucurkan air mata melihat betapa rusaknya fisik Yogi. Wajah tampan yang dulu ia banggakan kini layu, terpancar garis keriput di wajahnya ditambah lagi bola mata yang berhiaskan kantung hitam di bawahnya membuat hati Silvi terenyuh, kulit putih yang dulu segar kini hitam kecoklatan akibat obat, badan yang dulu kekarpun terlihat menyusut seperti pohon kering tanpa daun. "Ah, Sungguh benar apa yang dikatakan ustad bahwa semua adalah titipan Allah kita hanya berkewajiban menjaganya bukan merusaknya, tidakkah kau sadar Mas, Allah sedang menegurmu?" gumam Silvi. tak lama berselang sebuah panggilan kembali mendarat di ponsel Silvi. "Nomor siapa ini?" Silvi heran saat melihat panggilan itu adalah panggilan dari nomor baru tanpa nama di ponselnya. Seketika dia mengangkatnya khawatir itu adalah panggilan penting dari seseorang yang mungkin dia kenal. "Halo," sapa seseorang di ujung telepon sana.

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-29
  • Istri Bayangan   Penyakit Aids

    Part 86DlPenyakit AidsDi lorong rumah sakit itu Silvi melangkah dengan gemetar, terlihat beberapa keluarga Yogi mondar-mandir di depan ruangan, Mbak Yuni terlihat duduk di kursi tugu depan ruangan itu, ruangan khusus untuk penyakit yang khusus. "Kenapa? Kenapa mereka berkumpul di sini semua?" tanya Silvi dalam hati, ia merasakan kekhawatiran yang luar biasa dalam hati. Setelah agak dekat Silvi berjalan perlahan, dia menghampiri Yuni yang sedang duduk tegang di kursi tunggu depan ruangan itu. "M-Mbak," sapa Silvi. Dengan serta merta Yuni menengok ke arah Silvi tatkala mendengar ada yang memanggilnya. "Eh, Vi," sapa Yuni. Dia berdiri dan kemudian memeluk Silvi sambil menangis. "Maafin Yogi ya, Vi, maafin adik Mbak!" Pinta Yuni. Silvi hanya mengangguk dan tidak berkata-kata. "Bagaimana keadaan Mas Yogi, Mbak?" tanya Silvi. "Dia sedang ditindak oleh dokter, kemarin sempat koma, lalu tadi pagi Yogi sadar dan meminta Mbak untuk minta maaf sama kamu," jawab Yuni terisak. Silvi k

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-30
  • Istri Bayangan   Pesan Terakhir

    Part 87Pesan Terakhir "Silvi...," dengan suara yang berat dan seperti berbisik Yogi memanggil Mantan istrinya. "Mas? Ya Mas ini aku Silvi ada di sini," ucap Silvi yang seketika mendengar namanya dipanggil dia langsung memegang tangan Yogi dan menempelkannya di pipi. Perlahan Yogi membuka matanya, dia tersadar dari tidur panjangnya. Ini hari kedua setelah Yogi sempat mengalami kritis dan berhasil ditolong oleh para medis. Wajah pertama yang dilihat saat Yogi membuka mata adalah Silvi, dia bersyukur saat ini Silvi ada di sampingnya. "Silvi...," ucap Yogi saya tersenyum tipis. Bibirnya yang bergelombang tampak pucat dan kering, pipi mulusnya berganti flek hitam tak berdaging, badannya kurus bagaikan tinggal tulang. "Syukurlah, Mas sudah sadar," Ucap Silvi meneteskan air mata. "Silvi, Maafin aku ya!" Pinta Yogi. Wajahnya menengok ke arah Silvi tatapan matanya sayu tak bermakna, hanya ada gambaran penyesalan yang terlihat di mata Yogi. "Jangan minta maaf terus, Mas ak

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-30
  • Istri Bayangan   Ikhlaskan

    Part 88Ikhlaskan "Ikhlaskan, Vi, ikhlaskan dia, agar dia tenang di alam sana," Ucap Yuni menepuk bahu Silvi. "Mbak yakin, Allah menerima tobat Yogi, sejak tiga bulan terakhir selama dia sakit dia tidak pernah meninggalkan salat, bahkan setiap malam dia melakukan salat malam meski setengah badannya lumpuh, dia bilang dia ingin bertaubat atas semua dosa-dosanya. Dia sadar bahwa usianya sudah tidak lama lagi, mbak yakin dia sungguh-sungguh, dan Allah tidak akan menolak kesungguhan hati hambanya," Ucap Yuni. "Syukurlah, kalau mas Yogi sempat bertaubat sebelum ia meninggalkan dunia ini, tapi Viyo, Mbak, Viyo sekarang menjadi anak yatim," ucap Silvi seraya menangis tersedu. "Anakku sekarang anak yatim, ia tidak punya ayah sekarang, Mbak..., aku tidak kuasa memberitahunya," isak Silvi di hadapan jasad Yogi yang masih terhujur kaku dan hanya tertutup oleh selembar kain. Usai dinyatakan meninggal oleh dokter jasad Yogi segera dibawa pulang oleh keluarganya dengan menggunakan mobil ambul

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-01
  • Istri Bayangan   Menjadi Janda

    Part 89Menjadi JandaDi kamar yang dulunya milik Yogi itu Silvi terbangun dari pingsannya, dia harus terima bahwa dirinya kini menjadi seorang janda. Saat dia benar-benar mencintai mantan suaminya yang ternyata juga mencintainya, dia harus rela dan ikhlaskan kepergiannya untuk selamanya. Air mata tiada henti menggenangi pipinya, terasa hampa kini hidupnya tanpa Yogi di sisinya. Dia merasa menyesal tiada tara, karena mengingat dia tidak tahu dan tidak menyadari Betapa besarnya cinta Yogi terhadap dirinya namun Yogi tidak pernah mengutarakannya. "Bagaimana nasib putraku tanpa ayahnya?" Bisik Silvi dalam tengah-tengah air mata yang deras membasahi pipinya. Dipeluknya bantal di atas ranjang Yogi itu, kini dia harus merelakan Viyo menjadi seorang yatim karena ayahnya kini sudah tiada di dunia ini."Vi, pulang yuk?" Ajak Bu Teti. Silvi tidak menjawab nama kepalanya mengangguk beberapa kali meski matanya terlihat kosong saat mengangguk itu. Silvi berdiri, dibantu oleh bu Teti, kemudia

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-03
  • Istri Bayangan   Kebaikan Yogi

    Part 90Kebaikan Yogi Seminggu berselang dari kematian Yogi, Silvi mengemas pakaian Yogi. Ia bermaksud hendak mensedekahkan barang-barang yang masih terpakai, karena dia merasa di rumah mantan mertuanya itu tidak ada anak laki-laki maka Silvi meminta pakaian Yogi di sumbangkan ke panti asuhan atau ke pesantren agar bermanfaat. Semua setuju dengan ide Silvi. "Nak, kamu nggak usah pergi, Mama nggak keberatan kalau kamu tetap tinggal di sini." Ucap ibunda Yogi.Setelah kepergian Yogi, ibunda Yogi merasa bahwa Silvi dan Viyo adalah satu-satunya kenangan yang Yogi titipkan. Lagipula di rumahnya itu dia tak memiliki menantu perempuan. "Aku harus pergi, Mah, aku tidak bisa tinggal selamanya dengan mama, sekarang statusku bukan memantu mama lagi, maaf." jawab Silvi sambil berkemas. Dalam hatinya ia bergumam, “Rasanya canggung bila tinggal di rumah mertua sedangkan suaminya sudah tiada,” Silvi terus saja membereskan pakaian Yogi untuk di berikan kerpada yang lebih membutuhkan."Ya sudah, na

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-03
  • Istri Bayangan   Om Penunjuk Jalan

    part 91 Om Penunjuk JalanMalam ini Bu Teti dan Pak Rahmat berangkat ibadah haji, Silvi bersiap untuk mengantarkan mereka ke Alun-alun kota, bis yang hendak memberangkatkan jemaah haji sudah siap di sana. Orang tua Silvi itu sudah sejak dari tadi meneteskan air mata karena bahagia akan berjumpa dengan sang khalik di tanah yang suci, mereka memegang kopernya masing-masing. "Udah siap, Bu?" Tanya Silvi tersenyum.Bu Teti mengangguk, tangannya memegang koper dan siap berangkat menuju Alun-alun. Dengan spontan Bu Teti memeluk Silvi penuh dengan kesedihan."Jika ibu meninggal di sana, kamu harus do'akan ibu ya!" Ucap ibu Teti sambil memeluk Silvi. "Hus, ibu jangan ngomong gitu, insya Allah niatkan ibadah, apapun yang terjadi Allah pasti membantu ibu, semoga dimudahkan dan tidak ada halangan dan rintangan di sana," jawab Silvi. begitupun dengan Pak Rahmat air matanya terus saja mengalir sejak di rumahnya berdatangan tamu yang hendak menghantarkannya menuju tanah suci. "Ayo kita siap-

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-04

Bab terbaru

  • Istri Bayangan   Amanat Pak Rahmat

    Bu Teti adalah seorang ibu yang penuh perhatian dan penyayang. Dia selalu hadir untuk mendukung putrinya, Silvi, dalam setiap langkah kehidupannya. Bu Teti memiliki peran penting dalam keluarga dan merupakan sumber kekuatan bagi Silvi."Suatu hari, ketika ayah?mu sedang menjalankan ibadah haji di tanah suci, dia berdo'a dengan tulus. ayahmu sangat mengharapkan yang terbaik untukmu, Nak. Salah satu harapan terbesar yang dia sampaikan dalam do'a itu adalah agar kau mendapatkan pasangan hidup yang setia dan jujur." tutur bu Teti. "Ayahmu merasa sangat sedih ketika mengetahui bahwa suamimu, Yogi, telah mengkhianatimu. Ia ingin kau menemukan seseorang yang benar-benar mencintai dan setia kepadamu. Dia berharap agar kau dapat hidup bahagia dan mendapatkan kebahagiaan sejati dalam pernikahan." lanjut bu Teti. "Ibu sangat memahami perasaan ayahmu dan merasa berempati terhadap perjuangannya di tanah suci. Dia berusaha untuk menjadi pendukung utama bagimu, Nak. Ia ingin memastikan bahwa putri

  • Istri Bayangan   Ikhlas

    Silvi kini dipenuhi dengan kesedihan, menghadapi situasi duka yang sangat menyedihkan saat upacara pemakaman ayahnya berlangsung. Dalam suasana yang hening dan penuh duka, Silvi mencoba menahan air mata yang mengalir deras di pipinya. Rasa kehilangan yang mendalam dan kekosongan yang dirasakannya begitu menghantamnya, membuat hatinya hancur dan terasa sangat berat."Pak..., " jerit bu Teti. ia jatuh tak sadarkan diri. "Bu, bu," warga membantu tubuh bu Teti yang terjatuh lemas ke tanah. Bu Teti, juga berada dalam keadaan yang sangat rapuh. Saat jasad suaminya disemayamkan dalam liang lahat terakhir, ia tidak mampu menahan emosi yang membanjiri dirinya. Beban kesedihan yang begitu besar membuatnya pingsan tak lama setelah upacara dimulai. Keadaan ini semakin memperdalam kepedihan Silvi dan menggambarkan betapa besar kehilangan yang dirasakan oleh keluarga mereka.Saat jasad pak Rahmat dimasukkan ke dalam liang lahat, suasana menjadi semakin hening. Suara tangis pecah dari antara kerab

  • Istri Bayangan   Selamat jalan, Ayah

    Silvi, seorang ibu yang penuh kasih, kini mengalami perubahan drastis dalam sikap dan kehati-hatiannya sejak kasus penculikan terhadap putrinya, Zahra, beberapa hari yang lalu. Kejadian tragis ini telah mengguncang kehidupan Silvi secara mendalam membangkitkan rasa takut dan kekhawatiran yang mendalam dalam dirinya.Sebelum kasus penculikan terjadi, Silvi mungkin memiliki kehidupan yang relatif normal seperti ibu-ibu lainnya. Namun, setelah insiden tersebut, semua perhatiannya sepenuhnya tertuju pada Zahra. Ia tidak pernah melepaskan pandangannya dari putrinya yang berusia 7 bulan tersebut, khawatir bahwa bahaya mungkin mengancamnya kapan saja."Wanita itu berbahaya, aku tidak akan membiarkan dia menyakiti anak-anaku.Silvi tidak lagi merasa aman dalam lingkungan sekitarnya. Setiap gerakan, suara, atau kehadiran orang asing menjadi fokus perhatiannya. Ia berusaha melindungi Zahra dan Viyo dengan segala cara yang ia bisa, memastikan keamanan putra putrinya menjadi prioritas utama dalam

  • Istri Bayangan   Zena di Penjara

    Silvi kini penuh kekhawatiran dan kecemasan, ia merasa curiga pada Zena, seorang teman lama yang diyakininya telah menculik putrinya, Zahra. Curiga tersebut timbul karena ada beberapa kejadian yang mencurigakan dan petunjuk yang mengarah pada Zena. Meskipun saat kejadian tidak memiliki bukti yang konkrit, Silvi merasa yakin bahwa Zena adalah dalang di balik hilangnya Zahra.Kelegaan dan syukur memenuhi hati Silvi saat mengetahui bahwa Zahra, yang pada saat itu berusia 7 bulan, berhasil diselamatkan dan tidak terluka. Namun, rasa marah dan kebingungan tak terhindarkan saat mengetahui alasan di balik perbuatan Zena."Kenapa, ya, Zena tega melakukan ini pada putriku?" tanya Silvi termenung. sore itu Azam sudah pulang dan baru selesai mandi. "Maafkan aku, Vi," ucap Azam. "Maaf untuk apa, Mas?" tanya Silvi heran. Azam, suami Silvi, mengungkapkan kepada Silvi bahwa Zena melakukan perbuatan tersebut karena dendam yang tak terungkap. Azam menceritakan bahwa Zena sebenarnya telah mencintai

  • Istri Bayangan   Wanita Misterius

    Zena adalah seorang wanita yang memiliki dendam pada Azam karena telah menolak cintanya dulu sebelum menikahi Silvi ia berniat buruk dan melakukan penculikan terhadap Zahra, seorang bayi berusia 7 bulan. "Awas kalian, aku pasti akan menghancurkan rumah tangga kalian! Aku tidak akan membiarkan kalian hidup bahagia! " bisik Zena yang sedang memata-matai keluarga Azam. Kejadian itu terjadi di taman yang terletak dekat komplek perumahan, saat itu Silvi sedang pergi ke toilet. Pada saat itu, Zahra seharusnya dijaga oleh ayahnya, Azam, Namun, dalam kejadian yang tidak terduga, Azam malah berlari mendekati Viyo yang sedang bermain bola. Keadaan ini memberikan kesempatan kepada Zena untuk menculik Zahra tanpa diketahui. Dengan niat buruk yang dimilikinya, Zena mengambil kesempatan ini untuk melaksanakan rencananya.Zena melarikan diri dari taman dengan Zahra dalam pelukannya, menjauh dari area perumahan. Tujuan Zena dalam menculik Zahra adalah agar Azam dan Silvi bersedih, dapat disimpulk

  • Istri Bayangan   Berolahraga Bersama

    Beberapa bulan kemudian saat usia Zahra sudah menginjak 7 bulan semua curahan kasih sayang tertumpah kan pada cucu ke dua Bu Teti ini, kakeknya Pak Rahmat sangat menyayangi cucunya terutama Zahra yang saat ini sedang lucu-lucunya. "Cucu abah cantik banget," ucap Pak Rahmat, "Siapa dulu dong, neneknya," balas bu Teti centil. "Ciluuuk..., baaa...," pak Rahmat sedang asyik bermain dengan Zahra. tiba-tiba Silvi datang menghampiri Pak Rahmat dan bu Teti. "Bu, aku pamit ya," ucap Silvi. "Lho... emang kamu mau kemana, Nak?" tanya bu Teti kaget. "Ini, mama Rohimah pengen ketemu Zahra, aku nggak lama kok, paling cuman 3 hari. mumpung sekolah Viyo lagi libur. mas Azam juga lagi libur." pinta Silvi. "Yah, cucu nenek yang cakep ini bakalan pisah sama nenek, pasti nenek bakalan kangen sama kamu." ucap Bu Teti gemas sambil memeluk cucunya. "Pergilah, Nak, bu Rohimah kan juga neneknya Zahra, sudah pasti ia juga rindu sama cucunya." kata pak Rahmat mengerti. "Makasi, Ayah." ucap Silvi sambi

  • Istri Bayangan   Syukur Nikmat

    Azam merasakan kebahagiaan yang tak terkatakan saat ia berjumpa dengan putri pertamanya yang baru lahir. Detik-detik tersebut memancarkan kehangatan dan cahaya dalam hati Azam, memberikan perasaan penuh kasih sayang dan kegembiraan yang meluap-luap.Ketika Azam mengadzani putrinya, air mata haru mengalir di pipinya. Setiap tetesan air mata itu merupakan ungkapan perasaan campur aduk dalam hati Azam yang begitu mendalam. Air mata tersebut adalah bukti dari kekuatan emosi yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata.Azam merasa sangat berterima kasih kepada Silvi, ibu dari putrinya, karena telah memberikan kehidupan baru yang tak ternilai harganya. Ia merasakan rasa syukur yang tak terbatas atas hadirnya sang putri, karena kehadirannya memberikan kehidupan baru yang penuh makna bagi Azam."Terimakasih, sayang," ucap Azam seraya mengecup kening istrinya. tangannya menggenggam tangan istrinya yang masih lemas terbaring di rumah sakit. Silvi tersenyum, dia bahagia bisa memberikan kebahag

  • Istri Bayangan   Kehadiran Buah Hati

    Silvi termenung sebelum pergi tidur, kehamilannya sudah memasuki usia hampir 9 bulan, ia merasa bayi dalam perutnya aktif, lama kelamaan merasakan kontraksi yang mengguncang perutnya. Tanda-tanda persalinan sudah jelas terlihat, dan waktunya untuk melahirkan semakin dekat. Namun, suaminya, Azam, sedang berada di luar kota karena pekerjaan yang tidak dapat dihindari.Dalam situasi ini, Silvi tidak merasa sendirian. Ia didampingi oleh ayah dan ibunya yang dengan segera mengambil tindakan. Meskipun hari sudah larut malam dan ada mitos yang mengatakan bahwa seorang ibu hamil tidak boleh keluar di malam hari, mereka memutuskan untuk segera pergi ke bidan terdekat.Keputusan ini dibuat demi keselamatan calon cucu mereka. Mereka menyadari bahwa mitos itu hanya cerita tanpa dasar ilmiah, dan yang terpenting adalah memastikan bahwa Silvi mendapatkan perawatan medis yang dibutuhkannya saat ini. Mereka tidak ingin mengambil risiko dengan menunda perjalanan ke bidan hanya karena kepercayaan tak b

  • Istri Bayangan   Pak Rahmat Sakit

    Part 133Setelah meninggalkan toilet, Silvi dan Azam merasakan kelegaan saat tiba di kamar mereka. Mereka dapat merasakan betapa amannya lingkungan di sekitar mereka ketika aura mistis yang menyeramkan perlahan mulai memudar dan menghilang.Silvi, seorang wanita yang berambut panjang dan mata cerah, merasa dadanya menjadi lebih lega. Dia bisa bernapas dengan tenang, merasa bahwa ancaman yang terasa di toilet tadi telah ditinggalkannya jauh di belakang. Setiap langkah yang diambilnya kini terasa ringan, tanpa rasa takut yang menghantui.Sementara itu, Azam, seorang pria bertubuh tegap dengan senyum lebar, juga merasakan perubahan suasana yang sama di sekitarnya. Dia merasa ketegangan yang sebelumnya meliputi setiap serat ototnya perlahan-lahan mengendur. Pikirannya menjadi lebih jernih, dan ia dapat merasakan kembali kehangatan dan kenyamanan di dalam kamar.Saat mereka duduk di tempat tidur, Silvi dan Azam saling pandang dengan lega. Mereka tahu bahwa mereka telah melalui pengalaman y

DMCA.com Protection Status