Beranda / Pernikahan / Istri Bayangan / Bab 91 - Bab 100

Semua Bab Istri Bayangan: Bab 91 - Bab 100

141 Bab

Om Penunjuk Jalan

part 91 Om Penunjuk JalanMalam ini Bu Teti dan Pak Rahmat berangkat ibadah haji, Silvi bersiap untuk mengantarkan mereka ke Alun-alun kota, bis yang hendak memberangkatkan jemaah haji sudah siap di sana. Orang tua Silvi itu sudah sejak dari tadi meneteskan air mata karena bahagia akan berjumpa dengan sang khalik di tanah yang suci, mereka memegang kopernya masing-masing. "Udah siap, Bu?" Tanya Silvi tersenyum.Bu Teti mengangguk, tangannya memegang koper dan siap berangkat menuju Alun-alun. Dengan spontan Bu Teti memeluk Silvi penuh dengan kesedihan."Jika ibu meninggal di sana, kamu harus do'akan ibu ya!" Ucap ibu Teti sambil memeluk Silvi. "Hus, ibu jangan ngomong gitu, insya Allah niatkan ibadah, apapun yang terjadi Allah pasti membantu ibu, semoga dimudahkan dan tidak ada halangan dan rintangan di sana," jawab Silvi. begitupun dengan Pak Rahmat air matanya terus saja mengalir sejak di rumahnya berdatangan tamu yang hendak menghantarkannya menuju tanah suci. "Ayo kita siap-
Baca selengkapnya

Azam

part 92AzamNamaku Viyo Om, ayo temui ibu guru aku, dia baik sekali kok," ajak Viyo sambil menarik tangan laki-laki itu. Silvi yang sudah menunggu Viho dari tadi di kelas sudah khawatir, takut anaknya kenapa-napa. Saat dia melihat anaknya datang memegang tangan seorang laki-laki bertubuh tinggi dia merasa lega putrinya telah kembali ke lingkungan sekolah, namun dia sangat heran siapa laki-laki yang dipegangnya itu. Saat Vito mendekat bersama laki-laki itu Silvi kaget tiada terkira, jantungnya berdegup kencang matanya membelalak terheran-heran. "Azam?" Tanya Silvi seraya berbisik. "Kenapa Azam bisa memegang tangan Viyo?" Dalam hatinya ia ber yuu?" Tanya kaget."Ka-kamu kok bisa bareng-bareng sama Viyo? Tanya Silvi. "Mama, tadi aku kesasar, ini Om penunjuk jalan yang baik hati, dia menunjukkan jalan kembali ke sekolah," ucap Viyo sambil memeluk ibunya. Seketika Silvi terkesima dengan kkehadiranAzam di sekolah SD tempat Viyo belajar.Dia pamit kepada ibu guru dan segera membawa pu
Baca selengkapnya

Mendekati Viyo

Part 93Mendekati Viyo"Mama, Om penunjuk jalan baik ya," ucap Viyo sebelum tidur. Silvi sedikit terkejut dengan pertanyaan anaknya itu, tak biasanya memuji seseorang. "Iya," jawab Silvi sambil tersenyum. Dalam hati ia bergumam, "Mungkinkah bisa dia menjadi ayahmu, Nak, ah tidak tidak, itu adalah hal yang tidak mungkin, Aku tidak akan menghianati cinta sejatiku.""Mama, kalau Papa baru aku kayak gimana ya wajahnya? apa sama dengan wajah Papa yang sekarang sudah di surga?" Tanya Viyo lagi. "Emangnya Viyo mau Papa baru gitu?" Silvi bertanya balik kepada anaknya. "Mau, mau, tapi harus baik kayak om penunjuk jalan ya, Mama," jawab Viyo tersenyum. "Tereret teteet, tereret teteet," suara ponsel Silvi berbunyi, pertanda ada video call yang masuk. "Nenek?" Ucap Silvi spontan setelah melihat layar ponselnya."Hai Nenek," ucap Viyo gembira. "Assalamualaikum cucu nenek! Apa kabarnya? Tadi sekolah enggak?" Tanya Bu Teti di tanah suci. "Sekolah nenek, tadi itu aku kesasar tapi ada yang nolo
Baca selengkapnya

Diakah?

Part 94 nopDiakah? "Sedang apa ya ayah dan Ibu di tanah suci?" bisik Silvi dalam hati.Ada Rindu yang menyelinap dalam hati Silvi sudah hampir sebulan bu Teti melaksanakan ibadah haji di tanah suci. "Semoga saja mereka dimudahkan dalam segala hal dan bisa pulang dengan selamat dan sehat membawa haji yang mabrur dan mabrurah, amin." ucap Silvi. ia kemudian mengambil sapu dan beres-beres di rumah, selama ini ia tidak pernah menyuruh pembantu meskipun dia sudah menjadi Rektor manajer. Tak terasa waktu pulang sekolah Viyo telah tiba, entah kenapa Silvi ingin berdandan meski hatinya belumlah tahu apa alasan dia menghias diri, entahlah mungkin dia hanya ingin menyenangkan Azam yang sebentar lagi akan ditemuinya bersama putranya. Silvi mengebakan gamis terbaik dan selaras dengan kerudung lebarnya, memakai riasan ala kadarnya agar wajahnya tak terlihat pucat. Terlihat dari kejauhan anak-anak berhamburan keluar dari gerbang sekolah, di antara kerumunan anak-anak itu Silvi melihat putrany
Baca selengkapnya

Tatapan Penuh Cinta

part 95Tatapan Penuh CintaAzam menatap Silvi yang berjalan melewati gerbang sekolahan usai mengantarkan Viyo ke sekolah, Azam sudah tiba terlebih dahulu di sekolah ia memandang Silvi, tatapannya penuh makna dengan senyum mempesona. “Selamat pagi Vi, “ ucap Azam lembut. “Pagi Zam,” jawab Silvi malu. Dag dig dug jantung Silvi setiap berpapasan dengan Azam. Hatinya masih ragu, ia masih bertekad mempertahankan prinsipnya untuk tidak jatuh cinta kepada siapapun dan setia kepada mendiang suaminya. Namun entah kenapa rasa yang aneh menggoyahkan prinsip yang di pegangnya kuat-kuat, menyelinap bagai angin dingin menghembus ke dalam qolbu.“Kuat, Vi, kuaaat.” Sambil memegang dada dan mata yang terpejam serta menarik nafas panjang Silviberbisik lirih pada dirinya sendiri.“Dadah, mama...,” ucap Viyo sambil melambaikan tangan berlalu menuju kelasnya.Silvi membalas dengan melambaikan tangan dan tersenyum lebar pada putra satu-satunya itu. Ema yang sejak tadi bersama dengan Silvi yang juga m
Baca selengkapnya

Keajaiban Dunia

Part 96 Keajaiban Dunia"Kalau begitu ibu permisi dulu ya, nak! Sampaikan salam ibu sama ibu kamu." Ucap bu Rohimah seraya berdiri hendak pamitan. "Mmm, anu bu, ibu saya kebetulan sedang ke tanah suci, kemungkinan 10 hari lagi baru pulang ke Indonesia. Bolehkah saya memberi jawaban setelah kepulangan Ibu ke sini?" Tanya Silvi."Oh, ibu kamu sedang ibadah haji?" Tanya bu Rohimah. "Iya, bu," Jawab Silvi mengangguk. "Baiklah, gak apa-apa sayang, ibu do'akan semoga ibu kamu dilancarkan segala-galanya sehat dan selamat sampai kembali ke Indonesia," Jawab bu Rohimah. "Amiin, terimakasih bu," Balas Silvi. Bu Rohimah melangkahkan kaki pergi dari rumah Silvi dan ibunya. Silvi merasa lega pasalnya selama Bu Rohimah berada di rumah ibunya itu Silvi tidak merasa nyaman karena harus berhadapan dengan ibunya Azam yang belum diketahui karakternya. "Semoga saja Bu Rohimah orangnya baik sebaik Azam. Aku khawatir kalaupun aku memang berjodoh dengan Azam karakternya lebih buruk dari ibunda Yogi,"
Baca selengkapnya

Gundah Gulana

Part 97Gundah Gulana[Sudah 3 hari dari waktu ibuku datang ke rumahmu, kau tidak ada hadir di sekolah, biasanya kau menjemput dan mengantarkan anakmu dan aku selalu melihat wajahmu di gerbang sekolah, tapi sejak itu kalau tidak nampak, apa kau marah?] pesan dari Azam. Azam emang pria yang baik, dia adalah tipe yang selama ini di dambakan oleh Silvi, namun Silvi merasa ragu-ragu dia belum tahu pendapat ibunya tentang Azam. "Aku tidak mau memberi harapan palsu, hatiku masih mencintai Yogi namun jika nanti pendapat ibuku tentang dirinya tidak sama dengan keinginanku, aku harus rela kecewa dan melepaskan kesetiaanku terhadap almarhum Yogi," bisik Silvi saat membaca pesan dari Azam itu. [Jawab dong, Vi, aku butuh kepastian, meski kenyataannya kepastian itu sangatlah pahit dan menyakitkan aku akan terima] pesan dari azam lagi, saat Azam tahu bahwa pesan yang sebelumnya sudah dibaca tetapi tidak dibalas. "Oh, ya Alloh, dia pasti gelisah menunggu jawabanku,” ucap Silvi. “Aku harus jawab
Baca selengkapnya

Salah Faham

Part 98Salah Faham Silvi memandang wajah putranya dalam potret, ia sadari dia adalah bukti bersatunya bahwa dia pernah melupakan Zais dan berpaling pada Yogi, dan kini Azmpun hadir, meski cintanya ini memang di paksakan. "Kuat Silvi kuat!" Ucapnya kepada diri sendiri.Terlintas dalam pikirannya untuk menemui saja Zais untuk sekali saja, menghilangkan rasa penasarannya kepadanya. "Apa aku terima saja ajakannya? Astagfirullah," ucapnya sadar itu akan menjadi dosa baginya, itu akan menjadi penghianatan bagi Azam calon suaminya. Dia menggeleng-gelengkan kepala, hati yang sangat ingin berjumpa bertentangan dengan iman yang aku pegang teguh. Dalam jiwa yang rapuh ini berkecamuk rasa yang tak biasa. Ia teringat sahabatku Ema, terlintas dalam pikirannya untuk meminta pendapat Ema. Ia buka ponselku dan memanggil kontak Ema. Tuuut, tuuuut, terdengar di ujung ponselnya pertanda panggilannya tersambung. "Halo, Assalamu'alaikum," jawab Ema. "Ema, ihik...ihik....," Ucap Silvi sambil menan
Baca selengkapnya

Pingsan

Part 99PingsanPOV SilviAzam meninggalkan kami, sepertinya wajahnya kecewa. Aku merasa tidak enak karena telah berani bertemu dengan laki-laki lain meski niatku baik. Aku mengejar Azam yang berjalan keluar cafe tiba-tiba sebelum sampai di pintu keluar cafe Azam terjatuh dan pingsan. "Astagfirullah haladzim, Zam," teriakku. "Kamu kenapa Zam?" tanyaku. Aku meraihnya, Zais yang melihat kejadian ini langsung lari dan membantuku ku mengangkat Azam yang terjatuh. Seorang penjaga cafe ikut menolong Azam yang terjatuh lemas. Dia menginstruksikan agar Azam dibawa ke ruang karyawan. Kami tidak berpikir panjang dengan segera kami bawa Azam ke ruangan karyawan dan membaringkan tubuhnya di matras yang telah tersedia. Aku memegang tangan Azam, ku rasakan tangannya begitu panas, Aku kaget dengan spontan aku meraba keningnya dan ternyata memang Azam sedang demam. “Kenapa dia datang kemari? Bukannya ke dokter,” tanyaku setengah berbisik. Aku pun heran kenapa Azam tiba-tiba ada di cafe, mungkin
Baca selengkapnya

Rumah Azam

Part 100Rumah Azam"Apa yang kamu lakukan Vi?" Tanya Azam lemas. Aku menangis sambil memegang tangan Azam yang sedang terbaring ini. "Maafkan aku, Zam!" Ujarku. "Dia adalah teman kuliah-ku, dia juga seorang laki-laki yang mencintaiku, aku menemuinya ber maksud untuk memberi tahu bahwa aku sudah punya calon suami, memintanya untuk tidak mengganggu kehidupanku lagi," paparku panjang. "Sekarang di mana dia?" tanya Azam. "Dia merasa tak enak, dia langsung pulang begitu dia selesai mengantarkan mu ke sini Zam," jawabku. "Kenapa kamu izinkan dia pulang? Aku ingin berjumpa dengannya," kata Azam. "Untuk apa, Zam? Maafkan Aku, aku yang salah aku tidak minta izin dulu kepadamu, itu semua karena aku takut kamu marah," tuturku. "Apa yang kamu pikirkan, Vi? Untuk apa aku marah pada mu? Aku sudah percaya sepenuhnya kepada mu, aku hanya ingin meminta penjelasan saja dari mu, tapi badanku keburu lemas," jawab Azam. "Makasi, Zam," ucapku seraya menempelkan tangannya di pipi. "Cepat sembuh
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
15
DMCA.com Protection Status