Part 100Rumah Azam"Apa yang kamu lakukan Vi?" Tanya Azam lemas. Aku menangis sambil memegang tangan Azam yang sedang terbaring ini. "Maafkan aku, Zam!" Ujarku. "Dia adalah teman kuliah-ku, dia juga seorang laki-laki yang mencintaiku, aku menemuinya ber maksud untuk memberi tahu bahwa aku sudah punya calon suami, memintanya untuk tidak mengganggu kehidupanku lagi," paparku panjang. "Sekarang di mana dia?" tanya Azam. "Dia merasa tak enak, dia langsung pulang begitu dia selesai mengantarkan mu ke sini Zam," jawabku. "Kenapa kamu izinkan dia pulang? Aku ingin berjumpa dengannya," kata Azam. "Untuk apa, Zam? Maafkan Aku, aku yang salah aku tidak minta izin dulu kepadamu, itu semua karena aku takut kamu marah," tuturku. "Apa yang kamu pikirkan, Vi? Untuk apa aku marah pada mu? Aku sudah percaya sepenuhnya kepada mu, aku hanya ingin meminta penjelasan saja dari mu, tapi badanku keburu lemas," jawab Azam. "Makasi, Zam," ucapku seraya menempelkan tangannya di pipi. "Cepat sembuh
Part 101Ustad FaisalPov AuthorSaat Silvi masuk ke kamar Azam Silvi sudah mengira bahwa kamarnya pasti senyaman hotel-hotel bintang 5, karena ruangan sebelumnya saja kemewahannya sudah tak bisa di gambarkan dengan kata-kata. Dan benar saja kamar Azam benar-benar rapi dan wangi, ranjang lebar berlapiskan bad cover putih dilengkapi dengan dua bantal yang menggembung dan satu guling menyelonjor di atas kasur itu, pun lampu malam juga terpajang di sebelah kiri ranjang mewah itu. “Wah, ini bukan kamar, ini hotel.” kata Silvi dalam hati. Azam kemudian berjalan duduk di atas ranjang empuk itu kemudian berbaring.“Kepalaku masih pusing, Vi. Apa benar kau...,” ucap Azam terputus. Silvi membetulkan posisi bantalnya, “Jangan memikirkan apa-apa dulu! istirahatlah saja, kau belum pulih betul.” Seru Silvi. Azam tersenyum, ia berbaring dengan nyaman di ranjang itu. Cemilan dan minuman tersedia di meja kecil dekat ranjang itu. “Maaf, aku gak bisa lama-lama, aku harus pulang, Viyo menungguku.
Part 102Istri Soleha“Apa yang hendak di tanyakan? saya jadi penasaran,” Tanya ustad Faisal tersenyum.“Begini, sebenarnya kalau ada seorang istri yang sangat mencintai laki-laki lain selain tunangannya atau suaminya, apakah itu dosa tidak pak ustad?” Tanya Azam.Ustad Faisal tersenyum keheranan menatap wajah Azam.“Tapi istri tersebut sangat taat kepada suaminya, hanya saja dia tidak bisa melupakan cinta pertamanya,” Lanjut Azam. "Wah, Azam sudah mulai mikirin istri nih, jangan-jangan kamu mau nikah ya?" Goda Ustad Faisal. "Tidak ustad, Aku hanya ingin tahu aja kira-kira kalau kasusnya gitu gimana tuh?" Tanya Azam sambil tersenyum. "Jadi gini ya Azam sebelum kita memperistri seorang wanita kita harus tahu dulu nih seluk beluk wanita itu, jangan sembarangan milih istri," ujar Ustad Faisal dengan kedua tangannya bergaya sedang ceramah.“Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya, ‘Wanita dinikahi karena empat hal yakni karena hartanya, nasabnya, kecantikannya, dan karena agamanya. Ma
Mimpi Jadi KenyataanMatanya sangat mengantuk, Azam meneruskan tidurnya berbantal yang empuk, Azam belum menyadari mala mini Putri yang dulu pernah menjadi wanita yang sangat ia cintai datang dalam mimpinya. Ia kembali terlelap dalam tidurnya.Pagi ini Azam bangun agak terlambat, adzan subuh yang berkumandang tidak terdengar di telinganya. Sehingga itu membuat dia salat di rumah, terbayang dalam mimpinya wajah kedua wanita yang sempat menghiasi hidupnya. Silvi dan Putri.Dalam akhir salat nya dia berdo’a untuk kedua wanita tersebut, Putri dan Silvi. "Ya Rabb, sehatkanlah mereka berdua, jika mereka dalam kesulitan permudahkanlah segala urusannya. Amin." Ucap Azam dalam doanya pagi ini. Setelah itu dia langsung membersihkan dirinya dan bersiap untuk berangkat ke sekolah seperti biasanya. Sebelum berangkat ia sempatkan menengok meja makan yang biasa dia sarapan bersama ibunya. "Mah, kartu undangan dari siapa ini?" Tanya Azam heran.Ibunya yang masih di dapur itu menjawab pertanyaan A
Azam kembali di ruang guru usai berjalan-jalan mengelilingi kelas, bel berbunyi masih 15 menit lagi, setiap ada yang datang ke ruang guru bergantian maka senyumnya ia lontarkan sebagai tanda sapa, senyum di bibir manisnya berhiaskan anggukan sopan berkharisma membuat para guru-guru yang baru datang itu ikut menggoreskan senyum di bibir mereka. Setelah senyum Azam terbalaskan dan guru yang datang duduk di posisi masing-masing, Azam melihat ada satu buah bangku yang masih kosong, "Apa ini mejanya ibu Sofi?" Tanya Azzam kepada guru yang jadwalnya agak siang dan masih berada di ruangan itu. "Oh, betul pak, itu bedanya bu Sofi hari ini dia sakit dan tidak bisa masuk kelas saya yang akan menggantikannya setelah pelajaran PAI selesai pak," jawab Bu Irma. "Oh , Bu Sofi sakit, bagus bu Irma, saya merasa lega karena guru-guru saling membantu dan saling mengandalkan semoga kerjasama kita tetap terjalin ya!" Ucap Azam tersenyum. Bu Irma pun mengangguk dan membalas senyum dari Kepala Sekolah
Part 105 Curhat Sementara itu sudah beberapa hari ini Silvi tidak menampakkan dirinya di sekolah, bukannya ia tidak mau bertemu dengan Azam tetapi hati nuraninya merasa bahwa dia harus jaga jarak dengan Azam, karena laki-laki itu belum halal baginya. Biasanya dia menjemput Viyo menunggu di gerbang sekolah tetapi kali ini Silvi menunggu di warung yang agak jauh dari gerbang sekolah namun warung itu pasti dilalui oleh semua, terlihat Ema pun sama-sama menjemput anaknya karena belum pada pulang maka Ema pun duduk di samping Silvi. "Gimana kabar kamu sama Azam? tanya Ema.“Insya Allah nanti kalau ibu pulang dari tanah suci semuanya akan lebih jelas, untuk saat ini entah kenapa aku terus mengingat Yogi. Menurut kamu apa dia mengizinkanku untuk memiliki pasangan lagi, atau mungkin dia marah karena aku berpaling dari cintanya?” tanya Silvi ragu-ragu. Silvi yang biasanya mantap hatinya dan teguh pendiriannya kali ini merasa goyah. Obrolan kedua sahabat itu masih berlangsung, mereka menikm
Part 106Teringat Yogi Silvi termenung, terbayang wajah Yogi saat masih bersamanya dulu. "Mas, besok kamu libur nggak?" Tanya Silvi. Entah kenapa malam intu dia ingin pergi berlibur bersama suami dan anaknya. "Nggak, emang kenapa gitu?" Tanya Yogi. "Hmmm, kita piknik yuk, Mas! Kita kan udah lama nggak berpergian bareng keluarga," ajak Silvi sambil memelas. "Besok tuh sebenarnya aku ada rapat sih, tapi nggak apa-apa juga kalau aku izin dulu besok demi Viyo," Ujar Yogi. "Asyiiiik, Yess, makasi, Mas," ucap Silvi girang. "Tos dulu dong!" Silvi mengangkat kedua tangannya menghadap ke Viyo putranya. Secara spontan Viyo pun membalas tangan Silvi yang siap untuk Tos itu. Yogi tersenyum melihat kedua insan di depannya itu sangat bahagia. Dua orang yang sangat ia sayangi dalam hidupnya itu adalah istrinya, Silvi, dan putranya, Viyo.Yogi meraih ponselnya, dia menekan satu nomor, kemudian dia bicara di telepon dengan nada santai. "Halo Pak, sepertinya saya tidak bisa hadir di acara r
part 107Kepulangan Ayah Ibu"Vi, Bapak dan Ibu sudah sampai ke Indonesia." Ucap Bu Teti dalam panggilan telepon. Silvi dengan Sigap menjawabnya, "Alhamdulillah, Bapak Ibu sudah selamat sampai Indonesia. kira-kira sampai ke sini jam berapa ya bu?" tanya Silvi. "Perjalanan 5 jam, apa di sana sudah siap? kamu sudah melaksanakan apa yang ibu amanatkan, kan?" tanya bu Teti. "Sudah Bu, Jangan khawatir! Semoga selamat sampai pulang mari," uacap Silvi. "Amin," jawab bu Teti. Silvi dengan segera mengakhiri panggilan itu. Selama bu Teti dan Pak Rahmat pergi ke tanah suci, mereka memberikan kepercayaan kepada Silvi untuk mengurus rumah dan menghandle segala aktivitas yang biasanya dilakukan oleh Pak Rahmat dan bu Teti. termasuk mempersiapkan oleh-oleh tanah suci untuk di bagikan kepada para warga di sekitar rumahnya. Hal itu dilaksanakan Silvi dengan baik, sehari sebelum kepulangan orang tuanya itu, Silvi sudah selesai packing semua oleh-oleh dan siap dibagikan begitu ayah dan ibunya tiba
Bu Teti adalah seorang ibu yang penuh perhatian dan penyayang. Dia selalu hadir untuk mendukung putrinya, Silvi, dalam setiap langkah kehidupannya. Bu Teti memiliki peran penting dalam keluarga dan merupakan sumber kekuatan bagi Silvi."Suatu hari, ketika ayah?mu sedang menjalankan ibadah haji di tanah suci, dia berdo'a dengan tulus. ayahmu sangat mengharapkan yang terbaik untukmu, Nak. Salah satu harapan terbesar yang dia sampaikan dalam do'a itu adalah agar kau mendapatkan pasangan hidup yang setia dan jujur." tutur bu Teti. "Ayahmu merasa sangat sedih ketika mengetahui bahwa suamimu, Yogi, telah mengkhianatimu. Ia ingin kau menemukan seseorang yang benar-benar mencintai dan setia kepadamu. Dia berharap agar kau dapat hidup bahagia dan mendapatkan kebahagiaan sejati dalam pernikahan." lanjut bu Teti. "Ibu sangat memahami perasaan ayahmu dan merasa berempati terhadap perjuangannya di tanah suci. Dia berusaha untuk menjadi pendukung utama bagimu, Nak. Ia ingin memastikan bahwa putri
Silvi kini dipenuhi dengan kesedihan, menghadapi situasi duka yang sangat menyedihkan saat upacara pemakaman ayahnya berlangsung. Dalam suasana yang hening dan penuh duka, Silvi mencoba menahan air mata yang mengalir deras di pipinya. Rasa kehilangan yang mendalam dan kekosongan yang dirasakannya begitu menghantamnya, membuat hatinya hancur dan terasa sangat berat."Pak..., " jerit bu Teti. ia jatuh tak sadarkan diri. "Bu, bu," warga membantu tubuh bu Teti yang terjatuh lemas ke tanah. Bu Teti, juga berada dalam keadaan yang sangat rapuh. Saat jasad suaminya disemayamkan dalam liang lahat terakhir, ia tidak mampu menahan emosi yang membanjiri dirinya. Beban kesedihan yang begitu besar membuatnya pingsan tak lama setelah upacara dimulai. Keadaan ini semakin memperdalam kepedihan Silvi dan menggambarkan betapa besar kehilangan yang dirasakan oleh keluarga mereka.Saat jasad pak Rahmat dimasukkan ke dalam liang lahat, suasana menjadi semakin hening. Suara tangis pecah dari antara kerab
Silvi, seorang ibu yang penuh kasih, kini mengalami perubahan drastis dalam sikap dan kehati-hatiannya sejak kasus penculikan terhadap putrinya, Zahra, beberapa hari yang lalu. Kejadian tragis ini telah mengguncang kehidupan Silvi secara mendalam membangkitkan rasa takut dan kekhawatiran yang mendalam dalam dirinya.Sebelum kasus penculikan terjadi, Silvi mungkin memiliki kehidupan yang relatif normal seperti ibu-ibu lainnya. Namun, setelah insiden tersebut, semua perhatiannya sepenuhnya tertuju pada Zahra. Ia tidak pernah melepaskan pandangannya dari putrinya yang berusia 7 bulan tersebut, khawatir bahwa bahaya mungkin mengancamnya kapan saja."Wanita itu berbahaya, aku tidak akan membiarkan dia menyakiti anak-anaku.Silvi tidak lagi merasa aman dalam lingkungan sekitarnya. Setiap gerakan, suara, atau kehadiran orang asing menjadi fokus perhatiannya. Ia berusaha melindungi Zahra dan Viyo dengan segala cara yang ia bisa, memastikan keamanan putra putrinya menjadi prioritas utama dalam
Silvi kini penuh kekhawatiran dan kecemasan, ia merasa curiga pada Zena, seorang teman lama yang diyakininya telah menculik putrinya, Zahra. Curiga tersebut timbul karena ada beberapa kejadian yang mencurigakan dan petunjuk yang mengarah pada Zena. Meskipun saat kejadian tidak memiliki bukti yang konkrit, Silvi merasa yakin bahwa Zena adalah dalang di balik hilangnya Zahra.Kelegaan dan syukur memenuhi hati Silvi saat mengetahui bahwa Zahra, yang pada saat itu berusia 7 bulan, berhasil diselamatkan dan tidak terluka. Namun, rasa marah dan kebingungan tak terhindarkan saat mengetahui alasan di balik perbuatan Zena."Kenapa, ya, Zena tega melakukan ini pada putriku?" tanya Silvi termenung. sore itu Azam sudah pulang dan baru selesai mandi. "Maafkan aku, Vi," ucap Azam. "Maaf untuk apa, Mas?" tanya Silvi heran. Azam, suami Silvi, mengungkapkan kepada Silvi bahwa Zena melakukan perbuatan tersebut karena dendam yang tak terungkap. Azam menceritakan bahwa Zena sebenarnya telah mencintai
Zena adalah seorang wanita yang memiliki dendam pada Azam karena telah menolak cintanya dulu sebelum menikahi Silvi ia berniat buruk dan melakukan penculikan terhadap Zahra, seorang bayi berusia 7 bulan. "Awas kalian, aku pasti akan menghancurkan rumah tangga kalian! Aku tidak akan membiarkan kalian hidup bahagia! " bisik Zena yang sedang memata-matai keluarga Azam. Kejadian itu terjadi di taman yang terletak dekat komplek perumahan, saat itu Silvi sedang pergi ke toilet. Pada saat itu, Zahra seharusnya dijaga oleh ayahnya, Azam, Namun, dalam kejadian yang tidak terduga, Azam malah berlari mendekati Viyo yang sedang bermain bola. Keadaan ini memberikan kesempatan kepada Zena untuk menculik Zahra tanpa diketahui. Dengan niat buruk yang dimilikinya, Zena mengambil kesempatan ini untuk melaksanakan rencananya.Zena melarikan diri dari taman dengan Zahra dalam pelukannya, menjauh dari area perumahan. Tujuan Zena dalam menculik Zahra adalah agar Azam dan Silvi bersedih, dapat disimpulk
Beberapa bulan kemudian saat usia Zahra sudah menginjak 7 bulan semua curahan kasih sayang tertumpah kan pada cucu ke dua Bu Teti ini, kakeknya Pak Rahmat sangat menyayangi cucunya terutama Zahra yang saat ini sedang lucu-lucunya. "Cucu abah cantik banget," ucap Pak Rahmat, "Siapa dulu dong, neneknya," balas bu Teti centil. "Ciluuuk..., baaa...," pak Rahmat sedang asyik bermain dengan Zahra. tiba-tiba Silvi datang menghampiri Pak Rahmat dan bu Teti. "Bu, aku pamit ya," ucap Silvi. "Lho... emang kamu mau kemana, Nak?" tanya bu Teti kaget. "Ini, mama Rohimah pengen ketemu Zahra, aku nggak lama kok, paling cuman 3 hari. mumpung sekolah Viyo lagi libur. mas Azam juga lagi libur." pinta Silvi. "Yah, cucu nenek yang cakep ini bakalan pisah sama nenek, pasti nenek bakalan kangen sama kamu." ucap Bu Teti gemas sambil memeluk cucunya. "Pergilah, Nak, bu Rohimah kan juga neneknya Zahra, sudah pasti ia juga rindu sama cucunya." kata pak Rahmat mengerti. "Makasi, Ayah." ucap Silvi sambi
Azam merasakan kebahagiaan yang tak terkatakan saat ia berjumpa dengan putri pertamanya yang baru lahir. Detik-detik tersebut memancarkan kehangatan dan cahaya dalam hati Azam, memberikan perasaan penuh kasih sayang dan kegembiraan yang meluap-luap.Ketika Azam mengadzani putrinya, air mata haru mengalir di pipinya. Setiap tetesan air mata itu merupakan ungkapan perasaan campur aduk dalam hati Azam yang begitu mendalam. Air mata tersebut adalah bukti dari kekuatan emosi yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata.Azam merasa sangat berterima kasih kepada Silvi, ibu dari putrinya, karena telah memberikan kehidupan baru yang tak ternilai harganya. Ia merasakan rasa syukur yang tak terbatas atas hadirnya sang putri, karena kehadirannya memberikan kehidupan baru yang penuh makna bagi Azam."Terimakasih, sayang," ucap Azam seraya mengecup kening istrinya. tangannya menggenggam tangan istrinya yang masih lemas terbaring di rumah sakit. Silvi tersenyum, dia bahagia bisa memberikan kebahag
Silvi termenung sebelum pergi tidur, kehamilannya sudah memasuki usia hampir 9 bulan, ia merasa bayi dalam perutnya aktif, lama kelamaan merasakan kontraksi yang mengguncang perutnya. Tanda-tanda persalinan sudah jelas terlihat, dan waktunya untuk melahirkan semakin dekat. Namun, suaminya, Azam, sedang berada di luar kota karena pekerjaan yang tidak dapat dihindari.Dalam situasi ini, Silvi tidak merasa sendirian. Ia didampingi oleh ayah dan ibunya yang dengan segera mengambil tindakan. Meskipun hari sudah larut malam dan ada mitos yang mengatakan bahwa seorang ibu hamil tidak boleh keluar di malam hari, mereka memutuskan untuk segera pergi ke bidan terdekat.Keputusan ini dibuat demi keselamatan calon cucu mereka. Mereka menyadari bahwa mitos itu hanya cerita tanpa dasar ilmiah, dan yang terpenting adalah memastikan bahwa Silvi mendapatkan perawatan medis yang dibutuhkannya saat ini. Mereka tidak ingin mengambil risiko dengan menunda perjalanan ke bidan hanya karena kepercayaan tak b
Part 133Setelah meninggalkan toilet, Silvi dan Azam merasakan kelegaan saat tiba di kamar mereka. Mereka dapat merasakan betapa amannya lingkungan di sekitar mereka ketika aura mistis yang menyeramkan perlahan mulai memudar dan menghilang.Silvi, seorang wanita yang berambut panjang dan mata cerah, merasa dadanya menjadi lebih lega. Dia bisa bernapas dengan tenang, merasa bahwa ancaman yang terasa di toilet tadi telah ditinggalkannya jauh di belakang. Setiap langkah yang diambilnya kini terasa ringan, tanpa rasa takut yang menghantui.Sementara itu, Azam, seorang pria bertubuh tegap dengan senyum lebar, juga merasakan perubahan suasana yang sama di sekitarnya. Dia merasa ketegangan yang sebelumnya meliputi setiap serat ototnya perlahan-lahan mengendur. Pikirannya menjadi lebih jernih, dan ia dapat merasakan kembali kehangatan dan kenyamanan di dalam kamar.Saat mereka duduk di tempat tidur, Silvi dan Azam saling pandang dengan lega. Mereka tahu bahwa mereka telah melalui pengalaman y