part 107Kepulangan Ayah Ibu"Vi, Bapak dan Ibu sudah sampai ke Indonesia." Ucap Bu Teti dalam panggilan telepon. Silvi dengan Sigap menjawabnya, "Alhamdulillah, Bapak Ibu sudah selamat sampai Indonesia. kira-kira sampai ke sini jam berapa ya bu?" tanya Silvi. "Perjalanan 5 jam, apa di sana sudah siap? kamu sudah melaksanakan apa yang ibu amanatkan, kan?" tanya bu Teti. "Sudah Bu, Jangan khawatir! Semoga selamat sampai pulang mari," uacap Silvi. "Amin," jawab bu Teti. Silvi dengan segera mengakhiri panggilan itu. Selama bu Teti dan Pak Rahmat pergi ke tanah suci, mereka memberikan kepercayaan kepada Silvi untuk mengurus rumah dan menghandle segala aktivitas yang biasanya dilakukan oleh Pak Rahmat dan bu Teti. termasuk mempersiapkan oleh-oleh tanah suci untuk di bagikan kepada para warga di sekitar rumahnya. Hal itu dilaksanakan Silvi dengan baik, sehari sebelum kepulangan orang tuanya itu, Silvi sudah selesai packing semua oleh-oleh dan siap dibagikan begitu ayah dan ibunya tiba
Part 108Penyambutan "Bapak," seru Silvi Seraya memeluk ayahnya. Rasa rindunya kini sudah terobati air mata yang sejak tadi mengalir terus saja membasahi pipi hingga pelukannya berbaur dengan do'a sang ayah untuk putrinya. "Ya Allah di makam yang mulia ini, di waktu yang mulia ini, aku mohon kepadamu, ya Allah, berikanlah kebahagiaan kepada putriku, berikanlah dia jodoh yang akan membawanya ke SurgaMu ya Allah, janganlah kau cabut nyawaku sebelum aku melihat putriku bahagia, mudahkanlah rezekinya Mudahkanlah segala urusannya jadikanlah dia kamu engkau setelah aku ya Allah yang bisa menunaikan ibadah haji memenuhi panggilan ke tanah suci, amiiin ya allah ya robbal alamin," Ucap pak Rahmat dengan berlinang air mata. "Amiin, Amin Amin ya Allah amin ya Allah ya Rabbal Alamin," jawab Silvi pun dengan deraian Air Mata menderas Di pipi. bu Teti yang melihat mereka itu segera menghampiri dan ikut memeluk Silvi yang sejak tadi menggandeng tangan Viyo. "Cucu nenek yang ganteng udah gede, ne
Part 109Pengajian pertama "Terimakasih Nak, semoga kau jadi istri soleha ahli syurga," Ucap Rahmat seraya mencium kening Silvi.Malam itu adalah malam terindah bagi Silvi karena untuk pertama kalinya dia merasa menjadi anak yang berbakti kepada orang tuanya, walaupun selama ini dia tidak pernah melanggar perintah ayah dan ibunya namun Ibu Teti membebaskan dirinya untuk memilih cintanya sendiri, namun pilihannya membuat dia merasa bersalah karena rumah tangga yang pertamanya gagal di tengah jalan. Silvi tidak mau mengulang kesalahannya kembali, kali ini dia benar-benar menerima sosok laki-laki yang menjadi pilihan orang tuanya, dia ikhlas dia berjanji akan menjadi istri yang baik untuk suami barunya nanti.Keesokan harinya kebetulan di masjid depan rumah Bu Teti adalah jadwal pengajian ibu-ibu mingguan, rasanya bu Teti merasa sudah sangat rindu dengan suasana pengajian bersama teman-teman ibu-ibu Sekampung. Lantunan ayat suci Alquran dibacakan bersama-sama begitupun dengan lan
Part 110Perjalanan IbadahBu Teti pulang dari masjid, ia melihat putrinya sedang duduk berdua di ruang keluarga. Silvi asik menonton TV dengan putranya sedangkan Pak Rahmat terlihat sedang melamun, dia membayangkan pengalaman perjalanan ibadah haji yang baru-baru ini ia lalui. saat itu Pak Rahmat melangkah dengan hati yang penuh harap. Dia telah menabung selama bertahun-tahun untuk mewujudkan impian seumur hidupnya, yaitu mengunjungi Masjidil Haram di Makkah. Hari itu adalah hari yang ditunggu-tunggu, di mana dia akan menginjakkan kaki di tempat suci tersebut. Ibu Teti, istrinya, juga bergabung dengannya dalam perjalanan ini."Akhirnya kita sampai di sini, bu," Ucap Pak Rahmat antusias saat melihat Ka'bah di depan mata, "Rasanya luar biasa!" lanjut Pak Rahmat. Ibu Teti tersenyum bahagia. "Betul sekali, Pak, Inilah saat yang kita nantikan. Marilah kita memanjatkan do'a untuk keberkahan perjalanan ini." jawab Bu Teti sambil mengangkat kedua tengannya menengadah ke langit. Keduanya b
Part 111Pertunangan Silvi Silvi dan Azam telah resmi bertunangan setelah melalui beberapa bulan hubungan yang serius. Namun, di balik kebahagiaan mereka, Silvi merasakan kegelisahan yang terus menghantuinya. Yogi, bekas suaminya, selalu muncul dalam mimpi-mimpinya, menyebabkan keraguan dan kecemasan yang mendalam.Hari itu, Silvi duduk di ruang keluarga dengan raut wajah yang tegang. Dia menatap ke luar jendela, memandang pohon-pohon yang bergerak lemah oleh angin senja. Azam yang duduk di sampingnya merasa sesuatu tidak beres. "Ada apa, Silvi? Kau terlihat khawatir," tanya Azam dengan penuh perhatian.Silvi menarik napas dalam-dalam sebelum membalas, "Azam, aku harus jujur. Yogi selalu muncul dalam mimpiku dan membuatku ragu-ragu. Aku takut bahwa masalah lama ini akan menghancurkan hubungan kita." ucap Silvi. Azam memandang Silvi dengan tatapan penuh pengertian. "Silvi, aku mengerti bahwa masa lalu bisa meninggalkan luka yang dalam. Tapi kita harus berjuang bersama melawan ketak
Part 112KeraguanSebulan menjelang pernikahan, Silvi merasa cemas dan terpengaruh oleh omongan tetangga sekitar. Mereka mengejek hubungan Silvi dan tunangannya, Azam, karena Silvi adalah seorang janda beranak satu, sedangkan Azam seorang bujangan yang sukses. Meskipun sebenarnya mereka sudah mulai saling mencintai dan memiliki hubungan yang baik, kata-kata orang lain berhasil meruntuhkan kepercayaan diri Silvi. Hati Silvi menjadi labil dan terguncang oleh ketidakpastian tentang pernikahan mereka.Dengan ekspresi cemas Silvi berusaha berbicara pada Azam. "Azam, aku merasa terganggu dengan omongan tetangga tentang hubungan kita. Mereka mengolok-olokku karena aku seorang janda dengan satu anak, sedangkan kamu seorang bujangan yang sukses. Aku takut apa yang mereka katakan akan membuatmu ragu padaku," ucap Silvi cemas. Azammenatap Silvi dengan penuh kasih sayang, "Vi, jangan biarkan kata-kata mereka menghancurkan kita. Kita tahu betapa kuatnya cinta yang kita miliki. Apa yang orang la
Part 113 Persiapan Pernikahan Silvi dan Azam duduk bersama di ruang tamu mereka, di tengah-tengah persiapan untuk pesta pernikahan mereka yang akan datang. Mereka sibuk mencetak undangan, memilih foto prawedding, dan mengatur semua detail acara dengan hati-hati. Meskipun Silvi masih teringat dengan sindiran para tetangganya, dia memilih untuk tetap tegar dan tidak membiarkan celaan tersebut mengganggu semangatnya.Silvi mengambil nafas dalam-dalam, Iya menatap calon suaminya itu dengan penuh kasih sayang. "Azam, aku tahu beberapa tetangga kita tidak mendukung keputusan kita untuk menikah. Tetapi kita tidak boleh membiarkan komentar mereka merusak momen penting ini," ucap Silvi sedih. "Kamu benar, Vi. Mereka mungkin tidak memahami perasaan kita, tetapi itu bukan alasan bagi kita untuk kehilangan semangat. Kita hanya perlu fokus pada cinta dan kebahagiaan kita." jawab Azam tersenyum. "Ya, kamu benar. Cinta kita adalah yang terpenting. Mari kita buktikan pada mereka bahwa kita bisa m
Di ruang tamu yang tenang, Bu Rohimah dan Bu Teti duduk di sofa berseberangan satu sama lain. Wajah mereka terlihat serius, menunjukkan pentingnya pembicaraan yang akan mereka lakukan. Dengan tangan yang saling bertautan di atas pangkuan mereka, mereka mulai membahas rencana pernikahan anak-anak mereka.Bu Rohimah, seorang wanita paruh baya dengan rambut panjang berwarna hitam, tampak bijaksana dalam penampilannya. Dia mengenakan pakaian yang sopan, memberikan kesan kemewahan dan keseriusan. Ekspresinya penuh pertimbangan, menunjukkan bahwa dia memikirkan segala aspek yang terkait dengan rencana pernikahan ini.Sementara itu, Bu Teti, seorang wanita berusia sedikit lebih muda, memiliki ciri-ciri yang berbeda. Dia berkerudung panjang dan lebih tertutup, namun pakaian yang dia kenakan memberikan kesan yang lebih santai namun tetap sopan. Matanya terfokus pada Bu Rohimah, menunjukkan antusiasme dan keterlibatannya dalam pembicaraan ini. "Bu Teti, saya sangat senang bisa duduk bersama An
Bu Teti adalah seorang ibu yang penuh perhatian dan penyayang. Dia selalu hadir untuk mendukung putrinya, Silvi, dalam setiap langkah kehidupannya. Bu Teti memiliki peran penting dalam keluarga dan merupakan sumber kekuatan bagi Silvi."Suatu hari, ketika ayah?mu sedang menjalankan ibadah haji di tanah suci, dia berdo'a dengan tulus. ayahmu sangat mengharapkan yang terbaik untukmu, Nak. Salah satu harapan terbesar yang dia sampaikan dalam do'a itu adalah agar kau mendapatkan pasangan hidup yang setia dan jujur." tutur bu Teti. "Ayahmu merasa sangat sedih ketika mengetahui bahwa suamimu, Yogi, telah mengkhianatimu. Ia ingin kau menemukan seseorang yang benar-benar mencintai dan setia kepadamu. Dia berharap agar kau dapat hidup bahagia dan mendapatkan kebahagiaan sejati dalam pernikahan." lanjut bu Teti. "Ibu sangat memahami perasaan ayahmu dan merasa berempati terhadap perjuangannya di tanah suci. Dia berusaha untuk menjadi pendukung utama bagimu, Nak. Ia ingin memastikan bahwa putri
Silvi kini dipenuhi dengan kesedihan, menghadapi situasi duka yang sangat menyedihkan saat upacara pemakaman ayahnya berlangsung. Dalam suasana yang hening dan penuh duka, Silvi mencoba menahan air mata yang mengalir deras di pipinya. Rasa kehilangan yang mendalam dan kekosongan yang dirasakannya begitu menghantamnya, membuat hatinya hancur dan terasa sangat berat."Pak..., " jerit bu Teti. ia jatuh tak sadarkan diri. "Bu, bu," warga membantu tubuh bu Teti yang terjatuh lemas ke tanah. Bu Teti, juga berada dalam keadaan yang sangat rapuh. Saat jasad suaminya disemayamkan dalam liang lahat terakhir, ia tidak mampu menahan emosi yang membanjiri dirinya. Beban kesedihan yang begitu besar membuatnya pingsan tak lama setelah upacara dimulai. Keadaan ini semakin memperdalam kepedihan Silvi dan menggambarkan betapa besar kehilangan yang dirasakan oleh keluarga mereka.Saat jasad pak Rahmat dimasukkan ke dalam liang lahat, suasana menjadi semakin hening. Suara tangis pecah dari antara kerab
Silvi, seorang ibu yang penuh kasih, kini mengalami perubahan drastis dalam sikap dan kehati-hatiannya sejak kasus penculikan terhadap putrinya, Zahra, beberapa hari yang lalu. Kejadian tragis ini telah mengguncang kehidupan Silvi secara mendalam membangkitkan rasa takut dan kekhawatiran yang mendalam dalam dirinya.Sebelum kasus penculikan terjadi, Silvi mungkin memiliki kehidupan yang relatif normal seperti ibu-ibu lainnya. Namun, setelah insiden tersebut, semua perhatiannya sepenuhnya tertuju pada Zahra. Ia tidak pernah melepaskan pandangannya dari putrinya yang berusia 7 bulan tersebut, khawatir bahwa bahaya mungkin mengancamnya kapan saja."Wanita itu berbahaya, aku tidak akan membiarkan dia menyakiti anak-anaku.Silvi tidak lagi merasa aman dalam lingkungan sekitarnya. Setiap gerakan, suara, atau kehadiran orang asing menjadi fokus perhatiannya. Ia berusaha melindungi Zahra dan Viyo dengan segala cara yang ia bisa, memastikan keamanan putra putrinya menjadi prioritas utama dalam
Silvi kini penuh kekhawatiran dan kecemasan, ia merasa curiga pada Zena, seorang teman lama yang diyakininya telah menculik putrinya, Zahra. Curiga tersebut timbul karena ada beberapa kejadian yang mencurigakan dan petunjuk yang mengarah pada Zena. Meskipun saat kejadian tidak memiliki bukti yang konkrit, Silvi merasa yakin bahwa Zena adalah dalang di balik hilangnya Zahra.Kelegaan dan syukur memenuhi hati Silvi saat mengetahui bahwa Zahra, yang pada saat itu berusia 7 bulan, berhasil diselamatkan dan tidak terluka. Namun, rasa marah dan kebingungan tak terhindarkan saat mengetahui alasan di balik perbuatan Zena."Kenapa, ya, Zena tega melakukan ini pada putriku?" tanya Silvi termenung. sore itu Azam sudah pulang dan baru selesai mandi. "Maafkan aku, Vi," ucap Azam. "Maaf untuk apa, Mas?" tanya Silvi heran. Azam, suami Silvi, mengungkapkan kepada Silvi bahwa Zena melakukan perbuatan tersebut karena dendam yang tak terungkap. Azam menceritakan bahwa Zena sebenarnya telah mencintai
Zena adalah seorang wanita yang memiliki dendam pada Azam karena telah menolak cintanya dulu sebelum menikahi Silvi ia berniat buruk dan melakukan penculikan terhadap Zahra, seorang bayi berusia 7 bulan. "Awas kalian, aku pasti akan menghancurkan rumah tangga kalian! Aku tidak akan membiarkan kalian hidup bahagia! " bisik Zena yang sedang memata-matai keluarga Azam. Kejadian itu terjadi di taman yang terletak dekat komplek perumahan, saat itu Silvi sedang pergi ke toilet. Pada saat itu, Zahra seharusnya dijaga oleh ayahnya, Azam, Namun, dalam kejadian yang tidak terduga, Azam malah berlari mendekati Viyo yang sedang bermain bola. Keadaan ini memberikan kesempatan kepada Zena untuk menculik Zahra tanpa diketahui. Dengan niat buruk yang dimilikinya, Zena mengambil kesempatan ini untuk melaksanakan rencananya.Zena melarikan diri dari taman dengan Zahra dalam pelukannya, menjauh dari area perumahan. Tujuan Zena dalam menculik Zahra adalah agar Azam dan Silvi bersedih, dapat disimpulk
Beberapa bulan kemudian saat usia Zahra sudah menginjak 7 bulan semua curahan kasih sayang tertumpah kan pada cucu ke dua Bu Teti ini, kakeknya Pak Rahmat sangat menyayangi cucunya terutama Zahra yang saat ini sedang lucu-lucunya. "Cucu abah cantik banget," ucap Pak Rahmat, "Siapa dulu dong, neneknya," balas bu Teti centil. "Ciluuuk..., baaa...," pak Rahmat sedang asyik bermain dengan Zahra. tiba-tiba Silvi datang menghampiri Pak Rahmat dan bu Teti. "Bu, aku pamit ya," ucap Silvi. "Lho... emang kamu mau kemana, Nak?" tanya bu Teti kaget. "Ini, mama Rohimah pengen ketemu Zahra, aku nggak lama kok, paling cuman 3 hari. mumpung sekolah Viyo lagi libur. mas Azam juga lagi libur." pinta Silvi. "Yah, cucu nenek yang cakep ini bakalan pisah sama nenek, pasti nenek bakalan kangen sama kamu." ucap Bu Teti gemas sambil memeluk cucunya. "Pergilah, Nak, bu Rohimah kan juga neneknya Zahra, sudah pasti ia juga rindu sama cucunya." kata pak Rahmat mengerti. "Makasi, Ayah." ucap Silvi sambi
Azam merasakan kebahagiaan yang tak terkatakan saat ia berjumpa dengan putri pertamanya yang baru lahir. Detik-detik tersebut memancarkan kehangatan dan cahaya dalam hati Azam, memberikan perasaan penuh kasih sayang dan kegembiraan yang meluap-luap.Ketika Azam mengadzani putrinya, air mata haru mengalir di pipinya. Setiap tetesan air mata itu merupakan ungkapan perasaan campur aduk dalam hati Azam yang begitu mendalam. Air mata tersebut adalah bukti dari kekuatan emosi yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata.Azam merasa sangat berterima kasih kepada Silvi, ibu dari putrinya, karena telah memberikan kehidupan baru yang tak ternilai harganya. Ia merasakan rasa syukur yang tak terbatas atas hadirnya sang putri, karena kehadirannya memberikan kehidupan baru yang penuh makna bagi Azam."Terimakasih, sayang," ucap Azam seraya mengecup kening istrinya. tangannya menggenggam tangan istrinya yang masih lemas terbaring di rumah sakit. Silvi tersenyum, dia bahagia bisa memberikan kebahag
Silvi termenung sebelum pergi tidur, kehamilannya sudah memasuki usia hampir 9 bulan, ia merasa bayi dalam perutnya aktif, lama kelamaan merasakan kontraksi yang mengguncang perutnya. Tanda-tanda persalinan sudah jelas terlihat, dan waktunya untuk melahirkan semakin dekat. Namun, suaminya, Azam, sedang berada di luar kota karena pekerjaan yang tidak dapat dihindari.Dalam situasi ini, Silvi tidak merasa sendirian. Ia didampingi oleh ayah dan ibunya yang dengan segera mengambil tindakan. Meskipun hari sudah larut malam dan ada mitos yang mengatakan bahwa seorang ibu hamil tidak boleh keluar di malam hari, mereka memutuskan untuk segera pergi ke bidan terdekat.Keputusan ini dibuat demi keselamatan calon cucu mereka. Mereka menyadari bahwa mitos itu hanya cerita tanpa dasar ilmiah, dan yang terpenting adalah memastikan bahwa Silvi mendapatkan perawatan medis yang dibutuhkannya saat ini. Mereka tidak ingin mengambil risiko dengan menunda perjalanan ke bidan hanya karena kepercayaan tak b
Part 133Setelah meninggalkan toilet, Silvi dan Azam merasakan kelegaan saat tiba di kamar mereka. Mereka dapat merasakan betapa amannya lingkungan di sekitar mereka ketika aura mistis yang menyeramkan perlahan mulai memudar dan menghilang.Silvi, seorang wanita yang berambut panjang dan mata cerah, merasa dadanya menjadi lebih lega. Dia bisa bernapas dengan tenang, merasa bahwa ancaman yang terasa di toilet tadi telah ditinggalkannya jauh di belakang. Setiap langkah yang diambilnya kini terasa ringan, tanpa rasa takut yang menghantui.Sementara itu, Azam, seorang pria bertubuh tegap dengan senyum lebar, juga merasakan perubahan suasana yang sama di sekitarnya. Dia merasa ketegangan yang sebelumnya meliputi setiap serat ototnya perlahan-lahan mengendur. Pikirannya menjadi lebih jernih, dan ia dapat merasakan kembali kehangatan dan kenyamanan di dalam kamar.Saat mereka duduk di tempat tidur, Silvi dan Azam saling pandang dengan lega. Mereka tahu bahwa mereka telah melalui pengalaman y