Part 113 Persiapan Pernikahan Silvi dan Azam duduk bersama di ruang tamu mereka, di tengah-tengah persiapan untuk pesta pernikahan mereka yang akan datang. Mereka sibuk mencetak undangan, memilih foto prawedding, dan mengatur semua detail acara dengan hati-hati. Meskipun Silvi masih teringat dengan sindiran para tetangganya, dia memilih untuk tetap tegar dan tidak membiarkan celaan tersebut mengganggu semangatnya.Silvi mengambil nafas dalam-dalam, Iya menatap calon suaminya itu dengan penuh kasih sayang. "Azam, aku tahu beberapa tetangga kita tidak mendukung keputusan kita untuk menikah. Tetapi kita tidak boleh membiarkan komentar mereka merusak momen penting ini," ucap Silvi sedih. "Kamu benar, Vi. Mereka mungkin tidak memahami perasaan kita, tetapi itu bukan alasan bagi kita untuk kehilangan semangat. Kita hanya perlu fokus pada cinta dan kebahagiaan kita." jawab Azam tersenyum. "Ya, kamu benar. Cinta kita adalah yang terpenting. Mari kita buktikan pada mereka bahwa kita bisa m
Di ruang tamu yang tenang, Bu Rohimah dan Bu Teti duduk di sofa berseberangan satu sama lain. Wajah mereka terlihat serius, menunjukkan pentingnya pembicaraan yang akan mereka lakukan. Dengan tangan yang saling bertautan di atas pangkuan mereka, mereka mulai membahas rencana pernikahan anak-anak mereka.Bu Rohimah, seorang wanita paruh baya dengan rambut panjang berwarna hitam, tampak bijaksana dalam penampilannya. Dia mengenakan pakaian yang sopan, memberikan kesan kemewahan dan keseriusan. Ekspresinya penuh pertimbangan, menunjukkan bahwa dia memikirkan segala aspek yang terkait dengan rencana pernikahan ini.Sementara itu, Bu Teti, seorang wanita berusia sedikit lebih muda, memiliki ciri-ciri yang berbeda. Dia berkerudung panjang dan lebih tertutup, namun pakaian yang dia kenakan memberikan kesan yang lebih santai namun tetap sopan. Matanya terfokus pada Bu Rohimah, menunjukkan antusiasme dan keterlibatannya dalam pembicaraan ini. "Bu Teti, saya sangat senang bisa duduk bersama An
Silvi dan Azam adalah sepasang kekasih yang telah lama menjalin hubungan yang sangat harmonis. Mereka adalah dua individu yang saling melengkapi dan memiliki cinta yang kuat satu sama lain. Setelah berdiskusi dan memutuskan untuk melangkah ke jenjang pernikahan, Silvi dan Azam pun telah selesai persiapan untuk hari bahagia mereka.Silvi sangat antusias dalam mempersiapkan pernikahan mereka. Dia adalah seorang wanita yang penuh semangat dan detail-oriented. Dia memiliki daftar panjang hal-hal yang perlu dipersiapkan, mulai dari tempat pernikahan, dekorasi, busana, hingga makanan dan minuman untuk tamu. Silvi sangat teliti dalam memilih setiap detail dan memastikan semuanya sempurna untuk hari yang spesial ini.Azam, di sisi lain, adalah pria yang pendiam namun perhatian. Dia sangat mencintai Silvi dan berusaha membantu dalam persiapan pernikahan sebisa mungkin. Dia bersedia mendengarkan setiap keinginan dan permintaan Silvi, serta memberikan pendapatnya dengan bijaksana. Azam sangat ba
Part 116 Kebahagiaan di Pesta PernikahanPada acara pernikahan Silvi dan Azam, suasana kebahagiaan benar-benar terasa di udara. Keluarga dan kawan-kawan mereka berkumpul dalam sebuah perayaan yang penuh cinta dan kegembiraan. Keluarga Silvi dan Azam hadir dengan senyum lebar di wajah mereka, membawa serta kebanggaan dan harapan untuk masa depan pasangan yang baru saja menikah ini. Mereka mengenakan pakaian indah dan bersolek secara istimewa untuk merayakan momen yang berharga ini."Selamat ya, Zam, akhirnya nikah juga," ucap Niko, sepupu Azam yang tinggal di Singapura. sambil menyalami Azam dan Silvi Niko berjalan menyusurin pelaminan panjang bernuansa Salem itu.Para anggota keluarga tiba dengan penuh kasih sayang dan kebahagiaan. Orang tua dan saudara-saudara dari kedua belah pihak saling bertemu, saling mengenal, dan berbagi keceriaan. Mereka saling memberikan dukungan dan cinta kepada Silvi dan Azam, mengucapkan doa-doa terbaik agar mereka memiliki kehidupan pernikahan yang bah
Part 117Malam Pertama Malam ini bagi Silvi dan Azam adalah momen yang penuh harap dan keintiman bagi keduanya. Setelah melaksanakan solat sunat dua rakaat, mereka duduk berdampingan, menundukkan kepala mereka untuk berdoa. Dalam do'a itu, mereka memohon kepada Allah agar memberkahi pernikahan mereka dan menjadikan rumah tangga mereka langgeng hingga ke syurga.Setelah selesai berdoa, Azam menengok ke arah Silvi dengan lembut. Silvi merasakan detak jantungnya berpacu lebih cepat dan gemetar, mungkin karena campuran perasaan antara kegugupan dan kebahagiaan yang memenuhi dirinya. Azam, dengan kelembutan dan cinta yang mengalir dari matanya, perlahan mencium kening Silvi setelah Silvi mencium punggung tangannya tanda takdim.Saat bibir Azam menyentuh kulit halus di kening Silvi, getaran dalam tubuhnya semakin membara. Perasaan hangat dan lembut meluap dalam dirinya, merasuki setiap serat tubuhnya. Sensasi itu membuatnya merinding, sambil tersenyum malu-malu dan menatap mata Azam dengan
Pertama kalinya Viyo, meskipun bukan anak kandung Azam, dia memanggilnya dengan sebutan "Ayah". Moment ini sangat berarti bagi Azam, dan dia merasakan kebahagiaan yang begitu mendalam. Sejak awal, Azam telah menyayangi Viyo dengan segenap hatinya, meskipun mereka tidak memiliki hubungan darah. Viyo adalah anak hasil pernikahan Sipvi dengan pasangan sebelumnya, yang meninggal dunia beberapa tahun yang lalu. Azam menganggap Viyo sebagai anugerah, sebagai kesempatan baru untuk memperluas dan memperkuat ikatan keluarga mereka. Meskipun bukan kewajiban bagi Azam untuk menjadi Ayah bagi Viyo, dia memilih untuk mengisi peran tersebut dengan sepenuh hati. Azam menyadari bahwa cinta tidak selalu terikat pada ikatan darah, tetapi tercipta melalui perhatian, perawatan, dan pengorbanan yang tulus.Sejak menikahi ibunya kini setiap hari Azam memberikan kasih sayangnya kepada Viyo dengan penuh ketulusan. Dia membantu Viyo dalam segala aspek kehidupan, memberikan dukungan emosional dan pendidikan y
Part 1192 Garis MerahSilvi merasa gelisah, pasalnya sudah 2 minggu ia telat haid, terlebih lagi ia merasa badannya lemas rak enak badan dan agak sedikit mual. Silvi segera memebeli alat tes kehamilan di apotik terdekat. Ketika Silvi pertama kali melihat garis merah dua pada alat tes kehamilan, dia merasakan kejutan dan kegembiraan yang tak terbendung. Dengan hati yang berdebar, Silvi memegang tes kehamilan itu erat-erat di tangannya, memperhatikan setiap detailnya. Garis merah dua yang muncul dengan jelas menunjukkan hasil positif, memberikan tanda yang jelas bahwa dia hamil."Masya Allah, aku hamil?" ucap Silvi sambil menutup mulutnya dengan tangan kirinya sedangkan tangan kanan memegang alat tes kehamilan itu. matanya melotot tak percaya dengan semua ini. "Mas Azam pasti seneng banget, apa lagi besok adalah hari ulang tahunnya." bisik Silvi. Perasaan campur aduk segera mengisi hati Silvi. Kebahagiaan dan kecemasan bergabung dalam satu perasaan yang tak terlukiskan. Dia merasa te
Part 120Periksa Kehamilan Hari itu Silvi meminta Azam pulang cepat, ia ingin memeriksakan kehamilannya, tak banyak menawar Azam menuruti semua kemauan istri tercintanya itu. Silvi dan Azam berjalan berpegangan tangan menuju praktik bidan setempat. Wajah mereka penuh dengan senyuman dan kegembiraan. Silvi mengenakan baju longgar yang nyaman, sementara Azam tampak penuh perhatian dan mencoba menenangkan Silvi yang sedikit gugup. Mereka berdua memasuki ruang tunggu yang nyaman dengan beberapa orang lain yang menunggu giliran mereka."Aku tidak sabar untuk memeriksa kehamilan ini, Azam. Ini rasanya luar biasa!" ucap Silvi tersengum. Azam pun tersenyum menggenggam tangan Silvi senyumnya penuh kegembiraan. "Aku juga tidak sabar, sayang. Kita akan menjadi orang tua yang luar biasa untuk anak kita." jawab Azam. "Ibu Silvi, giliran anda sudah tiba. Silakan masuk." panggil petugas. Silvi dan Azam berdiri dan mengikuti perawat menuju ruang pemeriksaan. Mereka duduk di depan meja bidan yang
Bu Teti adalah seorang ibu yang penuh perhatian dan penyayang. Dia selalu hadir untuk mendukung putrinya, Silvi, dalam setiap langkah kehidupannya. Bu Teti memiliki peran penting dalam keluarga dan merupakan sumber kekuatan bagi Silvi."Suatu hari, ketika ayah?mu sedang menjalankan ibadah haji di tanah suci, dia berdo'a dengan tulus. ayahmu sangat mengharapkan yang terbaik untukmu, Nak. Salah satu harapan terbesar yang dia sampaikan dalam do'a itu adalah agar kau mendapatkan pasangan hidup yang setia dan jujur." tutur bu Teti. "Ayahmu merasa sangat sedih ketika mengetahui bahwa suamimu, Yogi, telah mengkhianatimu. Ia ingin kau menemukan seseorang yang benar-benar mencintai dan setia kepadamu. Dia berharap agar kau dapat hidup bahagia dan mendapatkan kebahagiaan sejati dalam pernikahan." lanjut bu Teti. "Ibu sangat memahami perasaan ayahmu dan merasa berempati terhadap perjuangannya di tanah suci. Dia berusaha untuk menjadi pendukung utama bagimu, Nak. Ia ingin memastikan bahwa putri
Silvi kini dipenuhi dengan kesedihan, menghadapi situasi duka yang sangat menyedihkan saat upacara pemakaman ayahnya berlangsung. Dalam suasana yang hening dan penuh duka, Silvi mencoba menahan air mata yang mengalir deras di pipinya. Rasa kehilangan yang mendalam dan kekosongan yang dirasakannya begitu menghantamnya, membuat hatinya hancur dan terasa sangat berat."Pak..., " jerit bu Teti. ia jatuh tak sadarkan diri. "Bu, bu," warga membantu tubuh bu Teti yang terjatuh lemas ke tanah. Bu Teti, juga berada dalam keadaan yang sangat rapuh. Saat jasad suaminya disemayamkan dalam liang lahat terakhir, ia tidak mampu menahan emosi yang membanjiri dirinya. Beban kesedihan yang begitu besar membuatnya pingsan tak lama setelah upacara dimulai. Keadaan ini semakin memperdalam kepedihan Silvi dan menggambarkan betapa besar kehilangan yang dirasakan oleh keluarga mereka.Saat jasad pak Rahmat dimasukkan ke dalam liang lahat, suasana menjadi semakin hening. Suara tangis pecah dari antara kerab
Silvi, seorang ibu yang penuh kasih, kini mengalami perubahan drastis dalam sikap dan kehati-hatiannya sejak kasus penculikan terhadap putrinya, Zahra, beberapa hari yang lalu. Kejadian tragis ini telah mengguncang kehidupan Silvi secara mendalam membangkitkan rasa takut dan kekhawatiran yang mendalam dalam dirinya.Sebelum kasus penculikan terjadi, Silvi mungkin memiliki kehidupan yang relatif normal seperti ibu-ibu lainnya. Namun, setelah insiden tersebut, semua perhatiannya sepenuhnya tertuju pada Zahra. Ia tidak pernah melepaskan pandangannya dari putrinya yang berusia 7 bulan tersebut, khawatir bahwa bahaya mungkin mengancamnya kapan saja."Wanita itu berbahaya, aku tidak akan membiarkan dia menyakiti anak-anaku.Silvi tidak lagi merasa aman dalam lingkungan sekitarnya. Setiap gerakan, suara, atau kehadiran orang asing menjadi fokus perhatiannya. Ia berusaha melindungi Zahra dan Viyo dengan segala cara yang ia bisa, memastikan keamanan putra putrinya menjadi prioritas utama dalam
Silvi kini penuh kekhawatiran dan kecemasan, ia merasa curiga pada Zena, seorang teman lama yang diyakininya telah menculik putrinya, Zahra. Curiga tersebut timbul karena ada beberapa kejadian yang mencurigakan dan petunjuk yang mengarah pada Zena. Meskipun saat kejadian tidak memiliki bukti yang konkrit, Silvi merasa yakin bahwa Zena adalah dalang di balik hilangnya Zahra.Kelegaan dan syukur memenuhi hati Silvi saat mengetahui bahwa Zahra, yang pada saat itu berusia 7 bulan, berhasil diselamatkan dan tidak terluka. Namun, rasa marah dan kebingungan tak terhindarkan saat mengetahui alasan di balik perbuatan Zena."Kenapa, ya, Zena tega melakukan ini pada putriku?" tanya Silvi termenung. sore itu Azam sudah pulang dan baru selesai mandi. "Maafkan aku, Vi," ucap Azam. "Maaf untuk apa, Mas?" tanya Silvi heran. Azam, suami Silvi, mengungkapkan kepada Silvi bahwa Zena melakukan perbuatan tersebut karena dendam yang tak terungkap. Azam menceritakan bahwa Zena sebenarnya telah mencintai
Zena adalah seorang wanita yang memiliki dendam pada Azam karena telah menolak cintanya dulu sebelum menikahi Silvi ia berniat buruk dan melakukan penculikan terhadap Zahra, seorang bayi berusia 7 bulan. "Awas kalian, aku pasti akan menghancurkan rumah tangga kalian! Aku tidak akan membiarkan kalian hidup bahagia! " bisik Zena yang sedang memata-matai keluarga Azam. Kejadian itu terjadi di taman yang terletak dekat komplek perumahan, saat itu Silvi sedang pergi ke toilet. Pada saat itu, Zahra seharusnya dijaga oleh ayahnya, Azam, Namun, dalam kejadian yang tidak terduga, Azam malah berlari mendekati Viyo yang sedang bermain bola. Keadaan ini memberikan kesempatan kepada Zena untuk menculik Zahra tanpa diketahui. Dengan niat buruk yang dimilikinya, Zena mengambil kesempatan ini untuk melaksanakan rencananya.Zena melarikan diri dari taman dengan Zahra dalam pelukannya, menjauh dari area perumahan. Tujuan Zena dalam menculik Zahra adalah agar Azam dan Silvi bersedih, dapat disimpulk
Beberapa bulan kemudian saat usia Zahra sudah menginjak 7 bulan semua curahan kasih sayang tertumpah kan pada cucu ke dua Bu Teti ini, kakeknya Pak Rahmat sangat menyayangi cucunya terutama Zahra yang saat ini sedang lucu-lucunya. "Cucu abah cantik banget," ucap Pak Rahmat, "Siapa dulu dong, neneknya," balas bu Teti centil. "Ciluuuk..., baaa...," pak Rahmat sedang asyik bermain dengan Zahra. tiba-tiba Silvi datang menghampiri Pak Rahmat dan bu Teti. "Bu, aku pamit ya," ucap Silvi. "Lho... emang kamu mau kemana, Nak?" tanya bu Teti kaget. "Ini, mama Rohimah pengen ketemu Zahra, aku nggak lama kok, paling cuman 3 hari. mumpung sekolah Viyo lagi libur. mas Azam juga lagi libur." pinta Silvi. "Yah, cucu nenek yang cakep ini bakalan pisah sama nenek, pasti nenek bakalan kangen sama kamu." ucap Bu Teti gemas sambil memeluk cucunya. "Pergilah, Nak, bu Rohimah kan juga neneknya Zahra, sudah pasti ia juga rindu sama cucunya." kata pak Rahmat mengerti. "Makasi, Ayah." ucap Silvi sambi
Azam merasakan kebahagiaan yang tak terkatakan saat ia berjumpa dengan putri pertamanya yang baru lahir. Detik-detik tersebut memancarkan kehangatan dan cahaya dalam hati Azam, memberikan perasaan penuh kasih sayang dan kegembiraan yang meluap-luap.Ketika Azam mengadzani putrinya, air mata haru mengalir di pipinya. Setiap tetesan air mata itu merupakan ungkapan perasaan campur aduk dalam hati Azam yang begitu mendalam. Air mata tersebut adalah bukti dari kekuatan emosi yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata.Azam merasa sangat berterima kasih kepada Silvi, ibu dari putrinya, karena telah memberikan kehidupan baru yang tak ternilai harganya. Ia merasakan rasa syukur yang tak terbatas atas hadirnya sang putri, karena kehadirannya memberikan kehidupan baru yang penuh makna bagi Azam."Terimakasih, sayang," ucap Azam seraya mengecup kening istrinya. tangannya menggenggam tangan istrinya yang masih lemas terbaring di rumah sakit. Silvi tersenyum, dia bahagia bisa memberikan kebahag
Silvi termenung sebelum pergi tidur, kehamilannya sudah memasuki usia hampir 9 bulan, ia merasa bayi dalam perutnya aktif, lama kelamaan merasakan kontraksi yang mengguncang perutnya. Tanda-tanda persalinan sudah jelas terlihat, dan waktunya untuk melahirkan semakin dekat. Namun, suaminya, Azam, sedang berada di luar kota karena pekerjaan yang tidak dapat dihindari.Dalam situasi ini, Silvi tidak merasa sendirian. Ia didampingi oleh ayah dan ibunya yang dengan segera mengambil tindakan. Meskipun hari sudah larut malam dan ada mitos yang mengatakan bahwa seorang ibu hamil tidak boleh keluar di malam hari, mereka memutuskan untuk segera pergi ke bidan terdekat.Keputusan ini dibuat demi keselamatan calon cucu mereka. Mereka menyadari bahwa mitos itu hanya cerita tanpa dasar ilmiah, dan yang terpenting adalah memastikan bahwa Silvi mendapatkan perawatan medis yang dibutuhkannya saat ini. Mereka tidak ingin mengambil risiko dengan menunda perjalanan ke bidan hanya karena kepercayaan tak b
Part 133Setelah meninggalkan toilet, Silvi dan Azam merasakan kelegaan saat tiba di kamar mereka. Mereka dapat merasakan betapa amannya lingkungan di sekitar mereka ketika aura mistis yang menyeramkan perlahan mulai memudar dan menghilang.Silvi, seorang wanita yang berambut panjang dan mata cerah, merasa dadanya menjadi lebih lega. Dia bisa bernapas dengan tenang, merasa bahwa ancaman yang terasa di toilet tadi telah ditinggalkannya jauh di belakang. Setiap langkah yang diambilnya kini terasa ringan, tanpa rasa takut yang menghantui.Sementara itu, Azam, seorang pria bertubuh tegap dengan senyum lebar, juga merasakan perubahan suasana yang sama di sekitarnya. Dia merasa ketegangan yang sebelumnya meliputi setiap serat ototnya perlahan-lahan mengendur. Pikirannya menjadi lebih jernih, dan ia dapat merasakan kembali kehangatan dan kenyamanan di dalam kamar.Saat mereka duduk di tempat tidur, Silvi dan Azam saling pandang dengan lega. Mereka tahu bahwa mereka telah melalui pengalaman y