Home / Pernikahan / Istri Bayangan / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Istri Bayangan: Chapter 61 - Chapter 70

141 Chapters

Mati Gaya

Part 61Mati Gaya"Halo, Halo, Silvi, kamu masih di sana kan kamu dengar aku kan?" ucap Ema di ujung telepon sana. "Eh, iya, iya, sory, aku ngelamun." jawabku reflek.“Jadi apa?” Tanya Ema. "Kemarin tuh tadinya aku mau kirim foto Zais, tapi aku nggak tahu nomor kamu yang baru, akhirnya fotonya gak nyampe deh," ucap Ema. “Iya gak apa-apa, sebenarnya hari ini aku juga ketemu sama Anton,” ujarku pelan. “Apa? kamu ketemu sama Anton? Di mana, Vi?” Tanya Ema penasaran. “Di Sini, di pengadilan. tadinya aku mau ngedaftarin hak asuh Viyo,belumpun masuk, di gerbang aku lihat Anton dan Zais berjabat tangan, Ma, aneh kan?” tuturku. Aku yang sedang berbicara di telepon ini menengok ke arahnya, tanpa disengaja kami beradu pandang. Deg... “Apa ini? kenapa jantungku tiba-tiba berdebar?” dia mendekatiku.Tap… tap… tap… Suara sepatunya semakin terdengar jelas di telingaku. Pandangannya tertuju padaku yang berdiri agak jauh dari pintu
Read more

Menculik Viyo

Part 62Menculik ViyoPalu sudah diketuk, aku tidak usah repot-repot bersusah payah untuk memperjuangkan Viyo di hadapan hakim agar hak asuhnya jatuh padaku. Ternyata memang benar, keahlian Zais sebagai pengacara yang handal membuatnya sangat mudah untuk melawan pengacara yang disewa oleh Yogi. Bagaimanapun Viyo sangat dekat kepadaku lagi pula menurut undang-undang anak dibawah 5 tahun itu lebih baik bersama ibunya.“Terima kasih, Kak Jaiz, aku memang tidak salah pilih, kau benar-benar memenangkan kasus ini untukku.” ucapku bahagia. “Sudah aku bilang, ini adalah keahlianku. Jadi kamu nggak usah khawatir.” Jawab Zais. “Kalau begitu, kita harus MOU dong, berapa biaya yang harus aku bayar? Apa bisa dicicil selama 6 bulan?” tanya aku sambil bercanda.“Tidak usah, Silvi saying. Apapun yang kau inginkan aku pasti akan memenuhinya.” ucap Zais. “Apa? Sayang? Oh my God, ini cowok terlalu blak-blakan.” Bisikku nyinyir dalam hati. “Aku rasa ini saatnya
Read more

Penculikan

Part 63Tuuut... Aku memanggil ponsel Yogi, tetapi tak kunjung tersambung . "Benar-benar gila, dia benar-benar gila." ucapku geram. Aku yang sedang berada di dalam angkutan umum ini merasa marah sekali, tingkahnya sangat kekanak-kanakan. Padahal meskipun hak asuh ada di tanganku aku tidak mungkin membuat Viyo melupakan ayahnya. "Dasar laki-laki tidak berguna," aku mengumpat mantan suamiku dalam hati. "Untung saja aku pasang GPS di kalung Viyo, aku bisa dengan mudah melacak keberadaannya." Ucapku seraya membuka aplikasi GPS di ponselku. Aku segera melapor ke pihak yang berwajib di temani kak Zais. ku tunjukkan aplikasi GPS ku kepada polisi, terlihat Viyo sedang berjalan di suatu Jalan Raya. "Mereka bergerak, aku tidak bisa tinggal diam sebaiknya kita segera mengikuti mereka" Pintaku. Aku meminta bantuan polisi untuk mengikuti jejak Viyo dengan arahan aplikasi GPS yang terpasang di ponselku. "Lihat, lihat, dia bergerak lagi Ayo kita ikuti."
Read more

Ancaman Penculik

Part 64Ancaman Penculik"Cuih," terdengar suara penculik itu meludah, "Persetan dengan polisi, aku tidak takut dengan mereka, coba saja kau laporkan jangan salahkan aku kalau suami dan anakmu sudah aku habisi," ancam penculik itu. "Tidak, jangan, jangan kau sakiti dia, aku akan menuruti mu, ke mana aku harus menyerahkan uang itu?" Tanya Silvi. "Nah gitu dong, jadilah istri penurut, kan lebih enak dan cepat," jawab penculik itu. "Jangan bertele-tele, katakan di mana aku harus menemuimu? Segera bebaskan Yogi dan Anakku!" Pinta Silvi. "Baiklah baiklah, kau terburu-buru sekali ya, Nyonya! Bawa uang itu dan temui aku di gedung tua belakang bukit, ingat kau harus datang sendiri tidak boleh dengan polisi, aku pasti tahu kalau kau datang dengan polisi, dan aku tidak segan-segan untuk menghabisi suami dan anakmu, mengerti?" Ancam si penculik itu.“Baiklah, sesuai keinginanmu,” jawab Silvi. “Good,” jawab penculik itu. Teleponpun di tutup da
Read more

Tertembak

Part 65TertembakHai bos ada perkembangan baru?" Terdengar suara si penjaga itu menyapa seseorang. Yogi penasaran dengan bos si penjaga itu. Dia kemudian bersembunyi di belakang lemari lusuh yang ada di ruangan itu sambil memegang kayu di tangannya, Viyo ikut bersembunyi bersama ayahnya. “Nak, kamu ngumpet di sini ya! Jangan bicara!” pinta Yogi. Viyo menggigit jadi dan mengangguk. Yogi mencoba melindungi diri dan putranya dengan kayu itu. "Mana dia? Mana sumber emas kita?" Terdengar suara laki-laki itu berbicara. "Ya ampun bos aku meninggalkannya dia sedang makan," jawab si penjaga itu. "Apa? Mana bisa dia makan dia kan kau ikat?" Bentak si bos."Astaga, semoga dia tidak kabur," ucap si penjaga itu sambil lari menghampiri tempat Yogi makan. "Mati aku bos, dia hilang bos, ke mana dia pergi? Tadi kan kita berdiri di depan pintu mana mungkin dia melarikan diri keluar, dia pasti masih ada di sini," ucap si penjaga itu sambil panik memegang
Read more

Masih Cinta

Part 66Masih CintaSaat membuka matanya Yogi baru sadar bahwa dia terbaring di atas kasur rumah sakit. "Silvi, di mana Silvi?" Panggil Yogi yang masih lemas itu, jarum infusan yang tertancap di tangannya tidak dihiraukan, dia langsung mencabut dengan paksa selang infusan itu, lalu Yogi berjalan keluar ruangan mencari informasi tentang Silvi. Terlihat di luar ruangan itu ayah Yogi sedang menunggunya di kursi tunggu. "Ayah di mana Silvi? Apa dia baik-baik saja?" Tanya Yogi panik. "Nak, Kenapa kau keluar dari ruangan? Ayo masuk kau harus istirahat!" Pinta Pak Rahmat. "Tapi Silvi, Silvi di mana Ayah? Apa dia baik-baik saja?" Kata Yogi masih khawatir. "Tenang saja, Silvi sudah baik-baik saja, dia sekarang dalam perawatan dokter sangat penting bagimu untuk memulihkan tenaga mu kembali agar kamu bisa bertemu dengan Silvi," jawab Pak Rahmat sambil membaringkan Yogi kembali di kasur perawatan.Yogi sedikit merasa lega karena sudah tahu kabarnya Silvi bahwa dia baik-baik saja.“Viy
Read more

Kekhawatiran

Part 67Kekhawatiran Usai salat makan malam, seperti biasa Zais nongkrong di depan TV di ruang keluarga di rumahnya. Seperti biasa juga ibunya membuatkan cemilan malam, kali ini ibunya Zais menggoreng tahu bulat yang gurih dan renyah di taburi keju lembut. Nikmat rasanya jika dimakan bersama dengan keluarga, apalagi dimakan hangat-hangat dadakan. Di sela-sela iklan di TV tak sengaja Zais melihat berita bahwa seorang wanita tertembak oleh penculik mantan suaminya. Dia kemudian memperhatikan iklan itu, ternyata lokasi yang disorot oleh kamera di TV itu adalah rumah ibunya Silvi. Terlihat banyak wartawan yang mengerumuni mobil putih yang baru datang dari rumah sakit, Silvi dipeluk oleh ibunya, kemudian dibawa masuk ke rumah sederhana itu. Terlihat Pak Rahmat menjawab beberapa pertanyaan wartawan. "Yah dia tertembak di lengan kanannya," jawab Pak Rahmat di TV. Zais kemudian melihat dan memperhatikan lengan kanan yang tertutupi oleh baju muslim yang dipakai oleh S
Read more

Bermuka Dua

Part 68Bermuka DuaPintu rumah bu Teti diketuknya, wartawan segera mengarahkan kamera kepada pria tampan misterius yang baru saja datang. Zais menutupi kepalanya dengan kupluk yang menempel di jaket nya. Clek..., Suara kunci pintu rumah terdengar dibuka dari dalam. Pintu rumah pun terbuka bu Teti segera menarik tangan Zais ke dalam rumah, khawatir akan ada berita yang negatif tentang kedatangannya. "Eh, eh," ucap Zais mengikuti arah tarikan tangan bu Teti.“Sttt...,” Ucap bu Teti seraya menempelkan telunjuknya di bibir.“Wartawan masih berkeliaran di luar, padahal tadi siang pertanyaan mereka sudah dijawab oleh Bapak, Silvi tidak mau ditemui, dia mengunci diri dalam kamar sejak tadi,” raut wajah Bu Teti Nampak sedih. “Tak apa-apa, Bu. mungkin Silvi butuh waktu untuk sendiri. Saya datang ke sini karena merasa khawatir. Apa benar Silvi tertembak?” tanya Zais penasaran. “Bagaimana kondisinya sekarang, Bu?” Zais khawatir. “Alhamdulill
Read more

Calon Suami

Part 69 Calon Suami"Apa?" ucap Silvi sedikit berteriak, dia tidak menyangka dengan apa yang ia temukan dalam ponselnya."Gila, ini benar-benar gila," ucap Silvi saat melihat layar ponselnya.Silvi sangat marah saat melihat sebuah artikel yang menyatakan bahwa dirinya adalah calon istri seorang pengacara pengadilan negeri. "Bu, ibu, lihat ini," teriak Silvi. Ia berjalan terburu-buru menuju ibunya yang sedang berada di kios depan rumahnya. "Ada apa nak? Teriak-teriak begitu kamu kayak melihat hantu aja,” Ucap bu Teti santai. “Ini loh, bu, masa Silvi digosipkan mau menikah sama Zais, berani sekali dia mengaku-ngaku bahwa dia calon suamiku,” cerocos Silvi. “Apa? Masa iya?” jawab bu Teti balik bertanya. “Ini Bu, lihat!” seru Silvi menyodorkan ponselnya.“Yogi seorang laki-laki yang kemarin menjadi korban penculikan dan diselamatkan oleh istrinya, Silvi, ternyata Silvi bukanlah istrinya. Diberitakan bahwa mereka sudah bercerai 3 bu
Read more

Kembalinya Cinta Monyet

Part 70Kebalinya Cinta MonyetSetahun berlalu, Silvi menetap di rumah ibunya, rumah yang dulu ia tinggEma bersama Yoi di pinggiran kota itu di kontrakkan. Yogi pun kembEma tinggal bersama ibunya, karena rumah itu hak milih Pak Rahmat, ayah Silvi. Pagi itu Silvi sedang menyiram tanaman di depan rumah, Seprang laki-laki mengendarai motor ninjanya melewati rumah bu Teti dengan laju yang cepat, bagaikan kilat. Sesampainya di rumah yang tidak jauh dari rumah bu Teti, Andri melihat Silvi yang sedang menyiram bunga, persis seperti pertama kEma ia jatuh cinta pada Silvi dulu. Namun kEma ini Andri tidak melihat rambut panjangnya yang bergoyang diterpa angin. Dulu wakti Silvi masih di bangku SMP ia belum berjilbab, kini dia melihat kibaran jilbab indah melambai menghiasi wajah Silvi. Andri semakin terpana melebihi dulu, Silvi yang baru di jumpainya kini terlihat semakin cantik saat memakai kerudung. "Kenapa aku tidak menyadari pesonanya saat bertemu di pengad
Read more
PREV
1
...
56789
...
15
DMCA.com Protection Status