Home / Pernikahan / Istri Bayangan / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Istri Bayangan: Chapter 51 - Chapter 60

141 Chapters

Sidang Pertama

Part 51Sidang Pertama"Apa benar anda pernah melihat Nyonya Silvi pulang sendiri tanpa diantar suaminya?” tanya jaksa Penuntut. "Benar, Pak, saya selalu melihat kakak sepupu saya ini pulang sendiri menggendong anaknya tanpa ditemani suaminya, awalnya saya tidak curiga sama sekali tapi lama-lama kalau dipikir-pikir… kakak sepupu saya ini kan punya suami, tapi kok kenapa suaminya sudah lama tidak pulang bareng ke rumah orang tuanya," papar Anwar anak sulung dari Paman Silvi. Hakim hanya menganggukkan kepalanya, Silvi terus saja menangis dari awal persidangan sampai saat ini, pasalnya ini adalah persidangan perdana perceraiannya dengan Yogi. Dia tidak menyangka bahwa pernikahannya akan berakhir di pengadilan. “Lalu apa anda pernah mendengar kabar bahwa suaminya itu betul mempunyai wanita lain?” tanya sang Jaksa. “Kalau masalah itu saya baru denger-denger akhir-akhir ini sih, saya tidak terlalu mencari tahu ya, karena saya tidak mau ikut campur dalam ma
Read more

Senasib

Part 52Senasib“Yogi benar-benar tidak dating, dia benar-benar ingin perceraian ini terwujud.” Bisik Silvi pelan. Pandangannya kosong, ia benar-benar sedih dengan sikap Yogi yang sama sekali tidak mempertahankan rumah tangganya. “Baiklah, kita akan menunggu selama 15 menit,” ujar sang jaksa.Tik… tok… tik… tok…Suara denting jarum jam di ruangan itu terdengar dalam kesunyian. 15 menitpun berlalu, sang suami tak kunjung tiba. Jaksa berdiri dari tempat duduknya. “Jika sang suami tidak hadir dalam sidang ini, maka dapat dipastikan semua kesaksian para saksi adalah benar. Maka dari itu silakan menunggu di ruang tunggu untuk mendapatkan putusan akhir dari hakim,” pinta petugas lain.Semua orang yang hadir pada persidangan perceraian Silvi keluar dan menunggu di ruang tunggu. Ayah, ibu, Ema, termasuk Anwar semuanya menunggu dengan cemas di ruang tunggu. “Bu, aku ke toilet dulu ya.” ucap Silvi. Dia kemudian mencari toilet yang jaraknya ag
Read more

Pohon Pinus

Part 53Pohon PinusPagi ini cerah, matahari menyinari Rumah perkampungan yang asri bak selimut yang memberikan kehangatan. Silvi telah resmi bercerai dengan Yogi namun hatinya masih belum bisa menghapus sebuah nama yang amat berarti dalam hidupnya. Ya Yogi adalah cinta pertamanya yang sekaligus menjadi cinta terakhirnya sewaktu itu. Teringat saat pertama kali dia berjumpa dengan Yogi saat masih di bangku perkuliahan Silvi mengikuti acara di luar kampus yang melibatkan para mahasiswa dari berbagai universitasWaktu itu dalam acara rihlah atau yang biasa disebut tadabur alam gabungan dari para mahasiswa dari berbagai universitas Silvi mengikuti rangkaian kegiatan yang cukup padat. Usai shalat subuh berjamaah semua peserta di wajibkan tadarus. Selesai tadarus di perbolehkan sarapan, mandi dan bersiap melaksanakan agenda berikutnya agenda utama yaitu Rihlah.Rihlah adalah semacam kegiatan tadabur alam untuk mentafakuri alam sebagai karunia dan penciptaan yang luar biasa guna menumbuhkan
Read more

Ajakan Tak Terduga

Part 54Ajakan Tak TerdugaEma ikut rihlah bersama Silvi karena ini adalah acara terbuka, baik Mahasiswa ataupun pelajar ataupun yang putus sekolah yang penting ada kemauan dan berniat untuk mempertebal keimanan.Silvi berjalan dengan senyum dibibirnya, hati yang riang gembira berada di dekat sang pujaan hati, lelaki idaman yang kini terus menari-nari dalam pikiran Silvi. Wajahnya merah merona karena jatuh cinta, menggelayut rasa dalam dada semakin terasa seakan membuncah bagai kuncup daun yang semakin merimbun. Namun sekejap seakan hangus setelah labrakan kakak tingkat bernama Noer bak petir menyambar di siang bolong. "Hei kamu, Silvi ya?" Tanya Noer jutek. "Iya," jawab Silvi heran. "Silvi si anak Fakultas Tarbiyah sebrang itu ya?" Lanjut Noer. Kebetulan Noer adalah kakak tingkat yang satu fakultas dengan Yogi. Gedung fakultasnya berseberangan dengan gedung fakultas Tarbiyah di mana Silvi menimba ilmu. "Iya kak i
Read more

Keputusan Hati

Part 55Keputusan HatiDalam perjalan pulang Silvi terus berfikir, prinsipnya sangat menolak tawaran Yogi tapi hatinya terus saja memikirkan Yogi. Cinta yang mulai tumbuh harus ia relakan demi prinsip hidupnya, Silvi bermaksud istikharoh saja untuk meyakinkan hatinya. Langkah kakinya melemah, badan yang lesu terlihat kini, Ema dan Silvi kecapean. Sesampainya di titik kumpul sebelum mulai perjalanan tadi pagi, mereka bersiap untuk pulang. "Perhatian, perhatian, yuk kumpul dulu semua," ajak Yogi. Semua merapat di lapangan. Ransel dan perbekalan di gendong semua peserta bersiap untuk pulang. "Terimakasih kepada semuanya, acara MABIT telah selesai, semoga makin menambah keteguhan iman dan taqwa kita semua," kata Dera. "Terakhir kami dari pengurus OSMA dan juga mewakili bapa pembina mengucapkan selamat beristirahat di rumah, dan tetap semangat, Terimakasih." Lanjut Yogi. Bruuuul...Semua peserta pulang. Silvi terdiam, ia merasa lesu masih bimbang hatinya perkara ajakan Yogi yang me
Read more

Pasangan Hidup

Part 56Pasangan HidupSaat itu Silvi merasa yakin bahwa Yogi adalah pasangan hidupnya, Yogi berjanji akan menikahinya selepas lulus dari universitas tanpa pacaran dan tanpa berhubungan sebagaimana layaknya remaja lainnya. Prinsip yang dipegang oleh Silvi membuat dirinya tergesa-gesa memilih pasangan hidup hingga kini ia menyesal karena baru mengetahui sosok Yogi yang sebenarnya. Bayang-bayang Yogi saat pertama kali berjumpa membuat Silvi meneteskan air mata, pasalnya kini dia terpaksa menjadi seorang janda."Aku menyesal pernah mencintaimu, Mas aku tidak tahu bahwa dirimu begitu adanya,” ucap Silvi seraya menyapu air mata menatap pohon hijau di depan jendela kamarnya.“Apa ini? tak seharusnya aku mengeluh begini, ini adalah takdir yang Tuhan goreskan untukku,” bisik Silvi dalam hati. Ia sadar bahwa takdir Tuhan tidaklah bisa dirubah oleh manusia. Trililil… Sebuah pesan dating, terpampang di layar ponsel Silvi satu pesan masuk."Yogi?
Read more

Membujuk Viyo

Part 57Membujuk ViyoPOV Silvi"Mama....,"Terdengar teriakan Viyo di ujung telepon sana, dia menangis manggilku. Dada ini bergetar tak tega rasanya mendengar tangisannya meski ditelepon, rasanya aku tidak sanggup berpisah dengan Viyo meski baru satu hari. "Viyo nangis terus Dek, Dia pengen ke mamahnya." ucap Yogi ditelepon. "Gimana dong? Ini kan udah malam, perjalanan dari sini ke sana membutuhkan waktu 2 jam, ayah dan ibu juga sudah pada tidur," jawabku seraya berpikir mencari solusi bagaimana caranya agar Viyo tidak ngamuk. "Coba kita video call aja ya!” pinta Yogi.“Bboleh, boleh.” Jawabku reflek.Aku segera mengambil jilbab instanku, aku siapkan diri untuk melakukan panggilan video dengan putraku.“Ya Allah perpisahan ini bukan hanya menyiksaku, tetapi putraku juga sepertinya tersiksa,” ucapku lirih. Sambil menunggu panggilan dari Yogi aku membayangkan Viyo nan jauh disana. “Mama…,” Panggil Viyo. “Mama sini!
Read more

Terpaksa Datang

Part 58Terpaksa DatangKerudung panjang aku kenakan, seperti biasa baju yang aku kenakan adalah gamis besar yang tidak memperlihatkan lekuk tubuhku. Hari ini aku sengaja memakai masker dan tak akan aku lepaskan, aku tidk akan membiarkan laki-laki yang kini bukan mahramku memandangku, menikmati wajahku dengan leluasa. Aku terpaksa datang ke taman ini demi memenuhi keinginan putraku, jika bukan karenanya tak akan lah aku datang kemari. "Aku pinjam Viyo seminggu ya, Dek. Sudah 3 bulan aku nggak ketemu, rasanya rindu hatiku. Nanti kalau sudah seminggu aku antar lagi ke rumah mu.” itulah yang diminta oleh mantan suamiku Yogi kemarin. "Seminggu apanya, Mas? Sehari aja kamu nggak bisa ngebujuk Viyo biar nggak nangis, coba aku lihat, kamu bertahan berapa hari, Mas?” Bisikku nyinyir.Yogi memang lebih banyak melalui waktu di kantor sedangkan di rumah jika pun pulang dia selalu meristirahatkan badannya, hanya sesekali bermain dengan Viyo itu pun Jika dia tidak meme
Read more

Teman Lama

Part 59 Teman LamaPonselku terus saja berbunyi, aku yakin itu adalah panggilan dari Yogi, kupeluk buah hatiku erat-erat, air mataku kembali mengaliri pipi, semua penumpang yang ada di angkutan umum yang sedang aku tumpangi ini menatapku, aku tertunduk menahan kesedihan ini. Rasa kesal dalam hati menyelimuti, ingin rasanya aku pergi jauh dari kota ini. Aku tidak mau putraku terpengaruh buruk jika bertemu terus dengan laki-laki laknat itu. "Mama, kenapa pergi? Viyo masih mau main,” keluh Viyo sambil memandang wajahku, sepertinya ia heran kenapa aku tiba-tiba menggendongnya dan terus pergi terburu-buru dari taman itu. Tak tega rasanya melihat wajah polos putraku ini, ia tidak tahu apa-apa dan tidak mengerti apapun masalahku. Yang dia tahu hanyalah bahwa Firman adalah teman ayahnya, yang pernah bermain dan memberinya hadiah. “Oh, Tuhan,” aku menarik nafas panjang. Aku tidak tahu harus berkata apa dan harus bagaimana menjelaskannya. Kadang kala ak
Read more

Jumpa Dia

Part 60Jumpa DiaAku kesal tiada tara, meski begitu aku tidak menampakkan kekesalanku di hadapan Viyo, aku berpura-pura bahagia di depannya. Saat ini Vio terlihat senang, aku mengajaknya ke tempat makan khusus fried chicken. Di sini juga tersedia wahana anak, Viyo melahap ayam crispy nya dengan semangat, memang makanan itu adalah favoritnya. Dia semakin bahagia saat aku pesankan es krim cokelat kesukaannya. Meski hati ini kesal kepada dua laki-laki yang selama ini membuatku kecewa,senyum anakkulah yang selama ini menajadi penawar kepedihanku. “Aku harus kuat,” bisikku dalam hati. “Ini tidak bisa dibiarkan, jika begini terus bisa-bisa Voyi ketemu terus sama dia, aku harus cari cara agar Viyo terjauh dari Yogi dan Firman. Pikiranku menjalar kemana-mana, “Sepertinya aku harus mengajukan hak asuh, tapi pada siapa aku harus mengadu?’ ucapku dalam hati. “Biarlah besok akan kucoba pergi ke pengadilan Agama,” ucapku dalam hati. Kunikmati ayam crispy
Read more
PREV
1
...
45678
...
15
DMCA.com Protection Status