Beranda / Pernikahan / Istri Bayangan / Bab 41 - Bab 50

Semua Bab Istri Bayangan: Bab 41 - Bab 50

141 Bab

Wanita Jalang

Part 41Wanita Jalang"Bu, tenang bu, wanita itu pasti sudah masuk neraka." Ucap Firman. Aku mengernyitkan keningku. "Apa? Masuk neraka? Sebenarnya apa yang terjadi, hingga Firman mengutuk wanita itu masuk neraka? Siapa wanita itu?" Duh, pertanyaan dalam benakku tak kunjung mereda, aku harus benar-benar menanyai Firman untuk mendapatkan penjelasan yang akurat. Aku melihat Firman memeluk wanita itu dan mengangkatnya serta mengajaknya memasuki sebuah ruangan jauh di ujung rumah ini, sepertinya Firman berusaha menenangkan hati ibunya itu. Aku menatap wanita tua yang Sedang membereskan beling-beling pecahan piring di lantai. "Maaf, apakah ibu pembantu di sini?" Tanyaku memberanikan diri. Wanita tua itu menengok ke arahku, wajahnya penuh dengan garis-garis keriput tanda perjuangan. Aku melihat perjuangan besar telah dia lalui sepertinya, menjadi seorang pembantu di usia tua seperti ini tidaklah mudah, apalagi rumahnya sebesar ini pas
Baca selengkapnya

Kecelakaan

Part 42Kecelakaan Sejenak aku melupakan masalahku dengan Silvi, aku kira aku saja yang mempunyai masalah berat dalam hidup ini, ternyata di sini Firman memiliki masalah keluarga yang lebih berat dariku. Aku heran kenapa selama ini raut wajahnya happy-happy saja, padahal di balik semua itu dia menyimpan berbagai kesedihan atau mungkin kekesalan terhadap ayahnya di lubuk hatinya. Bodohnya aku yang selama ini tidak pernah mengenali sosok Firman. Dialah pewaris perusahaan di mana aku bekerja, ya dia dan kakaknya. Aku menggelengkan kepala. Sembari aku bersantai aku menjadi pendengar setia untuk Firman.“Waktu itu aku baru saja lulus kuliah, di acara wisuda akbar di kampusku aku melihat ibuku datang sendirian, entah kenapa hatiku mulai curiga kepada ayahku.” kata Firman memulai ceritanya, aku hanya mengangguk dan mencoba memahami dirinya“Seperti yang kamu lihat, Yog, di ruangan ini tidak ada foto wisuda ku dengan ayah, aku hanya berdampingan dengan ibuku saja
Baca selengkapnya

Cinta Palsu

Part 43Cinta PalsuPOV AuthorSilvi menangis tersedu di rumah yang baru beberapa bulan ia tempati itu, ia tidak menyangka rumah ini menjadi saksi hancurnya hati yang selama ini sudah retak. Suami yang sangat ia cintai benar-benar meninggalkannya hari ini, matanya yang sayu berhiaskan gerimis tak berhenti menatap sebuah foto besar di kamar miliknya, ya itu adalah foto pernikahan dirinya dengan suami tercinta, Yogi. "Kenapa, Mas? Kenapa kau tega meninggalkan aku? Kenapa kau tega menyakitiku? Kurang apa aku padamu, Mas?” Silvi merajuk.Tangan lentiknya menyentuh wajah suaminya di potret itu. Dalam balutan busana pengantin Yogi terlihat tampan dan elegan berdampingan dengan dirinya yang tak kalah segar. Ia sadar betapa ia sangat mencintai Yogi saat pertama kali ia mengucapkan janji suci di depan saksi."Sah, sah, sah," terbayang ucapan para saksi saat ia menikah dengan Yogi.Seketika tangan kanannya meraih jari manis yang berhiaskan cincin
Baca selengkapnya

Arman Yang Aneh

Part 44Arman yang AnehCekrek... Silvi terpaksa harus tersenyum menerima satu ikat bunga mawar putih di tangannya, senyum yang ia torehkan hanya untuk menghargai sang pengirim paket karena Silvi belum tahu bunga itu dari siapa. "Udah, Mbak, makasi ya!" Ucap pengemudi ojol pembawa paket itu. Silvi merasa senang saat pengemudi ojol itu tersenyum bahagia. "Sama-sama, Pak.” jawab Silvi dengan ramah. Kepalanya mengangguk tanda hormat, ia kahawatir bapak-bapak ojol itu lebih tua usianya daripada usianya. Silvi menutup kembali pintu rumah yang terbuka, memperhatikan seikat bunga itu. Ia berharap ada sebuah kartu nama yang memberinya petunjuk siapa pengirimnya. Benar, satu buah kartu nama kecil berwarna merah jambu tertanam di antara batang bunga mawar itu, tangan lentiknya meraih kartu kecil bertuliskan sebuah kalimat indah untuknya."Meski aku kecewa padamu, aku berharap bunga ini adalah kiriman darimu, Mas.” ucap Silvi menutup mata seraya meng
Baca selengkapnya

Cinta Monyet

Part 45Cinta MonyetPOV SILVI“Bismillah...,” ucapku pelan. Kulangkahkan kakiku menuju rumah Allah dekat kediaman ibuku, udah satu minggu aku tinggal di rumah ibuku sejak Yogi menceraikanku. Tak ada kontak sama sekali aku tidak tahu dan tidak mau tahu Yogi pulang ke rumah atau tidak, yang kurasakan adalah sakit dan perih dalam hati saat kubayangkan Diamlah melangkahkan kaki bersama laki-laki itu. Gamis biru tua bersanding dengan kerudung lebar biru muda khas ukhti-ukhti aku kenakan dengan nyaman. Manset tangan yang bolong jempolnyapun aku pakai di kedua tanganku. Tak lupa kaos kaki berjempol juga ku kenakan menutup rapat kakiku, ya, aku hendak mengikuti acara pengajian ibu-ibu yang biasa dilaksanakan di kampungku, aku sadar bahwa aku harus menutup diriku karena saat ini aku dalam masa iddah."Sepertinya badanku makin kurus," Lirihku saat aku lihat bayang-bayang ku di kaca jendela rumah ibu. ringan rasanya langkah kaki ini, berat badanku akhir-a
Baca selengkapnya

Lelaki Berdasi, Mengejutkan

Part 46Lelaki Berdasi, MengejutkanKeesokan harinya aku mendengar kabar bahwa Andri telah berkelahi dengan Hendra. "Gawat, Vi, Si Andri babak belur gara-gara kamu Vi, hhh… hhh…,” kata Ema dengan nafas ngos-ngosan, ia berlari menghampiriku. Aku yang sedang menyapu halaman rumahku mengernitkan kening.“Gawat apanya sih, Ma? Kalau ngomong tuh yang jelas, jangan sepotong-potong gitu.” Tanyaku heran. Aku melanjutkan pekerjaanku menyapu halaman dengan santai, kulihat Ema menarik nafas panjang dan mulai berbicara.“Kamu tahu kan, si Andri suka sama kamu? dan kamu juga tahu kan, si Hendra juga sama suka sama kamu.” ucap Ema terburu-buru.“Teruuuus?” Jawabku dengan wajah yang datar.“Kamu ini Vi, belum ngerti juga, kayak yang belum cukup umur aja.” Ledek Ema. “Ya elah,” mataku melirik sinis. “Mereka berkelahi ngerebutin kamu tahu! ish... sok polos banget sih,” ucap Ema geram. "Astagfirullooh, masa iya, Ma?" Aku kaget. "Dimana, di m
Baca selengkapnya

Lamaran Tak Terduga

Part 47 Lamaran tak Terduga"Saya ingin melamar putri ibu,” ucap lelaki berdasi setelah di persilahkan masuk ke ruang tamu. “APA?” mata bu Teti membelalak. “Melamar putri saya?” bu Teti kaget dan balik bertanya. “Iya, Bu,” jawab lelaki itu. “Anda ini siapa? kok tiba-tiba datang melamar putri saya? Putri saya masih bersuami loh…,” hardik Bu Teti.“Hmmm. Tidak Bu, saya tahu putri anda sudah menjadi janda,” ucap lelaki itu lantang. “Jadi saya berniat untuk melamar putri ibu menjadi istri saya.” lanjut lelaki itu dengan percaya diri. “Jangan ngaco ya, putriku baru seminggu bercerai, itu pun belum diproses oleh pengadilan. jadi mohon maaf lamaran anda SAYA TOLAK.” Jawab Bu Teti dengan keras hingga para tetangga yang lewat dan hendak menuju masjid dibuatnya heran. “Apa benar Silvi itu sudah jadi janda?”“Pantesan saja dia betah di rumah ibunya. Ternyarta cerai toh?” Celoteh mulut-mulit usil mengusik hati bu Teti. “Apa Bu?
Baca selengkapnya

Lamaran Tak Terduga 2

Part 48Lamaran Tak Terduga 2 “Nah suratnya kita kasih kepada kak Fatih aja ya, biar seru,” kata kak Rena. Betapa kagetnya Silvi, saat suratnya malah di berikan pada orang yang berlawanan dengan kak Zais, kak Fatih yang jelek dan lebai itu sama sekali tidak ia sukai. “Silvi,” panggil ka Rena. “Silahkan kedepan podium!” suruh ka Rena.Dengan hati dag dig dug Silvi berjalan kedepan sambil menunduk. Entah apalah yang akan di lakukan para kakak tingkat ini, ia pasrah. Kak Fatih yang sejak tadi sudah memegang amlop suratnya telah siap membacakan surat di hadapan semua. “Ampuuun, gawat nih,” bisik Silvi pelan. Suratnya di bacakan dengan nada yang indah. “Dasar kakak tingkat jahil, nama Zais dia ganti denga namanya, menyebalkan.” Gerutu Silvi dalam hati. Sontak semua peserta bergemuruh tepuk tangan menyambut ke usilan kakak yang satu ini. Sembari berlutut di hadapan Silvi dan memegang mobil-mobilan di tangannya kak Fatih menembak Silvi.
Baca selengkapnya

Resmi Talak 1

Part 49Resmi Talak 1Zais terpaksa pulang dengan berat hati, lamaran yang ia bawa ditolak mentah-mentah. Bukan karena dirinya tidak sempurna tetapi wanita yang ia inginkan masihlah berstatus istri orang. "Kak Zais, Andaikan kau datang sebelum kehadiran Yogi dalam hidupku, aku pasti akan menjadi istri setia untukmu," Bisik Silvi. Silvi menatap punggung Zais yang kekar itu masuk ke mobilnya dan pergi berlalu meninggalkan rumah orang tuanya. Silvi tersenyum sendiri sangat disayangkan pria idamannya yang pernah ia sukai pergi begitu saja setelah lamarannya ya tolak.“Lho… kok aku lupa menanyakan padanya? Dari mana Zais tahu rumah ibuku? Dari mana dia tahu bahwa rumah tanggaku sedang goyah? Ini sungguh mencurigakan,” Silvi merasa aneh. “Apa mungkin, Zais terhubung dengan Arman yang selama ini selalu tahu keadaan Mas Yogi?” Silvi mengerutkan keningnya. “Arrgh…, ini sungguh membuatku frustasi, lebih baik aku ikut ibu ke masjid lagi,” Silvi
Baca selengkapnya

Surat Undangan Pengadilan

Part 50Surat Undangan PengadilanTatapmu bergulir nyata Tajam merasuk jiwa Cintamu mekar sepenggalan Belum pun sampai Sudah pun hilangKulabuhkan hati di Samudra cintamu Kukira indah ternyata semuKubungkam kata terlalu lamaTerpenjara di lembah dusta Bukan kuat bak dewa, tetapi ego kutahan juaNamun aku lelah di ujung kasihHingga hatiku berhenti mencintaMeski cinta tertancap dalam dan berakarJika ini dosa akan ku kubur dalam-dalamSepenggalan puisi tiba-tiba terlintas dalam benak Silvi setelah 1 bulan tinggal di rumah ibunya, dia tidak menyangka takdirnya menggores luka di dada.“Aku sangat mencintaimu, Mas, namun jodoh kita hanya sampai di sini. Aku harus ikhlas dan merelakan kepergianmu.” bisik Silvi pelan. Jemarinya memainkan balpoin dia atas kertas putih.Air matanya mengalir setiap hari mengiringi hari-harinya di rumah ibunya sendiri, kampung halamannya.“Paket… paket…,”
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
15
DMCA.com Protection Status